Clozetters Gathering With Parenting Club |
Mempersiapkan generasi
penerus berkualitas harus sejak dini dan peran orang tua adalah paling utama.
Aktivitas si kecil mulai dari rumah mencerminkan pergaulan anak di masa
mendatang, kelak terjun ke masyarakat luas nantinya tidak akan menemui masalah.
Anak saya usianya sudah
13 tahun berarti sudah remaja, tapi menurut Psikolog Rosdiana Setyaningrum,
usia segitu masih terhitung anak-anak. Dan tidak salah saya mengikuti acara
Parenting Club bersama Wyeth dan Clozette Indonesia. Saya pun masih punya
banyak keponakan yang masih kecil dan ilmu yang saya timba ini bisa dibagikan
ke adik-adik dan sepupu saya yang masih punya anak kecil.
Clozetters dan
Parenting Club Gathering ini dilaksanakan di Gastromaquia yang cozy dengan dominasi putih sesuai dengan
dress code kami. Terdapat di kawasan
selatan Jakarta pada 24 Mei 2017. Kami mengenakan dress code White Touch Gold
menyemarakkan suasana yang penuh keramahan panitia dari sejak kedatangan di venue.
Sambil networking dengan teman-teman baru, kami
mengawali acara dengan foto-foto dan makan sore.
Photo credited : Dwina Yusuf |
Herfiza dan Psikolog Rosdiana Setyaningrum memberikan materi parenting |
Tak lama, acara inti
berupa talkshow pun dimulai,
narasumber talkshow adalah Psikolog Rosdiana Setyaningrum dan Artis Herfiza
yang akrab dipanggil Moya.
Menurut Rosdiana, ada
tiga aspek agar anak mempunyai kemampuan berbeda, dalam arti, mempunyai
kemampuan yang tidak biasa dan berpengaruh pada perkembangan daya pikirnya
sampai dewasa nanti.
Tiga aspek tersebut
adalah Akal, Fisik dan Sosial.
Rosdiana menyatakan
bahwa setiap anak mempunyai kemampuan yang unik, masing-masing mempunyai
potensi dalam dirinya masing-masing. Jadi, parang orang tua sebaiknya tidak
selalu membandingkan kemampuan anak sendiri dengan anak lain.
Dalam hal ini, Rosdiana
menekankan pada pola pengasuhan anak. Orang tua harus mengetahui bagaimana pola
asuh yang cocok, karena pola asuh pada anak tak bisa disamakan. Ada anak yang
harus diperlakukan dengan lemah lembut, kegesitan, suka mandiri atau perlu
harus dituntun. Nah, pola asuh ini bisa diketahui dari sifat dan kondisi anak
serta lingkungannya.
Setelah mengetahui pola
asuh yang cocok, orang tua harus konsisten dalam mendampingi anak. Artinya,
semua aktivitas anak harus dalam pengawasan orang tua agar diketahui kelebihan
dan kekurangannya. Jadi, saat hendak mencari solusi, orang tua sudah tahu
langkah apa yang harus ditempuh.
Menggali
Akal Anak Sejak Dini
“Anak akan mempunyai
akal yang luas apabila anak dibiarkan meng-eksplor segala sesuatu, misalnya,
biarkan anak memanjat kursi tapi di bawahnya ada matras, tidak perlu selalu
dituntun tapi cukup dilihat. Bila anak jatuh, biarkan dia mencari solusi
sendiri jadi akan terlatih dalam mengasah akalnya. Atau ketika main tanah dan
mencoba sesuatu yang tidak biasanya tapi masih dalam batas wajar, adalah sangat
baik sebagai latihan menemukan solusi.” Kata Rosdiana.
Akal berhubungan dengan
otak, anak yang cerdas tentunya perlu konsumsi makanan yang nutrisinya cukup
baik. Gizi seimbang antara karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan
susu. Pola makan anak juga harus teratur dan dijaga.
Anak makan sebaiknya
tidak sambil nonton, menurut Rosdiana, jika anak makan sambil nonton nanti
fokusnya akan ke tontonan bukan ke makanan. Bisa jadi, anak akan makan terlalu
sedikit atau terlalu kurang jika makan sambil nonton.
Menu makanan anak pun
harus bervariasi, mengingat kebutuhan gizi bukan hanya ada pada satu jenis
makanan. Anak-anak pun harus belajar mencoba berbagai jenis makanan agar sumber
nutrisinya lengkap.
Untuk aturan makanan,
jika anak tinggal satu rumah dengan kakek nenek atau anggota keluarga lain,
mereka harus tahu pola makan anak dan harus diberi tahu juga makanan apa saja
yang tidak boleh dikasih. Misalnya, makanan yang memicu alergi jika anak sedang
alergi, kebiasaan makan permen berlebihan dan lain-lain. Usahakan komunikasikan
dengan baik agar mengatur pola makan anak sejalan.
Aktivitas
Fisik
Jika anak mempunyai
aktivitas fisik yang banyak, otak akan berkembang dan pertumbuhan badan akan
melesat. Tidak statis dan tidak individualis.
