Mengawal Perkembangan Seksualitas Anak di Era Digital


Di sekolahan anak saya, sering ada talkshow parenting atau pengajian. Jika waktunya pas, saya selalu ikut dan pantang untuk melewatkannya. Ini adalah ilmu yang tak terbeli. Apa lagi kalau ada hubungannya dengan perkembangan anak.

Seperti Bulan Desember 2016 lalu, saya mengikuti dan menyimak talkshow parenting yang mengusung tema Mengawal Perkembangan Seksualitas Anak di Era Digital. Penting sekali dan wajib saya highlight setiap pemaparan Ibu Wulansari, Pakar parenting dari Yayasan Kita dan Buah Hati yang menjadi pemateri talkshow ini.

Tantangan terbesar era digital ini adalah informasi berlimpah dari internet melalui gadget. Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) Tahun 2016, sebanyak 132,7 Juta penduduk Indonesia sudah terhubung dengan internet dari segala usia.


Setiap remaja tak mungkin tidak dikasih gadget sama sekali, karena fitur-fitur gadget sekarang memberi manfaat besar baik untuk alat komunikasi maupun membuat kreativitas. Tapi gadget dan internet bagai dua mata pisau, di satu sisi dapat bermanfaat di sisi lain menghancurkan. 
Menurut Ibu Wulansari, tidak masalah anak diberikan gadget namun kita sebagai orang tua wajib menekankan jadwal yang serius dalam penggunaannya. Beri pengertian dan tekankan di awal penggunaan gadget tersebut. 

Selain penerapan jadwal, batasi aplikasi-aplikasi yang tertanam dalam gadget yang dimiliki anak. Tidak memakai password dan beri gadget disesuaikan dengan kebutuhan saja. Tidak lupa untuk selalu mengontrolnya.

“Beri pengertian ke anak, bahwa fungsi gadget utamanya untuk komunikasi sama orang tua dan keluarga, jika ada pesan atau telepon dari orang tua seharusnya langsung dijawab dan tidak ditunda-tunda karena pasti penting. Penerapan aturan jadwal penggunaan gadget juga bisa menguatkan pengertian anak untuk tidak melanggar. Jangan bikin larangan saat di tengah keasyikan anak bermain gadget, tapi di awal.” Kata Ibu Wulansari mengawali talkshow nya.

Informasi-informasi yang datang dari internet, termasuk konten pornografi begitu mudah didapat siapapun termasuk oleh anak-anak. Apalagi sekarang anak-anak sudah melek digital dan mudah mempelajarinya. Tanpa filter dan tanpa pengawasan bisa kecolongan. Di rumah iya bisa taat aturan, takutnya di luaran nekad cari tahu sana sini tanpa tahu risikonya.

Solusinya, pendidikan seks penting diterapkan pada anak. Siapa guru utamanya? Orang tua anak tentunya. Karena tanggung jawab orang tua tak dapat diwakilkan pada orang lain sekalipun pada gurunya di sekolah. Orang tua harus ambil porsi besar dalam membimbing dan mendidik anak. Apa lagi untuk urusan pendidikan seksualitas anak sendiri.

Dra. Hj. Wulansari, pakar parenting Yayasan Kita dan Buah Hati
“Sudah saatnya orang tua memutuskan dan melangkahi tabu atau saru dalam membicarakan seks. Semakin disembunyikan, akan membuat anak semakin penasaran dan mencari tahu diam-diam. Dalam pencariannya, si anak bisa memproduksi wawasan yang dibangunnya sendiri dan meyakini apa yang ditemukannya sendiri. Ini lebih berbahaya. Lain jika orang tua memberi edukasi seks sambil memberikan pengertian dan penjelasan yang lebih dalam dengan kapasitas anak. Setidaknya anak terbuka pemahamannya dan dapat menentukan sikap serta mengetahui apa yang boleh dan tidak patut dilakukan.” Papar Ibu Wulansari.

Dengan penjelasan dan didikan seks dari orang tua, dapat mengantarkan anak juga ke kehidupan seksualitas yang semestinya, sehat, wajar dan benar. Tidak menyimpang dan tidak terpengaruh dan tidak terbawa arus dengan info menyesatkan. Serta terhindar dari pengaruh komunitas penyuka sesama jenis yang marak di sosial media.

Maraknya informasi yang menjerumuskan berkedok hiburan melalui sinetron, video youtube, musik, video klip dan bacaan komik yang berbentuk karikatur seolah untuk anak-anak padahal kontennya dewasa, ini adalah pengaruh besar dampak lingkungan. Peran pemerintah dalam hal ini masih kurang terintegrasi dan tak semua masyarakat paham terhadap bahaya yang mengintai dari suguhan-suguhan yang banyak digemari anak-anak melalui media-media tersebut.

