Dongeng Pohon Impian Membentuk Karakter Anak

Pemain Drama Musikal Pohon Impian

Beberapa minggu lalu, saya sempat menuliskan tips mendongeng dari Kak Seto dan Kak Ario Zidni di acara presscon peluncuran Drama Musikal Pohon Impian di Ciputra Artpreneur Jakarta. Mendongeng merupakan wadah untuk mengekspresikan diri sikap yang berisi harapan untuk memperoleh karakter baik pada anak. Dengan mengungkapkan segala fakta kebenaran atau hal lainnya yang diungkapkan untuk dicerna dan disikapi.

Berangkat dari dongeng, memberi efek ke kehidupan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, mendongeng harus dibudayakan kembali karena saat ini sudah terkikis dengan aktivitas lainnya yang kurang interaksi, seperti main gadget yang over dan cenderung individual.

Maka, NIVEA mendukung upaya agar aktivitas mendongeng dapat menjadi kebiasaan yang marak kembali melalui gelaran NIVEA #SentuhanIbu - Dongeng Pohon Impian yang dilaksanakan pada  22 Desember 2018 (Bertepatan dengan Hari Ibu) di Ciputra Artpreneur dengan dua jadwal pilihan, yaitu pada pukul 14.00 dan 19.00.

Untuk dongeng, selalu mengingatkan saya ke masa kecil. Karena saya sering didongengi oleh orangtua, nenek atau paman. Selalu diceritakan karakter – karakter yang tak jauh dari kehidupan di lingkungan rumah atau sekolah. Masih ingat saat Paman saya mendongeng kisah tiga bersaudara yang miskin tapi selalu menghindari segala hal yang dapat menjatuhkannya dengan bersikap menjaga harga diri dengan melakukan kebaikan.

Lalu, saya juga mendapatkan banyak cerita dari dongeng sandiwara radio yang selalu saya dengarkan setiap sore. Macam - macam dongengnya, mulai kisah cinderella, malin kundang, sangkuriang, dongeng laga hingga dongeng berbahasa daerah Sunda. Efeknya, saya jadi kaya imajinasi dan tertarik membuat tulisan dongeng sendiri yang diperankan oleh teman - teman sebagai pemainnya. Jika ingat hal itu, saya suka tersenyum sendiri, bisa-bisanya teman saya itu pada nurut untuk main drama dari hasil skenario saya, padahal masih usia sekolah dasar.

Kembali ke Drama Musikal Pohon Impian, tiket yang dijual di Lazada dengan harga mulai Rp.150.000 – 300.000 ini sold out menunjukkan animo masyarakat akan dongeng melalui drama musikal ini masih tinggi dan menyimpan banyak harapan ke depannya untuk membentuk karakter anak yang didapatkan inspirasinya dari aktivitas mendongeng atau menonton drama musikal yang mendidik.

ki-ka: Nurul Susantono, Dania Najmi, Maisha Kanna, Najma Sahira, Arum Nurhandayani

Arum Nurhandayani, Brand Manager NIVEA Creme, PT Belersdorf Indonesia, mengungkapkan bahwa melalui NIVEA #Sentuhan Ibu - Drama Musikal Pohon Impian, dapat meningkatkan bonding antara ibu dan anak. Tak hanya mengedukasi dan membentuk karakter anak tapi dapat menginspirasi sang ibu juga karena drama musikal ini berisi cerita yang tak jauh beda dengan kenyataan kehidupan sehari-hari yang banyak terjadi.

“Cerita yang berkarakter dan kostum unik serta spot di luar acara dengan desain menarik, akan memberikan kesan tersendiri buat para penonton dan semakin mendekatkan ibu dan anak.” Ujar Arum.

Nurul Susantono, Sutradara Drama Musikal Pohon Impian, menambahkan bahwa semua hal yang didapatkan dari menonton pertunjukkan ini, penonton baik ibu dan anak akan mendapatkan banyak inspirasi dan imajinasi yang tidak terlupakan. Mengingat cerita yang mendalam, kostum meriah, unik, lagu - lagu yang ceria dan banyak hal yang bisa ditangkap memanjakan mata dan perasaan.

Bagaimana bocoran jalan cerita di Drama Musikal Pohon Impian ini? Diungkapkan Dania Najmi, bahwa dirinya yang berperan sebagai Ibu bernama Imaji mempunyai anak bernama  Angan yang diperankan oleh Maisha Kanna.

“Imaji menggambarkan sosok ibu yang selalu memberikan cinta kasih tulus dan upaya untuk kebahagiaan sang anak, Angan. Dia tak pernah menyerah untuk memberikan kebahagiaan pada Angan dengan segala upaya. Bahkan petualangan Angan bersama sahabat - sahabatnya akan memberi ruang petualangan juga bagi para penonton.”

Dalam Media Day pada 21 Desember 2018, sehari sebelum pentas dimulai, saya dan undangan lainnya menyaksikan cuplikan Drama Musikal Pohon Impian dalam dua cuplikan adegan. Ketika sang ibu mendongeng untuk anaknya di tempat tidur dan ketika sang ibu berjualan di warung kopi sambil menemani anaknya, Angan bermain.

Dalam adegan tersebut, walau sebentar terlihat nyata edukasi cerita yang menyentuh soal sikap seorang ibu yang tak membiarkan anaknya dibandingkan dengan anak lainnya karena kemampuan yang berbeda. Sang ibu begitu logis menggambarkan anaknya yang punya kelebihan lain yang tak dimiliki oleh orang lain. Juga memberikan sikap sewajarnya serta sikap tetap santun terhadap orang tua lain yang berpendapat beda.

Persahabatan yang dijalin Angan dan Angin juga memberikan ketulusan saling support untuk sama - sama memajukan satu sama lainnya. Ini sangat mendidik karakter sportif dan rasa empaty terhadap sesama.




Gelaran Drama Musikal Pohon Impian ini hanya dipertunjukkan pada Hari Ibu saja namun jangan khawatir buat yang tak berkesempatan hadir di acara ini, bisa mendapatkan ceritanya melalui Buku Cerita NIVEA #SentuhanIbu – Dongeng Pohon Impian. Menurut Arum Handayani, buku ini bisa didapatkan di Toko Buku Gramedia terdekat mulai tahun 2019. Jangan sampai kehabisan! Karena buku ini ceritanya diadaptasi dari Drama Musikal Pohon Impian yang telah digelar.

Tujuan peluncuran buku ini, tentunya untuk selalu menginspirasi banyak ibu agar selalu melakukan aktivitas mendongeng di era serba gadget ini. Mari kita hidupkan kembali karakter bernyawa pada anak agar selalu punya rasa empaty dan sikap yang berkarakter dalam setiap jalan hidupnya. 

1 comment

  1. era digital memang sulit buat ngenalin kembali buku dongeng macam ini teh, gimana tdk bocah sekarang udah mainan gadget dan game rengekannya...

    ReplyDelete