Usahakan anak tidak
banyak bermain gadget di rumah. Sebaiknya tumbuhkan minat baca dan banyak bermain
di luar bersama teman-temannya.
Jika main di rumah,
ajak anak dan fasilitasi anak dengan permainan yang edukatif dan dapat memicu
kreativitasnya.
“Mainan yang dapat
memicu kreativitas adalah main boneka sambil ada percakapan, main
masak-masakan, dengan masak-masakan, anak juga terlatih pengetahuannya
bagaimana proses memasak, dari mulai mengupas, memotong dan memasak. Kalau main
warung-warungan, anak juga terbiasa melatih diri untuk bertransaksi dengan mengajarkannya
berdialog dan antre.” Kata Rosdiana.
Permainan zaman dulu,
seperti kucing-kucingan dan main karet untuk perempuan serta main bola untuk
laki-laki juga sangat dianjurkan karena melatih motorik kasarnya.
“Sebelum anak diajarkan
cara menulis yang merupakan motorik halus, sebaiknya anak diajarkan main bola
dulu sebagai latihan motorik kasar jadi saat menjalankan motorik halus, anak
akan mudah melakukannya.
Jika anak mulai besar
dan sudah bisa menggenggam gelas dengan baik, sebaiknya ganti botol minum
dengan gelas plastik yang aman. Latih dan biasakan anak minum dengan gelas. Ini
pun merupakan latihan motorik halus.
Kemampuan
Sosial
Saat anak berada di
lingkungan ramai, biarkan anak mengeksplorasi diri dengan lingkungan dan
biarkan anak mengenal teman-temannya. Saat bermain bersama adalah kesempatan
anak untuk berlatih mempunyai empaty.
Saat anak
mengeksplorasi lingkungannya, anak akan mempunyai rasa percaya diri yang besar,
sebaliknya saat anak selalu diladeni, anak akan kurang percaya diri dan
bergantung pada orang lain.
Dalam kesempatan ini,
Herfiza yang masih punya anak balita pun berbagi pengalaman saat mendampingin
anak. Herfiza selalu melatih kedisiplinan anak mulai dari tempat makan. Jika
anak makan, harus di kursi makan, tidak bisa di kasur atau di tempat lainnya.
Begitu pula saat di mobil. Herfiza selalu membiasakan anak untuk tenang.
Hari beranjak petang,
tak terasa sudah banyak sekali ilmu yang kami dapat dari acara gathering ini.
Acara ditutup dengan bagi-bagi hadiah dan foto bersama.
Terima kasih Parenting
Club dan Clozette Indonesia atas kesempatannya.
Teh Aniii...aku udah lama mau ketemu tapi kmaren bawa bocil jadi nggak bisa ngobrol lama ��
ReplyDeleteTeh Ani anaknya udah lumayan besar ya^^
Anakku yg pertama jg senang bgt klo diajak bumbuin tempe hihi
Mba Ani, senang sekali ya kemarin mendapat banyak informasi tentang tumbuh kembang anak. Aku semakin tahu bahwa kepintaran anak-anak pun berbeda :)
ReplyDeleteSekar masih anak-anak...kayanya lebih ke fisik ya teh, mengingat jago silatnya. Keren lah sekar....
ReplyDeleteSekarangpun masih ada saja ibu-ibu yang membandingkan anak-anaknyasudah bisa apa saja, padahal semua anak pada dasarnya cerdas dan punya kelebihan masing-masing ya teh. Semoga semua orangtua bisa memahami itu.
ReplyDeleteke acara ini aku dapet banget ilmu, pas banget sama umur si bontot 2 tahunan. Di luar acara sempet curhat dan konsul sama mbak rosdiana soal perkembangan anak, heheheh
ReplyDeletega ngerti soal ginian secara belom punya anak.
ReplyDeletetapi bagus juga sih buat bekal di masa depan.
*bookmark dulu ah :)
Waah, disini lengkap ngbahasnya .. thanks yak, penting buat pengingat lagi nih :)
ReplyDeleteAktifitas fisik ya mbak yang jaman sekarang suka kurang, efek gadget sih soalnya.. Huhuu
ReplyDeleteTerkadang kita dibuat bingung dengan anak2, tapi dengan seringnya ibu mengikuti acara parenting dan rajin membaca jadi kita semakin tahu kebutuhan yang yg diperlukan anak2, ilmu inilah yg susah didapat. Terimakasih teh Ani infonya bermanfaat
ReplyDeleteNah setuju banget tuh, sama pola pengasuhan anak karena itu penting banget akan menjadikan apa kelak ketika dia dewasa. Trus juga dengan anak makan jangan di depan TV biar fokusnya ga ke TV betul juga ya Teh kata bu Rosdiana. Saya tambahin dikit hehe kalau nonton tv sambil makan ngunyahnya jadi lama hehe. Senang bisa ketemuan kita, acaranya menarik dan ilmu banget
ReplyDelete