“Memilih sekolah yang tepat untuk anak dapat mengoptimalkan proses belajar yang bernilai”
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Zayn Ali, seorang praktisi pendidikan yang menjadi Narasumber Webinar pada 4 Juni 2025. Webinar yang dihadiri oleh ratusan peserta dengan dominasi para orang tua murid ini merupakan inisiatif dari Sari Asih Group melalui dua institusi pendidikan Pondok Pesantren Tahfidz Ar-Rahmah dan SMA IT Ar-Rahmah Tangerang.
Peserta yang interaktif dan narasumber yang kompeten dipandu oleh presenter dengan jam terbang tinggi yaitu Dini Fitria, membuat suasana webinar terasa hangat dan meriah namun tertib. Saya rasa semua peserta yang hadir benar-benar membutuhkan ilmu kiat memilih sekolahan yang tepat untuk anak-anaknya kelak atau bagi saudara dan keponakan-keponakannya. Begitu juga dengan saya pribadi. Walaupun anak saya sudah lulus kuliah namun saya tetap memerlukan informasi ini karena keponakan saya ada 27 orang dengan rentang usia mulai bayi hingga anak kuliah. Jadi harus andil juga dong saat mencarikan informasi yang tepat untuk mereka sekolah.
Sesi Narasumber Zayn Ali
Zayn Ali
Zayn Ali membagikan langkah-langkah dalam memilih sekolah yang tepat untuk anak sebagai berikut:
Menyelaraskan nilai-nilai keluarga
Cara sederhana yang disarankan adalah dengan mempelajari visi dan misi dari sekolahan tersebut. Bukan sekadar mencari makna dan indahnya kalimat dari sebuah visi dan misi namun mencari tahu apakah visi dan misi yang diusung tersebut benar-benar dijalankan dengan baik atau sekadar normatif? Setelah mendapatkan informasi yang benar, baru melangkah ke proses selanjutnya yaitu mencari informasi yang lainnya.
Memahami konsep dan kurikulum pembelajaran
Banyak pilihan sekolah dengan metode khusus yang ditawarkan. Seperti regular, boarding school atau pesantren. Usahakan tidak impulsif saat mendaftarkan anak sekolah karena dampaknya jangka panjang dan memengaruhi kesan membekas pada anak atas semua dinamika yang ada di lingkungan sekolah. Harapannya, anak dapat bersekolah di lingkungan yang ekosistemnya mendukung.
Pada saat orang tua memahami konsep pembelajaran pada sebuah sekolah, ke depannya tidak akan terjadi kesalahpahaman atau tuntutan yang dianggap tidak sejalan maka dari itu penting untuk mendapatkan kejelasan di awal.
Kurikulum belajar pun jangan segan untuk ditanyakan apakah menggunakan kurikulum terupdate atau masih tertinggal dengan kebijakan yang baru? Tujuannya agar tidak ada miskonsepsi tentang apa yang dipelajari oleh anak-anaknya.
Inklusivitas dan vokasi apakah menjadi pilihan?
Pilihan sekolah inklusif atau eksklusif bisa menjadi pertimbangan orang tua dalam menyekolahkan anak-anaknya. Kembali kepada prioritas dan kebutuhan yang fokus. Menurut Zayn Ali, sekolah eksklusif pun dapat menjadi solusi bagi anak yang membutuhkan kondisi tersebut dikarenakan kesehatan atau psikologisnya. Namun banyak juga orang tua yang menginginkan anaknya belajar menghargai perbedaan dan memupuk empati tinggi, pastinya lebih tepat dimasukkan ke sekolah inklusif.
Sekolah vokasi dapat menjadi pilihan bagi anak-anak yang suka proses pembelajaran berbasis praktik. Biasanya sekolah vokasi ada pada level sekolah menengah, misalnya SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yang siap kerja karena menitikberatkan pada keterampilan praktis yang siap pakai dalam industri. Dalam memilih pendidikan vokasional, anak harus diajak berdiskusi dan berikan pengertian terkait metodenya. Kesiapan anak juga harus diperhatikan agar dapat mengikuti ritme proses pembelajarannya.
Pendukung solusi terhadap mental health
Data Riskesdas 2021 mencatat 40% anak dan remaja mengalami gangguan mental. Oleh karena itu, kesehatan mental patut menjadi perhatian utama di samping poin-poin lainnya dalam menentukan sekolah anak.
Pilih sekolah yang menyediakan pendukung pemulihan mental health misalnya, tersedianya tempat konsultasi untuk berbagai permasalahan siswa, adanya advokasi jika terjadi permasalahan serius atas mental health yang disebabkan perundungan.
