Food Writing and Photography Class With Harnaz



The East - Sabtu,16 Juli 2016 – Saya tak berani menyebutkan diri saya sebagai Food Blogger tetapi saya suka menuliskan tentang makanan di empat blog yang saya kelola. Bahkan saya mempunyai blog khusus kuliner di paprika.blogdetik.com yang sudah tidak di-update lagi karena berencana akan dipindahkan ke platform lain.

Bekal Kemampuan dari Sekolah Kejuruan

Seperti biasa, Saya jika sedang massage dengan tukang urut langganan, namanya Mak Eeng selalu ngobrol sambil diurut. Mak Eeng cerita, sebelum lebaran kemarin mengurangi aktivitas mengurut karena lagi banyak pesanan kue lebaran dan katering untuk buka puasa dan sahur. Beliau pun membawa sampel kue nastar yang rasanya lebih enak dari yang saya beli di supermarket.

“Saya bertanya, kok kue nya enak sekali, Mak. Resepnya dari mana?”

“Resep saya sendiri, Neng. Emak kan dulu sekolah di Sekolah Kepandaian Putri. Kalau sekarang katanya sekolah kejuruan ya, Neng? Gak ada lagi sekolahan emak yang dulu. Enak Neng. Gak perlu sekolah sampai kuliah, tapi segala bisa, diajarkan masak, bikin kue dan menjahit. Ilmunya kepake sampe sekarang.” Katanya.

Oleh Oleh Lebaran

Dulu, saya sering menghakimi orang-orang yang jarang silaturahmi ke saudara-saudaranya yang jauh. Dengan entengnya saya bilang, sesibuk apa pun semestinya bisa menyisihkan waktu untuk mengunjungi saudara di luar kota. Kalau saudara yang dekat sudah pasti sering dikunjungi.
Sekarang terasa banget kalau aktivitas itu continue dan ada yang tak bisa diwakilkan atau ditunda. Apa lagi untuk yang kerja freelance seperti saya. Lewat satu pekerjaan, kesempatan hilang berkali-kali. Karena kesan pertama itu sangat menentukan untuk next job.

Untuk mengatasi jarang ketemu dengan saudara-saudara yang jauh tersebut, gunakan fasilitas digital dan sosial media. Saya membuat grup khusus yang di-setting Secret di Facebook. Jadi kami tetap berkumpul dan selalu keep in touch. Tak pernah ketinggalan berita keluarga besar.

Representasi Indonesia di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta

Salah satu sudut ruangan  Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta 

Kabar gembira buat saya yang selalu mengidamkan Indonesia untuk mempunyai icon membanggakan yang mendunia. Adanya Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta yang mengalami pengembangan dari yang sebelumnya.

Icon suatu negara menonjol jika berhasil diangkat oleh publik secara natural dan mendapat pengakuan dunia melalui karya agung di dalamnya. Saya sempat mengidamkan seandainya Indonesia punya Icon yang membanggakan di mata dunia dari mulai gerbang masuk Indonesia, yaitu bandara, pelabuhan atau stasiun kereta.

Peredaran Vaksin Palsu Sudah Diamankan

Berita beredarnya vaksin palsu membuat para orang tua panik, marah, gemas, kesal dan sedih. Takut vaksin tersebut masuk ke dalam tubuh anak-anaknya yang lahir dalam rentang tahun 2003 hingga sekarang. Saya sebagai orang tua juga merasakan hal yang sama.

Bukan iu saja, anak-anak Indonesia yang menjadi tumpuan masa depan bangsa pun terancam jika telanjur mengonsumsi vaksin palsu ini. Ini yang lebih membuat saya geram. Pelaku pembuat vaksin palsu memang sudah ditangkap dan diproses secara hukum namun masyarakat masih geram dan belum menaruh kepercayaan tentang keberadaan vaksin palsu ini. Apakah masih ada di peredaran atau sudah ditarik semuanya? Saya pun masih bertanya-tanya.