GESID Ajak Remaja Menjadi Agent of Change Kesehatan

 


Ketika anak saya dan teman-temannya belajar kelompok di rumah, sering mereka membawa jajanan seperti boba milk tea, gorengan dengan bumbu penyedap berlebihan plus bubuk cabai, kripik pedas dengan level kepedasan tinggi. Padahal di rumah sudah disediakan puding, kue dan makanan yang lebih aman. Tapi mereka lebih suka dengan makanan-makanan dengan zat additif berlebihan itu. Ini PR besar tentunya untuk saya sebagai orangtua. Perlu sosok yang dapat memengaruhi mereka supaya tak selalu mengonsumsi makanan dan minuman berpotensi mengganggu kesehatannya.

Saya juga sering memerhatikan beberapa teman anak saya yang ikut belajar di rumah, terlihat loyo, tidak bersemangat dan agak lambat merespon diskusi. Sepertinya anak ini kekurangan nutrisi karena terlihat pucat dan tidak semangat.

Remaja adalah anak-anak yang menuju dewasa. Masa-masa ini adalah masa yang penuh penyesuaian dalam segala hal. Proses penemuan jati diri yang ingin terlihat seperti apa dan punya kemampuan apa. Kadang sudah tak ingin diatur orangtua dalam beberapa hal. Untuk itu, fokus perhatian untuk remaja diperlukan teknik yang komprehensif. Semua hal mulai kesehatan tubuhnya, psikologisnya dan pendidikannya.

Penting menjadi perhatian adalah kesehatannya. Jika remaja kondisi tubuhnya sehat, akan dapat melakukan banyak hal kreatif dan belajar lebih konsentrasi.

Remaja yang selama ini dianggap sudah besar, membuat fokus perhatian terhadap kesehatan dan pemenuhan gizi untuk remaja kurang dilakukan. Dalam setiap seminar yang disasar sebatas gizi dan tumbuh kembang untuk bayi dan balita saja.

Oleh karena itu, Danone Indonesia menginisiasi pembuatan buku panduan program GESID (Generasi Sehat Indonesia) bersama Fakultas Ekologi Manusia IPB, yaitu edukasi kesehatan dan gizi bagi remaja SMP dan SMA. Peluncuran Buku GESID dilaksanakan pada 14 Desember 2020 melalui You Tube Live dan aplikasi zoom. Dalam pembukaannya, dikatakan drg. Kartini Rustandi, M.Kes (Sekretaris Ditjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes) bahwa remaja menurut Permenkes adalah dalam rentang usia 10-18 tahun.   

Ibu Kartini membuka banyak permasalahan remaja saat ini yang mengalami stunting, anemia, obesitas dan kekurangan gizi. Di samping itu gangguan sosial karena kekerasan seksual, napza dan ponografi juga menggelayuti permasalahan remaja yang semakin kompleks.

Program GESID ditujukan untuk menyampaikan edukasi gizi dan kesehatan remaja melalui para duta GESID yaitu remaja perwakilan dari setiap sekolahnya yang telah diberikan pelatihan untuk mampu menyampaikan wawasan kesehatan dan gizi pada teman-teman sebayanya. Mengingat remaja lebih percaya pada temannya dibandingkan omongan orangtua atau gurunya. Jadi, keberadaan Duta GESID ini sangat penting peranannya untuk komunikasi peer to peer.

Bapak Karyanto Wibowo dari Danone Indonesia menambahkan informasi bahwa program GESID yang pelaksanaannya oleh remaja itu sendiri disampaikan melalui webminar dan konten-konten edukasi di sosial media yang disampaikan dengan bahasa remaja yang simpel dan mudah dipahami. Sehingga dapat menyampaikan informasi gizi kepada teman seusianya dengan mudah dan dapat dipahami dengan baik.

Mengapa Remaja Perlu Buku Panduan GESID?

Prof.Dr.Ir.Sri Anna Marliyati, Msi (Ketua Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB) memberikan penjelasan pentingnya panduan GESID untuk remaja karena buku panduan ini berisi segala aspek ilmu pengetahuan yang dibutuhkan sehingga para duta GESID dapat membagikan informasi dengan acuan dari buku tersebut yang mudah dipahami.

Diharapkan para remaja menjadi agent of change bagi sesamanya dalam memberikan informasi kesehatan dan gizi. Mendapatkan sumber yang dapat dipercaya dan tidak langsung percaya dengan artikel yang beredar di internet termasuk obat-obatan pelangsing atau produk kesehatan yang tidak sesuai dengan anjuran medis.


Buku Panduan GESID

Diperkuat dengan tiga pilar, yaitu:

Aku Peduli, berisi penjelasan tentang identitas remaja, ciri-ciri pubertas yang harus diketahui, cara merawat kesehatan reproduksi remaja perempuan dan remaja laki-laki serta apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Remaja putri sebagai calon ibu juga dibekali dengan pengetahuan 1000 Hari Pertama Kehidupan, memahami periode ibu hamil, ibu menyusui dan memahami anak usia bayi dan di bawah dua tahun. Pengetahuan ini dijadikan sebagai bekal para remaja putri kelak supaya menjadi ibu yang siap dengan segala ketentuannya dalam menghadapi masa kehamilan dan menjadikan anak-anaknya sehat dan cerdas karena mampu memberikan asupan nutrisi yang tepat.

Aku Sehat, berisi tentang pengetahuan gizi seimbang dan kualitas hidup. Remaja juga diberikan tips dan didorong untuk mengenali status gizi masing-masing. Bahkan pembahasan soal anemia bagi remaja putri pun turut menjadi bahasan penting di sini. Karena masalah anemia sangat berdampak jangka panjang. Karena merujuk pada pengalaman para pendahulunya, banyak ibu hamil dan menyusui yang mengalami masalah anemia dan ini sangat mempunyai efek mengganggu kesehatan secara keseluruhan yang berdampak langsung pada aktivitas sehari-hari.

Aku Bertanggung Jawab, dibahas tentang permasalahan pernikahan dini yang dijelaskan berbagai penyebabnya serta akibat apa yang harus ditanggung karena pernikahan dini ini. Di samping itu dalam poin ini ditegaskan juga dorongan kepada remaja untuk selalu berkarakter positif, selalu ingin berkembang dengan baik, menghasilkan karya nyata dan bersifat menular atau mampu meng-influence teman-temannya dengan kebaikan yang dilakukannya.

Bagi yang tak mempunyai buku cetaknya, para orangtua pendamping, guru dan remaja dapat mengakses buku GESID melalui website www.sarihusada.co.id dan http://gizi.fema.ipb.ac.id/ semoga program ini lancar dan semakin banyak peminatnya untuk menjalankan program ini. Agar semakin banyak agent of changes yang berdampak langsung dalam upaya menciptakan generasi masa depan berkualitas melalui pemberdayaan kualitas kesehatan dan karakter bagi remaja.

1 comment

  1. Saya selalu kagum dengan gaya bercerita mbak dalam tulisan. Menginspirasi saya untuk lebih kuat belajar lagi. Terima kasih

    ReplyDelete