Foto sumber: https://www.idntimes.com/hype/fun-fact/ibnu-muzaqi/hewan-laut-yang-kena-sampah-c1c2/full |
Pihak PBB
mengklarifikasi pernyataan soal plastik ke khalayak, bahwa PBB bukan
mendeklarasikan perang tehadap plastik karena plastik sangat berguna untuk menunjang
kehidupan sehari-hari dan ada kontribusinya untuk kepraktisan dalam pemakaian
alat yang lebih efisien.Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana cara kita
menggunakan plastik ini dan setelahnya akan berakhir di mana?
Maka, sosialisasi
pemakaian plastik sedang digencarkan di mana-mana. Mengingat sampah plastik
sudah dalam tahap urgent dan perlu ditangani. Pernah melihat video
seekor kura-kura yang mukanya tertusuk sedotan plastik kecil, miris melihatnya
meringkih kesakitan saat sedotan tersebut berusaha dicabut oleh tim sukarelawan
lingkungan penyelamatnya. Hingga darah bercucuran. Pernah juga saya menyaksikan
video ikan yang dilindungi terjerat dalam lautan sampah di sungai.
Pernah juga mendapati
teman yang beberapa kali keguguran di kehamilan muda, setelah diperiksa
bertahap ke dokter kandungan, didapati penyebabnya adalah makanan yang dimakan
teman saya tercemar limbah laut yang diantaranya adalah partikel plastik yang
ikut termakan saat makan sea food
kegemarannya.
Baru sebagian kejadian
yang disaksikan membuat hati perih dan berpikir apakah saya pernah melakukan
buang sampah plastik sembarangan? Tentu menjadi pengingat keras. Tetapi saya
merasa belum pernah membuang sembarangan, jika sedang di jalan dan habis makan
sesuatu, pembungkusnya suka saya taruh di tas untuk dibuang pada tempatnya.
Jika hal patut sudah
kita lakukan, lalu apa yang harus menjadi pengingat terhadap sampah plastik dan
penggunaan plastik itu sendiri? Tentu saja dengan bijak berplastik.
Berdasarkan data dari
Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS)
sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun dan 3,2 juta ton
dari total tersebut terbuang ke laut. Bahkan dari hasil penelitian dari
University of Georgia Amerika Serikat pada 2015, Indonesia dinobatkan sebagai
negara penyumbang sampah plastik terbesar ke dua setelah Cina. Ini sudah
rambu-rambu yang sangat jelas dan semua wajib turun tangan.
Ki-ka : Swietenia, Emenda, Karyanto (Dok Pri) |
Pada 18 Oktober 2018
lalu, dalam talkshow #BijakBerplastik Danone menghadirkan Narasumber Emenda
Sembiring ST.MT.MengSc,PhD (Industrial Engineering, Environmental
Engineering and Quantitative Social Research) dari Institut Teknologi Bandung ,
Swietenia Puspa Lestari (Direktur Eksekutif Divers Clean Action (DCA)
Indonesia (Yayasan Penyelam Lestari Indonesia) dan Karyanto Wibowo (Sustainable Development
Director Danone Indonesia)
Tiga narasumber ini tentu
saja bukan hanya meluaskan cakrawala kami yang sebagian besar akrab dengan
berbagai jenis plastik dalam keseharian. Tetapi menyadarkan sepenuhnya bagaimana
awal plastik tersebut diciptakan sampai akhirnya menjadi sampah setelah
digunakan.
Bapak Arif Mujahidin
mengungkapkan bahwa kampanye #BijakBerplastik harus banyak bersinergi dengan
pihak lain. Hal ini penting disosialisasikan mengingat plastik yang
berkontribusi besar dalam kehidupan manusia tak akan mungkin dihilangkan sama
sekali. Jadi satu-satunya solusi adalah bijak dalam pemakaiannya.
Dari mana plastik berasal?
Emenda
Sembiring memaparkan bahwa plastik merupakan senyawa polimer
dan bisa terbuat dari polimer sintetik maupun semi sintetik. Senyawa dari bahan
plastik ini jika sudah menjadi sampah memerlukan waktu beratus tahun untuk
hancur namun tak akan hilang.
Ini yang menjadi masalah
dan perlu ada tindak lanjut pembahasan. Sampah plastik yang tidak terkelola
akan ada di mana-mana dan mencemari lingkungan serta kehidupan manusia pun
terancam dari imbas sampah yang mencemari air, sumber makanan dan udara yang
dihirup.
Emenda memperkenalkan Circular
Economy yang mengacu pada sumber daya yang dapat digunakan dalam jangka
waktu lama dengan memulihkan, meregenerasi dan mendaur ulang untuk digunakan
kembali. Hal ini menarik tentunya. Karena sampah plastik dapat dimanfaatkan dan
bermuara ke tempat yang tepat, yaitu tempat daur ulang dan dapat dibuat produk
kembali yang mempunyai nilai.
