Sebagai content writer,
dituntut untuk kreatif dalam membuat artikel supaya tidak sama isinya dengan
yang bertebaran di internet. Terutama ketika menempati posisi di search engine google. Kreativitas itu
tentunya harus memberikan angle tulisan yang unik, jarang diulas oleh website
lain dan memiliki narasumber yang valid.
Biasanya, beberapa
perusahaan tempat saya bekerja, membebaskan saya untuk
mencari narasumber asal relevan dengan tema yang diulas. Kesempatan ini, saya
gunakan untuk menggali lebih dalam narasumber di daerah-daerah yang konsen dalam
pemberdayaan perempuan. Karena saya fokus lebih banyak untuk kategori ini.
Hobi saya yang suka
jalan dan menyukai segala hal baru termasuk berinteraksi dengan orang baru, itu adalah kesenangan saya. Sangat cocok ketika saya harus mengejar narasumber
hingga daerah tempat tinggalnya.
Dua tahun lalu saya ke
Ngawi Jawa Timur untuk mewawancara Mba Reni penjual sayur keliling yang peduli
dengan kesehatan reproduksi. Tadinya saya hanya ingin mewawancarai Mba Reni
tetapi banyak selain Mba Reni yang bisa diwawancarai untuk memperkaya ulasan
saya di salah satu website NGO yang bekerjasama dengan saya. Ini rezeki banget
buat saya.
Mba Reni dan Gerobak Sayur nya |
Sambil jualan sayur bersosialisasi soal kesehatan reproduksi |
Untuk menikmati suasana
Desa Nglencong di Ngawi ini, saya memilih penerbangan sampai Solo dari Bandara
Adi Soemarmo Solo, saya naik taksi bandara sampai tujuan. Di sepanjang jalan
melihat pemandangan sejuk dan penduduk yang terlihat ramah. Oh ya, untuk ke
Ngawi memang lebih dekat dari Solo daripada Bandara Djuanda Surabaya.
Penginapan, saya dari jauh
hari sudah menghubungi salah satu anggota organisasi yang hendak saya
wawancarai, yaitu di rumah Ibu Anis Setyowati yang hanya tinggal berdua dengan ibunya.
Baru sampai di rumahnya, saya sudah merasa nyaman. Suasana yang benar-benar
sesuai untuk pekerjaan saya, bisa menulis dengan konsentrasi tinggi dan hawa
sejuk walau tanpa AC. Di sana saya serasa tinggal di vila.
Saya di sana tiga hari
empat malam dan benar-benar menikmati suasana rumah pedesaan, setiap hari makan
dari hasil kebun belakang rumah, ada pecel kembang turi, sayur asem, tempe
mendoan, ayam ungkeb, sampai minuman jeruk lemon pun didapat dari kebunnya.
Bagaikan surga buat saya.
Rumah Ibu Anis juga di
belakangnya ada hutan kecil yang ditumbuhi pohon jati tinggi-tinggi dan setiap
pintu dibiarkan terbuka lebar, menurutnya biar tetangga merasa nyaman jika
ingin singgah dan tidak merasa sungkan. Kehidupan sosial yang nyaris tak saya
temui di kota besar. Walau pintu-pintu terbuka lebar namun di sana tetap aman.
Walau dalam rangka
pekerjaan tapi saya merasa ini adalah refreshing
dan Ibu Anis mengizinkan saya mewawancarai narasumber di rumahnya yang luas
ini. Mba Reni dan beberapa perempuan inspirastif penggerak organisasi Aisyiyah
di Ngawi pun berdatangan ke rumah Ibu Anis. Kami berbincang santai sambil
menikmati kudapan khas pedesaan. Seperti, pisang rebus, kacang rebus, teh
tubruk manis dan keripik singkong pakai gula yang disebut loncis.
Ngobrol santai sambil menikmati kudapan khas desa |
Pecel Kembang Turi buatan Ibu Anis |
Sekarang kenalan yuk
dengan Wahdatul Aini atau akrab dipanggil Mba Reni. Ibu satu anak usia 27 tahun
ini, berprofesi sebagai penjual sayur gerobak keliling. Setiap jam 2 dinihari,
ia harus ke pasar untuk belanja sayuran untuk dijajakan paginya.