Dampak lingkungan lainnya, masa remaja yang merupakan proses pencarian jati diri, jika terusik sedikit saja, membuatnya merasa harga dirinya jatuh. Saat teman-temannya mem-bully, mengejek dan menekan karena tak mau diajak teman sebayanya minum minuman keras, judi dan bolos sekolah, anak yang tidak kuat prinsip baiknya akan terpaksa mengikuti ajakan tidak baik ini. Maka terjadilah bencana dan mengantarkannya pula pada pergaulan bebas. Ini yang harus jadi perhatian orang tua.

Kenyataannya orang tua masih banyak yang bingung dari mana memulainya untuk membicarakan seks pada anak. Berikut tips dari Ibu Wulansari untuk mengawali obrolan tentang seks dengan buah hati:

Ngobrol Santai: Awali dengan bahasan ringan yang ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, misalnya menerapkan kebiasaan untuk ganti baju di tempat tertutup dan memberi tahu bahwa organ kelaminnya harus selalu dibersihkan agar tidak terkena penyakit. Dan menyarankan supaya pakaian dalamnya sering diganti dengan yang bersih agar terhindar dari bakteri atau sumber penyakit lainnya.

Usia remaja yang sudah puber, jika perempuan ditandai dengan datangnya haid sedangkan remaja laki-laki ditandai mimpi basah. Kondisi ini perlu diketahui orang tua sebagai landasan memberi edukasi agar anak tidak melakukan hal yang salah. Tanyakan pelan-pelan sambil menyisipkan pengertian secara wawasan berdasarkan ilmu pengetahuan dan memasukkan unsur agama. Olah dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami anak.

Hadapi Pertanyaan Anak: Orang tua juga harus siap menghadapi pertanyaan-pertanyaan anak terkait seksualitas. Orang tua harus upgrade ilmunya sendiri baik melalui bacaan atau mengikuti berbagai seminar atau talkshow. Putuskan prinsip menganggap saru atau tabu ketika membicarakan seks untuk edukasi.

“Ketika anak bertanya tentang sperma, penis, vagina, dubur, mimpi basah atau bagaimana terjadinya kehamilan, orang tua jangan langsung memarahi anak dan bertanya “tau dari mana?” dengan nada tinggi. Sebaiknya ajak anak duduk bersama lalu jelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami. Misalnya, jika anak bertanya “apa itu sperma?” Jawab saja yang masuk akal dan ada landasan agamanya, “Nak, sperma itu adalah ciptaan Allah SWT dan dianugerahkan hanya untuk laki-laki. Sperma merupakan salah satu alat reproduksi laki-laki yang harus dijaga dan tidak disalah gunakan.” Ibu Wulansari menjelaskan dan memberi contoh.

Menjelaskan seksualitas, batasi dulu sesuai tahapan perkembangan anak dan sejauh mana anak bertanya. Jawaban yang dibutuhkan anak adalah jawaban yang sesuai dengan usia, kemampuan berpikir dan emosi anak.


Dalam memberikan edukasi seks pada anak, ada tiga pilihan untuk orang tua, yakni:

Membeo

Cara membeo adalah cara mendidik anak dengan meniru orang-orang di sekitarnya atau meniru orang yang menjadi idola atau inspirasinya. Baik di lingkungan, media televisi dan lain-lain. Tidak salah memakai cara ini jika yang ditirunya merupakan orang yang memberi pengaruh baik. Tapi jika cara yang ditirunya kurang cocok tidak perlu dipaksakan. Salah-salah malahan memberi efek tidak baik dalam penerapannya karena beda keluarga beda budaya dan latar belakang.

Mengulang Sejarah

Kebanyakan orang tua menerapkan didikan pada anak meniru orang tuanya di masa lalu. Ada yang menganggap tabu lalu saat anak membicarakan seks karena ingin tahu, dimarahi dan dihukum. Memakai cara ini, jika ada kebaikan yang bisa diterapkan dari masa lalu, itu baik tapi jika pelajaran masa lalu itu bertentangan dan malah akan menjatuhkan mental anak, sebaiknya tinggalkan.

Mengubah Pikiran

Pilihan ketiga ini menjadi saran utama dari Ibu Wulansari. Mengubah pikiran artinya, orang tua bisa menyesuaikan dengan perkembangan keadaan, baik secara ilmu pengetahuan, budaya dan lingkungan anak sekarang.

Anak-anak yang lebih interaktif, lebih tanggap teknologi dan lebih kritis tak bisa disamakan dengan anak zaman dulu yang bisa dibilangin atau ditakut-takuti saja. Maka orang tua harus selangkah lebih maju dari anak untuk menguasai atau sedikitnya lebih tau teknologi kekinian. Tak harus punya semua akun sosial media, setidaknya orang tua bisa mengontrol isi gadget dan aktivitasnya. Sehingga terhindar dari hal-hal tak diinginkan. Atau terhindar dari menerima informasi terkait seksualitas yang belum waktunya.

Mengubah pola pikiran terhadap prinsip tabu dan saru menjadi sarana edukasi seks terbuka bersama anak-anak. Jadikan masanya mengawali pubertas dianggap sebagai prestasi. Jadi anak tidak malu dan tidak menutup-nutupi.