Jadi, yang harus kita
lakukan sekarang, ubah perilaku membuang sampah tanpa dipilah. Pisahkan sampah
plastik dan sampah lainnya. Cari tahu tempat pembuangan sampah atau bank sampah
terdekat, jika ada tempat pengelolaan sampah daur ulang, datangi dan
bekerjasama untuk menampung sampah plastik tersebut.
Peran kita sebagai
masyarakat, kalau saya pribadi, berani mengusulkan ke RT setempat dan perkumpulan
ibu-ibunya untuk menjalankan komitmen ini. Bukankah edukasi harus dimulai dari
likungan terkecil? Sebagai bukti bahwa harus #Bijakberplastik saya kumpulkan
data dan menerangkan sambil menyebutkan sumbernya. So far ibu-ibu arisan komplek sudah mulai mau sedkit-sedikit
memilah sampahnya di rumah.
Mungkin suatu saat saya
bisa menggandeng narasumber yang kompeten untuk mengadakan talkshow soal bijak berplastik di lingkungan saya.
Upaya
Danone-Aqua dalam membangun kolaborasi dalam megatasi sampah plastik
Kata-kata yang mudah
diingat dan mensugesti baik tentunya akan mendorong siapapun untuk bergerak
melakukannya. Danone Aqua yang mengusung One Planet One Health dengan
menguatkan tiga pilar kebaikan, yaitu kebaikan pada alam, kebaikan pada manusia
dan kebaikan pada komunitas. Dengan mengusung tiga pilar ini, semuanya akan
berbanding lurus dalam mencapai menjalankan misi kebaikan dan mencapai visinya.
#BijakBerplastik salah
satu kampanye yang diusung Danone-Aqua dalam mengurangi risiko terhadap
lingkungan dan kehidupan manusia dan alam sekitarnya dari paparan polusi dan
efek emisi gas yang terjadi jika sampah plastik mencemari tanah, air dan udara.
Danone-Aqua berkomitmen
sejak 1993 melalui Aqua Peduli. Selain menyediakan bank sampah plastik di Jawa,
Lombok dan Bali, Danone-Aqua juga mengedukasi ke beberapa sekolah dan kepulauan
untuk membuat bank sampah juga di sana.
Danone-Aqua membuat
metode bisnis inklusif dengan mengedepankan nilai ekonomis dalam setiap aksinya
sehingga benefitnya dapat dirasakan juga oleh masyarakat. Efeknya sudah
terlihat, lebih dari 9000 pemulung mendapatkan pekerjaan, edukasi semakin
massif, pengadaan bank sampah untuk wilayah Bogor, Jakarta dan sekitar
pabriknya. Dalam hal ini, Danone-Aqua bekerjasama dengan BNI.
Hasil yang telah nyata,
204 Ton per bulan sampah plastik tereduksi, 26.654 Kepala Keluarga menjadi
anggota Bank Sampah, terdapat 1.058 Sampah unit dan menghasilkan 361 Juta
Rupiah Omset per Bulan.
Tak hanya itu,
Danone-Aqua juga memberikan akses kesehatan untuk para pemulung yang setiap
harinya akrab dengan sampah. Menurut Karyanto, pemulung harus dilindungi kesehatannya
makanya diberikan akses untuk BPJS Kesehatan untuk di beberapa wilayah.
Untuk internalnya, Danone-Aqua sudah mengevaluasi kemasan botol minuman dan galon dengan mengurangi sebagian komponennya, diantaranya seal penutup botol dihilangkan, kemasan plastik lebih ringan, seal label yang awalnya PVC diganti menjadi BOPP dan semua komponen mudah didaur ulang.
Mengajak
Semua Pihak Termasuk Generasi Muda dalam Sosialisasikan #BijakBerplastik
Generasi muda yang
berperan aktif dalam berbagai aspek kehidupan sangat besar efeknya jika ikut
berperan serta untuk menjalankan komitmen menjaga lingkungan dari paparan
polusi plastik. Selain melalui edukasi, generasi muda juga harus dibiasakan dan
diberi contoh oleh orang di sekitarnya supaya tidak buang sampah sembarangan
dan tidak menghamburkan plastik yang akan menjadi sampah.
Berapa banyak anak muda
dan usia produktif yang datang ke kafe atau pusat jajanan menggunakan tempat minum, makan dan sedotan
plastik? Berapa banyak pula anak muda yang berwisata ke pantai, gunung dan
tempat-tempat lainnya yang berbekal makanan dan minuman menggunakan kemasan
plastik lalu meninggalkan sampahnya di sana?
Sekarang mungkin tidak
banyak yang menyadari paparan plastik tidak berdampak langsung tetapi secara
pelahan dan secara halus dapat menggerogoti alam beserta isinya serta terhadap
kehidupan manusia itu sendiri.