“Saya kadang diantar
suami kadang tidak. Bahkan ketika hujan deras pun saya tetap pergi walau suami
melarangnya. Karena gimana ya? Takut kehabisan kalau kesiangan sedikit saja.
Itu sudah risiko tapi alhamdulillah selama ini saya aman saja. Berdoa saja.”
Ujarnya dengan nada riang.
Reni menjajakan sayuran
dengan gerobak yang dijalankan sepeda motor miliknya dari jam 5.30 hingga jam
10 pagi. Pada saat menjajakan sayur inilah Mba Reni melakukan misinya untuk
mengajak semua pelanggannya yang mayoritas ibu rumah tangga untuk selalu
memeriksakan rahimnya melalui tes IVA dan Papsmear di klinik desa.
Menurutnya, sudah ada
fasilitas terjangkau dari pemerintah harus dimanfaatkan. Apalagi untuk
kesehatan sendiri yang berakibat jangka panjang. Mba Reni tergerak
sosialisasikan kesehatan reproduksi karena telah merasakan manfaatnya.
Salah satu enyuluhan yang diikuti Mba Reni |
Awalnya, Mba Reni ikut
penyuluhan Pasangan Usia Subur di desa Nglencong bersama Balai Sakinah Aisyiyah
yang didukung salah satu NGO dan pemerintah. Setelah ikut penyuluhan, Mba Reni ingin
memeriksakan rahimnya dan ternyata terdeteksi Sariawan Rahim lalu diobati hingga sembuh dan terus memeriksakan
rahimnya secara rutin. Dampak positif yang dialaminya membuat Mba Reni ingin
semua temannya termasuk pelanggannya melakukan hal yang sama.
“Awalnya saya dipandang
sebelah mata dan banyak yang menyepelekan tapi saya memang sudah merasakan
dampak baiknya memeriksa IVA dan Papsmear juga ikut penyuluhan kesehatan, jadi
tidak ada salahnya toh saya mengajak untuk
kebaikan?”
“Saya tidak pernah
memedulikan sama yang menyepelekan alhamdulillah saya yang terus maju
sosialisasikan hal ini sambil jualan ada hasilnya. Beberapa pelanggan saya
akhirnya ada yang ikut penyuluhan rutin dan memeriksakan alat reproduksinya.”
Tambah Mba Reni.
Melihat keberhasilan
sosialisasi Mba Reni yang lebih efektif sambil jualan karena bahasanya mudah
dimengerti awam, akhirnya pihak organisasi yang menyelenggarakan penyuluhan
memberikan kepercayaan untuk Mba Reni menjadi koordinator penyuluhan rutin
untuk wilayahnya.
Mba Reni mendapatkan
banyak ilmu tentang kesehatan reproduksi dari narasumber penyuluhan dan sering
menyampaikannya kembali ke pelanggannya setiap pagi. Suaminya sangat mendukung
kegiatannya.
Selain Mba Reni, saya
juga mewawancarai Ibu Mufida yang berprofesi sebagai petani namun aktif di
kegiatan pemberdayaan perempuan dengan menggerakkan kegiatan pelatihan usaha
rumahan bagi tetangganya.
Ibu Mufida memberikan
pelatihan membuat loncis atau keripik
singkong bersalut gula merah. Biasanya, dilakukan setelah pulang dari sawah.
Ibu Mufida |
Lagi-lagi, saya
jalan-jalan asyik di Desa Ngawi. Karena harus mengejar waktu, akhirnya saya
mendatangi Ibu Mufida ke sawah yang digarapnya. Saya melompati
galengan-galengan sawah dengan riang seperti anak kecil menemukan lapangan
bermain. Maklum, saya jarang sekali menemukan lingkungan seperti ini.
Main dulu di sawah |
Ngobrol santai sambil makan siang |
Sambil menunggu Ibu
Mufida selesai menanam benih padi, saya bermain air dulu dan menikmati
pesawahan dengan latar Gunung Lawu yang sejuk. Momen ini tak saya sia-siakan.
