Talkshow Bicara Perkebunan Indonesia |
Dalam rangka Hari Perkebunan
ke-62, Media Perkebunan menggelar Talkshow “Bicara Perkebunan Indonesia” yang
dilaksanakan pada 19 Desember 2019 di Aston Priority Simatupang. Sekaligus
pemberian BUN Awards 2019 pada individu dan perusahaan yang berkontribusi dalam
memajukan Perkebunan Indonesia.
Sangat menarik, bahwa penerima
award di BUN Awards 2019 ini, berkontribusi pada sector penyediaan bibit
unggul, pupuk, motivator perkebunan, tokoh inspirasi hingga edukasi petani
millennial.
Sesi talkshow juga menghadirkan
tokoh-tokoh yang konsen dalam dunia perkebunan Indonesia, saya jadi tahu
sejarahnya bagaimana komoditi perkebunan Indonesia yang menguatkan citra diri
bangsa. Indonesia pernah menjadi salah satu negara dengan kekuatan pangan
dunia, di era 80an menjadi penyumbang beras terbesar untuk Negara Ethiopia yang
mengalami kelaparan dan gizi buruk.
Dalam pembukaannya, Bapak
Ir.Gamal Nasir, MS selaku Pimpinan Umum Media Perkebunan, menginformasikan
bahwa banyak hal yang perlu dibenahi dalam dunia perkebunan di Indonesia, untuk
mencapai tujuan ini, diperlukan sinergi antar pihak.
Untuk menuju kejayaan kembali
Indonesia dalam komoditi perkebunannya, maka dilakukan banyak evaluasi dan
sosialisasi apa yang penting dilakukan. Termasuk menggerakkan generasi muda
untuk ikut ambil bagian dalam upaya memajukan perkebunan Indonesia.
Bapak Dadang Gusyana dan peserta didiknya |
Paling menarik perhatian, saat
BUN Awards diumumkan, yaitu peraih penghargaan BUN Award untuk kategori
“Penggiat Petani Millenial” Dadang
Gusyana, S.SI.M.P.
Alhamdulillah saya berkesempatan
ngobrol langsung dengan Bapak Dadang ini, mengingat kesibukannya yang luar
biasa. Saya sangat tertarik pada kiprahnya mengedukasi masyarakat khususnya
menggerakkan petani millennial di zaman sekarang. Sekaligus mendongkrak potensi
untuk generasi yang lebih condong ke dunia digital ini.
Bapak Dadang dan tim sudah
melakukan edukasi kepada para petani millennial meliputi Jawa Sumatera dan
Sulawesi. Targetnya sampai para peserta memahami pentingnya pemupukan berimbang
sehingga dengan tanaman cukup nutrisi akan lebih tahan terhadap hama penyakit.
“Pupuk adalah nutrisi tanaman
sehingga kami disebut “Plant Nutrients Experts” Kata Pak Dadang.
Materi edukasi yang diberikan
lebih besar penekanannya pada penggunaan unsur hara makro yang dibutuhkan
tanaman seperti Nitrogen Phosphate dan Kalium (N, P dan K) plus Magnesium (Mg)
di samping itu, pemahaman tentang pupuk mikro seperti Zinc, Boron, Copper (Zn,
B, dan Cu) juga diberikan.
Materi unsur hara makro
difokuskan agar para peserta mampu memahami struktur tanah yang cocok dengan
pupuk yang tak mengganggu struktur tanah alaminya sehingga tidak merusak
lingkungan.
Untuk mendapatkan peserta yang
layak diedukasi, Bapak Dadang dan tim bekerjasama dengan berbagai organisasi.
Seperti Petani Muda Panah Merah untuk produk Horti dan sawit dengan ASPEKPIR
juga SAMADE. Tujuannya, agar tepat sasaran dan mudah diaplikasikan oleh
peserta.
Menurut Bapak Dadang, Tim pengedukasi
yang terbentuk dalam upaya edukasi ini ada di Medan, Surabaya, Lampung dan Jakarta.
Fokus Komoditi perkebunan yang
diberikan dalam materi, melingkupi Sawit, Horti dan Tanaman Pangan menjadi
prioritas materi edukasi. Karena mengangkat komoditi yang menjadi ciri khas dan
banyak dibutuhkan masyarakat akan membantu pemenuhan kebutuhan masyarakat
secara luas juga. Hal ini pun bertujuan untuk orientasi ekspor.
Sarana dan prasarana diberikan untuk
peserta adalah materi dalam bentuk modul sederhana yang mudah dipelajari dan
dipahami, misalnya pengenalan defisiensi unsur hara dan demo plot.
Mayoritas peserta edukasi adalah laki-laki
dan setiap peserta dilibatkan juga di lapangan untuk mengaplikasikan ilmu yang
didapatkan selama pelatihan. Bahkan sebelum edukasi mereka melakukan demo plot
sesuai arahan.
Setelah memenangkan award, Bapak
Dadang lebih fokus memberikan edukasi secara massif dan diharapkan melakukan
ekspansi ke daerah-daerah lainnya untuk membangun pemahaman mereka tentang
pupuk sebagai sumber nutrisi tanaman.
Karena masih sangat kurang para
petani memahami soal pupuk yang tepat yang tak mengganggu unsur hara tanah.
“Bisa dilihat petani lebih
mengutamakan proteksi tanaman berupa pestisida terutama di petani kecil dan
menengah. Kami tidak bisa berdiri sendiri perlu dukungan berbagai pihak,
terutama media sehingga kepedulian terhadap lingkungan dengan sustainable farming akan tercapai. Ingat
biaya pemupukan lebih murah - bila dilakukan dengan tepat - dibanding biaya
pengobatan.” Bapak Dadang menegaskan.
"Pesan saya pahami
lingkungan mikro disekitar anda, tanah kita bukan tanah surga lagi. Lindungi
tanah dengan Pemupukan yang tepat dan penggunaan pestisida yang bijaksana"
Pungkas Bapak Dadang.
Terobosan edukasi yang dilakukan
Bapak Dadang sangat memberikan angina segar karena begitu banyak millennial yang
semangat belajar dalam upaya memajukan pertanian dan perkebunan Indonesia.
Semoga upaya yang dilakukan Bapak Dadang ke depannya akan lebih meluas lagi
cakupan wilayah edukasinya dan semakin banyak dukungan yang diberikan.
No comments