Toko Buku Yang Tertukar

Pic By: www.pixabay.com


“Apa sih?” Pasti begitu ya yang baru baca judul tulisan saya ini hehehe. Kayak judul sinetron saja. Saya tergelitik sudah lama ingin menuliskan topik ini. Soal Toko Buku yang sudah berubah fungsi menjadi toko Alat Tulis Kantor (ATK), menjadi toko tas dan sepatu serta menjadi toko souvenir. Padahal namanya masih “toko buku” kan jadi mencari tahu saya, apa yang salah dengan fenomena ini?

Tujuh tahun lalu, saya masih menemukan toko buku yang didominasi dengan buku-buku bacaan, ATK dan kawan-kawannya hanya sebagai pemanis atau tim hore saja. Porsinya pun tidak banyak dan adanya di pojokan toko. Jadi, jualan ATK dan lain sebagainya bukan yang utama karena toko tersebut adalah toko buku.

Bahkan, di beberapa supermarket dan minimarket, saya selalu menemui satu rak khusus buku dan majalah walau tak banyak. Jadi, saya selalu semangat kalau belanja ke sana, karena selalu mampir baca-baca dulu di pojokan buku tersebut. Jika ada buku yang menarik, saya biasanya membeli.

Itu saja belum cukup, dulu di pinggiran toko dan supermarket di Pamulang ada beberapa kios yang menjual buku-buku bekas, ini juga bikin saya betah berlama-lama pilih buku apa yang akan dibeli atau sekadar numpang baca.

Betapa besar minat saya terhadap buku dan mencintainya seperti soulmate, jadi merasa betah dan bagaikan di tempat mewah karena dengan buku, saya jadi menjelajah banyak tempat, meluaskan cakrawala dan belajar banyak hal dengan leluasa. Walau ada buku digital, saya tetap merasa nyaman membaca buku fisik.

Kini toko buku seolah hampir punah, toko buku yang besar pun mulai bergeser jumlah buku yang dijualnya, dari satu toko, untuk buku bacaan yang ada di display hanya sekitar 40% saja bahkan 30% untuk posrsi besarnya didominasi oleh souvenir, ATK dan lain sebagainya. Miris bukan?

Ke beberapa toko buku, saya mendapati hal seperti ini dan berujung kecewa serta sedih. Kemunduran minat baca anak terhadap buku bacaan kian menurun sehingga membuat para penulis patah semangat bahkan ada yang mengundurkan diri, tak jadi penulis buku lagi dikarenakan penjualannya lesu.

Minat baca masyarakat yang kian menurun ini berimbas langsung pada produktivitas para penulis, termasuk penulis cerita perjalanan Trinity yang mengungkapkan bahwa kondisi tersebut membuatnya lelah. Makanya Trinity memutuskan hibernasi sesaat dari dunia menulis.

Padahal dengan buku, siapapun dapat menemukan jalan yang diinginkan. Masalah minat baca anak zaman sekarang masih kurang perhatiannya. Semestinya digalakkan lebih massif lagi dengan berbagai cara. Salah satu contoh, saat anak saya SMP, guru Bahasa Indonesia nya mengadakan program literasi dengan mewajibkan setiap anak membawa buku bacaan apa saja yang disetujui pihak sekolah.

Perpustakaan yang sudah superkeren di kawasan Jakarta Pusat pun hanya banyak digunakan sebagai tempat selfie atau tempat janjian kumpul anak muda. Banyak sekali buku bermanfaat yang bisa dibaca dan dipinjam. Tetapi lagi-lagi minat selfie lebih kuat dari membaca itu sendiri saat pergi ke sana.

Toko buku bacaan buat saya seperti taman bermain dan tempat paling menyenangkan yang tak membosankan. Karena dahaga ilmu dapat tertuntaskan di sana. Bahkan ketika di perpustakaan atau toko buku, serasa memperoleh energi lebih yang membuat saya percaya diri. Selain itu, dari buku-buku klasik jadi tahu kehidupan masa lampau yang seolah menembus lorong waktu menjelajahi kehidupan masa lalu yang tak pernah dirasakan.

Dari menggali banyak inspirasi dan pelajaran berharga dari isi buku yang dibaca, membuat dunia serasa luas dan tak mati gaya. Saya saat ini seolah sedang kehilangan taman bermain itu. Tempat yang menjadi pelipur saat bosan. Biasanya melipir ke toko buku terdekat tapi sekarang toko bukunya sudah berubah fungsi menjadi toko ATK dan souvenir walau namanya masih Toko Buku.



1 comment

  1. Mungkin kayaknya para penerbit juga udah mulai saatnya mengikuti perkembangan zaman teh. Memperbanyak e-book. Dulu aku ga suka baca e-book. Tapi ngeliat anak2ku malah lebih suka baca via gadget mau ga mau memang gaya kita mendidik anak mengikuti juga kemajuan teknologi. Aku tuh sampe sebel sama anakku kalo udah pegang gadget. Tapi mau gimana lagi banyak aktivitas menarik dg gadget. Menggambar, membaca, menulis, sosmed-an segala macam dimudahkan dg si gadget ini. Eh ini aku malah curhat. Ini omelan emak2 yg merasakan beratnya mengasuh abege teh hahahaha

    ReplyDelete