Saya benar-benar menikmatinya.
Saya dan Ibu Mufida
ngobrol santai sambil menikmati makan siang yang dibawanya dari rumah. Khas
pedesaan sekali. Walau sangat sederhana, menu tumis genjer plus orek tempe
ditambah kerupuk dan sambal, enak sekali disantap di tengah sawah dengan angin
semilir menyejukkan.
Ibu Mufida tak kenal
lelah selain bekerja di sawah juga sosialisasikan kesehatan reproduksi untuk
kelompok masyarakat binaannya.
“Perempuan di rumah tak
hanya berfungsi sebagai ibu dan istri namun harus menjadi agent of change bagi
kesejahteraan rumah tangganya. Misalnya, dia harus sehat karena menjadi tokoh
utama di rumah yang harus menyediakan makanan, membimbing anak dan melayani
suami. Selain itu, perempuan juga harus mandiri walau ada suami. Jadi, bisa
bantu suami dengan usaha rumahan. Seperti jualan kripik atau susu kedelai atau
apa saja sesuai kemampuannya.” Kata Ibu Mufida.
Kesan yang saya tangkap
saat itu, luar biasa! Perempuan pedesaan bisa punya pemikiran luas dan
se-moderen itu? Saya sampai malu sendiri. Kebanyakan perempuan di kota terlalu
konsumtif dan (maaf) banyak gaya tapi minim sekali aksi sosial yang
dilakukannya.
Dari perjalanan ini,
saya menangkap pesan moral bahwa profesi apapun selagi punya kemampuan dan ilmu
yang didapat, tak ada salahnya untuk meneruskan kembali wawasannya pada
sekitarnya. Tidak ada kata takut atau tidak pede. Ini terbukti dari kiprah Mba
Reni dan Ibu Mufida yang kesehariannya boleh dibilang lebih sibuk dan lebih
capek dari kita, tetapi masih sempat berbagi kebaikan dengan sekitarnya tanpa
pamrih dalam kapasitas yang dimilikinya. Dan mereka melakukan semua itu ikhlas tanpa pamrih.
Pulang dari sana, saya
merasa fresh karena menikmati alam
pedesaan dengan penduduk super ramah dan memperoleh banyak sekali inspirasi
dari perempuan-perempuan inspiratif yang saya temui.
Terima kasih Ibu Anis dan Ibundanya yang sudah menerima saya layaknya keluarga |
Untuk traveling saat ini sangat mudah dengan
adanya Skyscanner yang menyediakan tiket pesawat, hotel hingga penyewaan mobil
di daerah tujuan. Dengan harga murah tentunya sehingga bisa menghemat biaya
traveling dan alokasi dana sisa bisa buat post lainnya yang lebih penting.
Wah terharu aku teh. Aku percaya sih, sejatinya perjalanan adl tentang memaknai kehidupan. Perempuan perempuan hebat itu makin nambah semangat aku nih untuk terus berusaha mwwujudkan harapan dan impian yg kita punya.
ReplyDeleteIya, saya juga malu belum banyak berbuat padahal kita fasilitasnya lebih baik dari mereka :)
DeleteIni salah satu yang dibutuhkan Indonesia, seorang penggerak, seoramg yang sadar dan peduli akan kesehatan diri nya terlebih dahulu, dengan tujuan agar orang lain percaya bahwa ada bukti ketika ia memberikan saran untuk mengajak kebaikan. Keren!
ReplyDeleteBtw, aku belum pernah ke daerah sana, aku masukin kist tempat traveling akh, hehehe.
Traveling gak perlu ke tempat mainstream kan Ris? Heheheh
DeleteSaya bangga menjadi perempuan Indonesia, terlebih melihat semangat perempuan-perempuan daerah Ngawi yang totalitas mengurus keluarga, bekerja dan masih semangat melakukan penyuluhan.
ReplyDeleteIya Mba, semangat mereka menularkan hal positif yang menggerakkan nurani untuk berbuat sesuatu
DeletePatut dicontoh semangat-semangat perempuan di daerah Ngawi ini.. foto-fotonya bagus jadi inget kampung halaman.. :)
ReplyDeleteKampungnya di mana Mas?
