Walau saya bukan fashion blogger dan tidak begitu
antusias mengenakan fashion model – model terbaru sesuai zaman, teap saya
tertarik untuk mengikuti perkembangan mode sebagai bahan inspirasi juga
mempelajari karakter-karakter busana yang datang dar pemikiran perancangnya.
Karena saya yakin, dalam satu rancangan selalu ada cerita. Apalagi jika
mengaitkan dengan filosofi dari bahan
yang digunakan, baik kain tenun, batik, songket bahkan kain polos sekalipun.
Saya tertarik mempelajari semua
elemen fashion tersebut walaupun bukan pemakainya. Sejak pertama kali diadakan
pada 2018, Jakarta Fashion week, saya melihat bahwa ajang ini tak sekadar
fashion namun tempat bertumbuhnya kreativitas berbagai elemen di dalamnya. Baik
untuk designer, peragawati, model, fotografer, produsen, pembeli, jurnalis
hingga content creator semua
berkumpul dan berkolaborasi menghasilkan karya dan interaksi yang hidup.
Bahkan, partisipan dari asing pun
ikut berpartnership dalam kegiatan ini menjadi saling melengkapi dalam
memberikan inspirasi.
Beberapa kali saya sempat hadir
di jakarta Fashion Week karena pekerjaan untuk mengisi konten sebuah portal
perempuan dan atas undangan khusus dari suatu brand, saya melihat nyata
bagaimana berbagai pihak bersatu dalam satu event saling melengkapi dan
menginspirasi. Bahkan dua produk yang sama sekali bukan fashion banget, bisa
menginspirasi hasil rancangan yang ciamik. Contohnya, sebuah brand cat tembok
atau produk sabun mandi pun bisa menginspirasi rancangan para designer. Menurut saya, ini adalah
kolaborasi yang cantik dan unik.
Banyak sekali human interest di
Jakarta Fashion week. Terutama ketika mengangkat kearifan lokal dan budaya
Indonesia yang selalu menjadi naik kelas ketika acara berlangsung maupun
setelahnya. Tak sedikit masyarakat yang terpengaruh untuk ikut menjaga dan
melestarikannya.
Dari ajang talkshow yang digelar,
banyak wawasan yang didapat oleh pengunjung. Saya pernah mengikuti beberapa
sesi talkshow di Jakarta Fashion week ini dengan berbagai tema. Tentu saja
tema-tema tersebut tak sekadar memberikan wawasan, diantaranya, membangun
kesadaran dan mental untuk tetap menjaga lingkungan, menjaga budaya sendiri
melestarikannya dengan ikut memakai produk buatan Indonesia, ikut mempromosikan
produk para pengrajin tenun, batik dan lain-lain yang ada di pelosok desa dan
belajar menghargai hasil karya cipta yang dilindungi.
Jakarta Fashion Week selalu memberikan
warna baru terhadap sentuhan fashion yang kekinian namun tak pernah melupakan
tradisi. Selalu membalut busana dengan makna yang luas. Tak heran jika keunikan
ini menjadi magnet pengunjung dari luar negeri yang ingin mempelajari lebih
dalam, karakter-karakter dunia fashion di Indonesia. Saya pernah ngobrol dengan
pasangan dari Swiss yang sengaja tinggal di Bukittinggi dalam waktu beberapa
bulan, hanya karena ingin mempelajari tenun di sana. Mereka terispirasi dari event
Jakarta Fashion Week sebelumnya.
Semangat berkreativitas tinggi
saya dapatkan juga karena terinspirasi dari event ini, setiap ada gelaran
setahun sekali, saya mulai hadir di acara Jakarta Fashion Week ini sejak 2014
dan tak pernah melewatkannya walau sesi-sesi tertentu saja yang saya datangi, sesuai
dengan undangan yang dapatkan.
Biasanya, selain untuk mengisi
konten platform tempat saya bekerja, dari sana saya juga mendapatkan banyak
hal. Seperti networking, menyerap inspirasi dari para tokoh fashion yang hadir,
ikut gerakan-gerakan positif yang digaungkan dan membedah kreativitas dari
segala hal yang ada di sana dengan mengkolaborasikan banyak hal dengan fashion.
Manfaat lain yang saya dapat dari
gelaran Jakarta Fashion Week, tentunya tersugesti juga oleh beberapa perancang
busana yang sangat menginspirasi saya. Bukan berarti saya terinspirasi menjadi
perancang tapi karena kegigihan dan usaha yang tekun. Mereka yang berkarya
tanpa batasan dengan totalitas yang prima membuat survive hingga sekarang.
Mereka adalah Iwan Tirta dan
Poppy Dharsono. Dua perancang ini paling menginspirasi saya sejak saya remaja.
Tahun 1994 saat Konferensi APEC (Asia-Pacifik Economic
Cooperation)diselenggarakan di Bali, Iwan membuat kemeja batik untuk seluruh
kepala negara se-Asia Pasifik yang hadir. Setiap negara diberi motif batik
sesuai dengan karakter masing-masing. Sehingga mereka merasa terapresiasi lebih
dalam.
Pokoknya kalau ingat Iwan Tirta,
saya langsung ingat Batik. Dan untuk Poppy Dharsono, saya selalu terinspirasi
dengan kerja keras dan inovasinya dalam berkarya. Dalam kesempatan lain, saya
ingin sekali menuliskan profil mereka berdua. Saya perlu banget mengumpulkan
bahan-bahannya dulu, kalau perlu, wawancara dengan Poppy Dharsono sebab Iwan
Tirta sudah berpulang ke pangkuan yang Maha Kuasa 2010 lalu. Namun
karya-karyanya masih abadi dan semakin banyak fans nya biarpun beliau telah
tiada.
Saya merasa ini adalah
kesempatan, meliput Jakarta Fashion Week yang ke-11 yang akan hadir pada 20-26
Oktober 2018 ini. Jadi blogger pun berkesempatan ikut meliputnya sebagai
official blogger yang resmi. Tak sabar saya. Sampai jumpa di Jakarta Fashion
Week 2018!
hem, pasti banyak model model menarik untuk dijadiin bahan hunting foto disana
ReplyDeleteBenar sekali :)
Delete