Ucapkan selamat dan apresiasi pada anak yang pertama menjalani haid atau mimpi basah, katakan bahwa moment itu adalah permulaan anak mempunyai tanggung jawab terhadap diri sendiri. Paparkan kiat-kiat menjaga diri dan menghindari berbagai ajakan tidak patut. Menurut Ibu Wulansari, dengan cara ini, anak merasa mendapatkan kepercayaan dan menerima perubahan perkembangan organ reproduksinya.


Dalam kesempatan ini, Ibu Wulansari berbagi kiat menghadapi pertanyaan anak sebagai berikut:

1. Tenang, kendalikan diri, tarik napas dan hembuskan perlahan

2. Jika risih atau segan katakan saja apa yang dirasakan

3. Ketika belum siap menjawab karena belum tahu, jujur saja dan tunda jawabnya

4. Gunakan Prinsip KISS (Keep Information Short & Simple) tidak bertele-tele apalagi     menggunakan bahasa ilmiah yang hanya dimengerti para dewa, hehehe. Yang penting informasinya benar, buat sesimpel mungkin.

5. Sadarkan pada nilai-nilai agama, ini penting sebagai landasan utama dan pengendali diri anak. 

6. Supaya sadar bahwa aturan agama merupakan aturan mendasar yang menyelamatkan karena sifatnya universal mencakup semua tingkah laku kehidupan.

7. Manfaatkan The Golden Opportunity manfaatkan masa keemasan anak, mumpung anak masih anak-anak atau remaja, masih mudah dibentuk. Pada masa ini, perbanyak asupan-asupan cerita positif dan pembangunan karakter yang baik serta sedikit-sedikit perkenalkan aktivitas pengenalan seksualitas melalui menjaga kebersihan organ sensitif setiap hari dan menjaganya dari jamahan orang lain.


Kesimpulannya, rasa ingin tahu anak terhadap seks itu wajar dan selalu berulang-ulang. Issue sama hanya usia bertambah jadi pertanyaan biasanya bertambah rinci. Ini merupakan PR orang tua untuk lebih fokus dan selalu upgrade ilmu pengetahuan baik secara teknologi maupun wawasan lainnya.

“Sebagai orang tua, tingkatkan terus ilmu pengetahuan dan sebagai pendidik seksualitas anak harus konsekuen dan respect, jalinlah hubungan yang dekat dengan anak agar anak bisa terbuka tentang apa yang dihadapinya.” Pesan Ibu Wulansari sambil menutup sesi talkshow nya.

Terima kasih untuk SMP Al Azhar 25 beserta kreativitas Ibu-Ibu Jamiyah nya yang menyelenggarakan acara bermanfaat ini. Semoga acara seperti ini berkelanjutan.

15 comments

  1. Pas aku esEmA ada begini, dijelasin tahap tahap pelecehan seksual dari org dekat, dn dijabarkan alasan logis kenapa non muhrim g boleh dua dua an

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mba, harus setahap setahap dikasih pengertian ke anak :)

      Delete
  2. tehh, lengkap banget artikelnya, pas buat aku yg anak2nya mulai/udah puber. Bermanfaat banget...langsung aku bookmark nih...

    ReplyDelete
  3. Apa kabaaar teh.. happy new year yaaa.. aku pun sudah mulai mendapat pertanyaan seru dari anak-anak :). Harus bijak menjawabnya ya.. dan seminar parenting memang membantu banget..

    ReplyDelete
  4. Jaman bunda menjadi ibu muda gak ada talk-show macam begini , Ani, tp alhamdulillah bunda bisa mengantarkan anak2 ke gerbang kehidupan yang tidak melupakan keimanan dan kemandirian. Aamiin.

    ReplyDelete
  5. Keren ya tugas ibu, kudu terus cari ilmu ya teh, agar bisa selalu mendampingi anak di masa tumbuh kembang

    ReplyDelete
  6. Edukasi tentang seks memang harus disampaikan pelan2, ya teh.
    TFS.

    ReplyDelete
  7. Tulisan bermanfaat teh, kiat-kiat biisa buat bahan belajar buat aku juga

    ReplyDelete
  8. Artikelnya bagus banged niy Teh, bermanfaat banged buat Aku sebagai newmom.

    ReplyDelete
  9. Teknologi emang bisa jadi pedang bermata dua kalau ngga benar-benar disaring ya, Teh.
    TFS Teh. Buat bekal nih.. :D

    ReplyDelete
  10. sharingnya wow banget mbak, sangat inspiratif. BTW makasih banget mbak, jadi semakin bertambah wawasan saya :)

    ReplyDelete
  11. noted banget mba, menghadapi revolusi media maka menuntut kita sbg ortu mesti melek informasi dan menambah wawasannya.
    makasi sharingnya mba

    ReplyDelete
  12. makin maju perkembangan zaman semakin serem itu efeknya.... emang orang tua kudu pantau terus si anak teh,,,, hehehe.. keren artikelnya

    ReplyDelete