DeleteNah, mereka saja peduli dengan kesehatan dan kelangsungan hidup masa depan dengan menjaga bagian vital kehidupannya. Pantang menyerah menyuarakan kesehatan kepada masyarakat banyak. Salut!
ReplyDeleteMenginspirasi ya Mas Jun? Padahal itu gak mudah, perlu jiwa besar dan rasa percaya diri tinggi untuk menyakinkan orang lain.
DeleteBener teh kadang kalau sudah liat judul link sama semua saya suka jd males hehehe y baca ny ya naro jg, harus kreatif y! Seru y jalan2 nya dapat dobel manfaat senang2 refresing nambah ilmu jg pengalaman tentan kehidupan wanita di daerah ternyata pemikiran mereka juga maju dan tidak ketinggalan.
ReplyDeleteIya jangan pandang sebelah mata wanita pedesaan hahaha
DeleteWah keren sekali tukang sayur tapi sangat menginspirasi, suasana pedesaan bikin damai hati.
ReplyDeleteIya Mba di sana damaiiiii
DeletePapsmear emang super penting. Setidaknya, kalau ada sesuatu bisa tahu sejak dini.
ReplyDeleteBenar Mba, saya pun gak mau kalah sama Mba Reni itu hehehe
DeleteSalut sama Mbak Reni. Jadi pengen kenal langsung. :D
ReplyDeleteKapan2 saya kenalin ya Mba hehehe
DeleteSuasana pedesaan memang bikin betah. Salut juga sama mba penjual sayuran itu, sambil jualan sambil memberi edukasi tentang kesehatan reproduksi. Jarang banget ada yg seperti itu.
ReplyDeleteIya kesehatan reproduksi penting banget dan saya rasa perempuan kota pun belum tentu peduli ya?
DeleteMba Rani satu diantar perempuan tangguh, harus ada niat dan tekat kuat untuk mengajak orang agar maju bersama.
ReplyDeleteItu kembang turi bikin mupeng teh
Benar Mba perlu mental baja dan tingkat pede tinggi
DeleteAku justru mikir perempuan perempuan desa tuh tangguh tangguh ya teh... Dibalik kesederhanaan mereka ada semangat yang keren abis... Mereka bener bener menginspirasi...
ReplyDeleteTangguh dan smart dengan segala keterbatasannya. Jika diasah dan difasilitasi mereka bisa lebih hebat
DeleteOrang-orang seperti mba Reni ini yang harusnya kita jd kan contoh dan penyemangat ya teh
ReplyDeleteIya jadi teladan Mba
Deletejadi ingat kampung halaman liat pemandangan desanya..
ReplyDeleteKangen ya Mba :D
DeleteSangat menginspirasi semangatnya patut dicontoh dan membuat saya juga makin semangat walaupun kadang banyak kendala untuk mewujudkan impian.
ReplyDeleteKania mah masih panjang perjalanan, tinggal mengasahnya
DeleteYes, itulah makanya mengapa kita harus sering keluar rumah, ke tempat2 yang baru dan orang2 yang berbeda.. serta memberikan sesuatu, paling tidak pengetahuan bagi mereka. Tanggung jawab sosial pribadi sih kalau saya.. smoga teh Ani terus berkelana sosial, dan mendapatkan ilmu dari alam dan lingkungan utk kemudian dibagi lagi.. amin.. semangat teh (main di sawahnya hehe)
ReplyDeleteAamiin makasih support nya Kang Unggul
Deleteseperti biasa, tulisan2 teh Ani selalu menginspirasi deh.. Salut buat perempuan2 tangguh di dlm tulisan ini juga..
ReplyDeleteTerima kasih Mba Zata, you too :)
DeleteSemoga semangat perjuangan sosialiasi pentingnya kesehatan reproduksi mba Reni ini tersebar dan didukung juga dipelosok ke daerah2 lain
ReplyDeleteSemoga Mba Reni nya sehat juga mba ya
DeletePenelitiannya enak banget, Teh. Selain bisa mengunjungi daerah baru, ketemu orang baru, juga bisa menikmati makanan khas pedesaan dan kesahajaan penduduknya.