Setelah semua pendukung mental health tersedia, satu lagi yang penting diketahui, yaitu bagaimana kesiapan sekolah menghadapi berbagai masalah mental health yang terjadi pada anak didiknya, apakah komunikatif dengan orang tua murid untuk berkoordinasi dalam mendapatkan solusi atau cenderung normatif dan tidak terlalu menangani solusi.
Fasilitas sekolah memadai
Menarik sekali saat Zayn Ali menjelaskan mulai dari mana orang tua harus memerhatikan fasilitas sekolah yang harus dipenuhi. Zayn Ali mengajak semua orang tua untuk melihat toilet sekolah dulu sebelum melihat kelas, lobi dan lain-lainnya. Menurut Zayn Ali, toilet adalah cerminan utama dari sekolahan dalam menanamkan komitmen kedisiplinan dan kebersihan. Fasilitas toilet terdengar sepele namun sangat penting karena toilet sering digunakan dan jika tidak bersih dan banyak fasilitas toilet yang rusak, siswa akan malas menggunakannya karena membuat tidak nyaman.
Selain itu, toilet juga mencerminkan kepedulian pihak sekolah terhadap kesehatan para siswanya. Kebayang kan kalau misalnya toilet sekolahan itu kotor dan banyak kuman serta sumber penyakit lainnya? Siswa pengguna toilet dengan kondisi buruk akan menimbulkan penyakit mulai dari serangan ke kandung kemih, infeksi kulit di sekitar alat kelamin, diare dan lain-lain. Otomatis proses pembelajaran akan terganggu.
Bagaimana cara termudah mengenal sekolahan lebih dekat?
Zayn Ali mengajak para orang tua untuk mencari program trial dari sebuah sekolahan, biasanya ada beberapa sekolahan yang menyediakan program sit in yaitu siswa dapat mencoba belajar di sekolah tersebut dalam beberapa waktu untuk mengenal lebih dekat lingkungan sekolah tersebut.
Menghadiri Open House, dari acara ini orang tua calon siswa akan mengetahui lebih detail tentang sekolahan yang akan menjadi pilihan. Bahkan bisa mengikuti school tour plus tanya jawab dengan manajemen dan pihak sekolahan dengan leluasa.
Dalam waktu dekat, SMA IT Ar-Rahmah Cendekia Tangerang dan Pondok Pesantren Tahfidz Ar-Rahmah akan menyelenggarakan open house, informasinya dapat disimak di media sosial SMA IT Ar-Rahmah Tangerang atau Pesantren Tahfidz Ar-Rahmah Tangerang.
Sesi Narasumber Psikolog Intan Erlita
![]() |
Intan Erlita, M.Psi., Psikolog |
Paparan Zayn Ali yang memberi pandangan bahwa sikap sekolah yang tidak hanya menekankan pada “angka” artinya tidak terpaku dengan sistem peringkat rapor, seberapa banyak lulusan yang diterima di universitas favorit atau acuan-acuan lainnya yang kurang membangun karakter anak, diaminkan oleh Psikolog Intan Erlita.
Mempelajari semua mata pelajaran dengan maksimal adalah suatu keharusan namun lebih penting lagi, siswa dapat menumbuhkan karakternya dengan menyerap budaya pembelajaran dari sekolah yang mendukung pembangunan soft skills yang memadai.
Kemampuan yang wajib dimiliki oleh semua anak di abad ini adalah mencakup kemampuan memecahkan masalah, berpikir kritis, berjejaring hingga berkomunikasi efektif. Psikolog Intan Erlita pun memberikan alasan logis bahwa semua soft skills yang menjadi bekal anak, hasilnya akan menjadikan anak seorang problem solver yang mampu berkontribusi baik pada lingkungannya. Jadi, dalam jangka panjang anak akan menebar manfaat luas.
Menutup sesi nya, Psikolog Intan Erlita mendorong semua keluarga terutama orang tua untuk berpartisipasi aktif dalam memberikan didikan pada anak agar selaras karakternya baik ketika di rumah, di sekolah maupun di tempatnya bermain. Semua kembali lagi pada didikan keluarga sebagai fondasinya.
Setuju Teh, kalau istilah saya mah orang tua harus tahu tentang budaya sekolahnya dan menyelaraskan dengan karakter anaknya untuk mencapai keberhasilan pendidikan.
ReplyDeleteAku langsung teringat sama ucapan salah satu pembisnis "kalau mau investasi di sebuah perusahaan, coba cek toiletnya dulu". Ternyata hal ini memang jadi fokus utama, bahkan dalam hal memilih sekolah buat anak.
ReplyDeleteToilet adalah cerminan kedisiplinan serta kebersihan. Harus diingat baik-baik sekali. Jika suatu hari dikaruniai anugerah anak, jadi sudah ada ilmu jika mau cari sekolah buat anak kriteria nya gimana. Nuhun teh atas sharingya, bermanfaat sekali pastinya.