Seperti sebuah data
yang menyebutkan bahwa 3,2 Juta Ton sampah per bulan terbuang ke laut, itu
sangat miris dan plastik yang berada di laut dapat mencemari mahluk hidup yang
ada di dalamnya. Bayangkan, jika ikan-ikan laut memakan partikel-partikel
terkecil dari plastik di laut, lalu ikan kita makan, bukankah ini berbahaya?
Apalagi anak cucu kita kelak yang akan hidup beberapa puluh tahun ke depan,
jangan sampai mereka mewarisi polusi. Jangan sampai tega!
Swietenia dkk |
Swietenia perempuan 23 tahun yang akrab dipanggil Tenia ini tergerak ketika melihat sampah laut di Pulau Pramuka yang menggunung, sedangkan ia hobi menyelam dan sangat tidak nyaman melihat sampah di sana sini. Akhirnya aksi cepat dilakukannya dengan mengajak teman satu minat. Sekarang sudah berkembang menjadi Komunitas Divers Clean Action yang bergerak dan berupaya mengurangi sampah di laut dengan memungutnya dan mengedukasi masyarakat setempat.
Tenia bersama tim juga
merekrut para generasi muda dari selurih Indonesia dalam sebuah konferensi Indonesian Youth Marine Debris Summit yang
bertujuan selain memberi pembekalan untuk menjadi agent of change untuk daerah masing-masing peserta. Sehingga di
daerahnya masing-masing mereka dapat mengedukasi masyarakat di sana.
Langkah yang dilakukan
Tenia tentunya merupakan bukti komitmen dalam penanganan langkah plastik yang
terbuang ke laut. Komitmen yang dibuat dengan rasa senang dan kepedulian. Patut
dicontoh dan diteladani.
Kesimpulannya,
Indonesia yang dalam tahap urgent soal
sampah plastik, sudah saatnya semua pihak turun langsung dan mulai dari
lingkungan terkecil seperi keluarga. Jika terbiasa, akan memberikan efek baik
bagi semuanya.
Pemerintah yang
berkomitmen mengurangi sampah plastik sedikitnya 70% yang terbuang ke laut target
capaian pada 2025, kita dukung juga dengan #BijakBerplastik.
Bagaimana caranya kita
bijak berplastik? Jika belanja, bawa tas sendiri dari rumah, untuk wadah daging
dan ikan, bawa kotak dari rumah, Bekal makan dan minum juga gunakan dari rumah.
Jika habis minum dari botol kemasan sekali pakai, buang sampahnya sesuai
jenisnya. Miliki sedotan alumunium, jika pergi ke kafe atau membeli minuman di
luar, gunakan sedotan minuman alumunium, tidak usah gunakan sedotan plastik
yang disediakan.
Kita pun patut aware dengan sirkular ekonomi yang
sedang digalakkan agar tercapai nilai yang lebih bermanfaat terhadap suatu
barang berbahan plastik yang tidak menimbulkan efek negatif. Sirkular Ekonomi
memerlukan tiga komponen penting yang menjadi komitmen untuk menjalankannya,
diantaranya penguatan regulasi, tersedianya infratruktur dan kolaborasi.
Ngeri kalau membayangkan sampah plastik terus bertambah tanpa di olah..semiga kita semua semakin sadar dan peduli menyikapi sampah.
ReplyDeleteUdah setahun ini aku mengurangi penggunaan kantong plastik. Tiap belanja ke minimarket bawa tas gudibek (klo belanjaannya banyak). Klo dikit palingan aku masukkin belanjaannya ke tas ranselku aja.
ReplyDeleteBelum bisa diet plastik yg lain. Soale masih suka kecolongan, kayak minum pakai sedotan plastik.
Kasihan banget ya jika generasi penerus kita diwarisi sampah plastik yang merajalela :(
ReplyDelete#BijakBerplastik harus kita laksanakan bareng-bareng tentunya..
Awalnya aku agak males2an karena harus memilah sampah di rumah, rasanya pengen cemplang cemplung aja mau sampah jenis apapun. Tapi emang bener ya, bisa karena terbiasa, dan merasa nyaman karena keterbiasaan itu.
ReplyDeleteBermula dari adanya Bank Sampah di Komplek tempat tinggal sebelumnya, mau gak mau semua Warga harus memilah sampah sesuai klasifikasinya, dan lama2 eh kok malah keenakan kayak gitu dan rasanya lebih merasa "berguna" aja karena hal yang sepintas kecil dan remeh itu ternyata bisa memberikan dampak positif bagi banyak orang dan masa depan, dan itu sifatnya long term. Kebiasaan yg harus diwariskan ke anak cucu. Noted banget.
Nah iya teh, sepakat. Kita harus ikut turun tangan, minimla ya dengan #bijakberplastik. Pelan-pelan tapi konsisten, aku juga lagi belajar zero waste jadi bisa lumayan meminimalisir sampah dan mulai pilah-pilah sampah :)
ReplyDelete