ReplyDeleteIya benar2 penyegaran banget di sana dan gak ada sinyal buat internetan juga jadi gak melulu di dunia maya :D
Deletetjakeppp bu,kisahnya menginspirasi
ReplyDeleteudah lama ga nulis features seperti ini sambil jelajah ke pelosok negeri :)
Iya dan saya ketagihan mau menjelajah negeri yg lebih jauh lagi hehehe
DeleteMasya Allah menginspirasi sekali teh kisahnya Mba Reni dan Ibu Mufida, dua sosok perempuan hebat dari Ngawi yang peduli akan kesehatan reproduksi. Cara mereka mengedukasi masyarakat juga tergolong unik ya teh, semoga bisa dicontoh banyak orang :)
ReplyDeleteBetah ya teh dengan suasana di sana yang adem nan sejuk, pemandangannya bagus rek :)
Iya Mel dari dua wanita itu saya dapat energi positif dan makin semangat saat pulang ke rumah
Deleteinpirasi memang bisa datang dari mana saja. Gak harus dari sosok terkenal. Kagum dengan semangat Mbak Reni dan ibu Mufida. Kadang jadi malu sendiri sayanya kalau lagi loyo semangatnya :)
ReplyDeleteBenarrrr saya pun malu, jujurrr hahaha
DeleteSuasana desa yang asyik. Kerja rasa liburan ya teh.
ReplyDeleteBenar Mba Tata :)
DeleteTerima kasih ya sudah ikutan Blog Competition "Aha Moments" Skyscanner Indonesia. Good luck :)
ReplyDeleteJejak. Terima kasih atas partisipasinya. :)
ReplyDeleteSehat2 yaaa mba Reni, hadeuuhh namanya....haha. Btw itu yg lg main d sawah mani jarambah, inget masa lalu main jauh ke Curug haha.
ReplyDeleteLangganan tukang sayur ku juga cewek pake motor teh. Salut ya sama perjuangan mereka mencari nafkah. Kisah yg menginspirasi teh...
ReplyDeleteWuihh salut sama mbak Reni yg masih muda tapi gigih berjuang ya. Tulisannya kuat banget sehingga pembaca pun merasakan berada di galengan sawah haha. Makanan nya pun khas ya Teh. Semngat nya mbak Reni harus dicontoh ini hehe menginspirasi banget
ReplyDeleteMaygaaat, seru bangeeet. Piknik yg kek gini nih yg bikin sehat jiwa raga.
ReplyDeleteYaampun keren banget sih mereka dan aku semakin sadar belum berbuat apa"..hikz
ReplyDeleteWaah seru sekali masih bisa menikmati suasana pedesaan macam begini ya. Udah langka banget di Kota :)
ReplyDeleteSuka banget sama cerita kisah-kisah mengisnpirasi gini.Selain menginspirasi saya tapi ya baca ini jadi pengen piknik ke berbagai daerah lainya hehe.
ReplyDeleteSelalu kagum dengan wanita-wanita perkasa yang berjuang untuk dirinya dan orang lain.
ReplyDeleteHebat perempuan desa dengan pemikirannya yang luas.
ReplyDeletemenginspirasi. the real wonder woman!
ReplyDeleteIsnpirasi bisa didapat dari siapa saja, pun tukang sayur.
ReplyDeleteGood luck Teh Ani
Suka sama pesan moralnya.
ReplyDeleteInspirasi yg sgt bermanfaat. Sukses trs ani..
ReplyDeleteSuka gaya menulisnya, enak dibaca, isinya juga bagus deh.
ReplyDeleteMba Reni dan Ibu Mufida keren banget
ReplyDeleteMba Reni dan Ibu Mufida keren banget
ReplyDeleteLuar biasa ya mba perjalanannya, semoga menjadi blogger favorite di AHA Skyscanner...
ReplyDeleteTulisan yang menginspirasi. I like it
ReplyDeletehebat ya dia....inspiratif...
ReplyDelete