Pernah lihat mesin mobil yang
jika dijalankan terus menerus tanpa ada jeda untuk membuat mesinnya adem
sesaat? Menjadi ngebul bahkan mengalami banyak gangguan pergerakannya. Ini
karena kurangnya masa tunggu sejenak agar mesin tidak panas. Didiamkan tujuannya
supaya mesin mobil tersebut dapat melanjutkan perjalanannya kembali dengan
mulus dan kondisi prima.
Begitu pula dengan tubuh manusia,
diibaratkan kendaraan adalah jasadnya. Sementara ruh yang merupakan kesatuan
dengan pikiran dan perasaan adalah perangkat mesinnya. Kapasitas manusia ketika
berkegiatan terutama pada saat bekerja, mempunyai kapasitas tenaga yang berhubungan
dengan performa kinerjanya. Hal ini banyak ditemui sekarang. Di saat maraknya work from home (WFH) alih-alih menjadi
lebih santai dan kesempatan curi waktu melakukan kebersamaan dengan keluarga,
malah sebaliknya.
Lebih parah lagi, bukan quality time yang didapat. Namun
serentetan kesalahpahaman dengan anggota keluarga serumah dan mood swing malah mendominasi keseharian
sebagian pekerja yang WFH. Kesalahpahaman itu terjadi saat, kita sibuk sendiri
berkutat di laptop dan handphone. Karena
pikiran banyak ke kantor dan matarhon
meeting via aplikasi online, membuat orang-orang yang ada di sekitar kita
merasa diacuhkan. Bahkan ketika mereka mengajak bicara, rasanya ingin marah
karena konsentrasi terpecah. Namun setelahnya malah menjadi merasa bersalah
karena tak tega melihat raut kesedihan mereka yang teracuhkan.
Bekerja di rumah memang membuat
raga kita dekat dengan keluarga namun secara jiwa dan pikiran tidak. Tuntutan deadline pekerjaan, atasan yang terlalu
banyak menuntut dan semena-mena karena memandang kerja di rumah itu dapat
dilakukan kapan saja. Termasuk malam hari bahkan tengah malam. Yang penting key performance indicator tercapai.
Pegawai yang diinstruksikan tak punya daya upaya mengingat dirinya mengandalkan
gaji dari perusahaan tersebut. Jadi, walaupun tertindas dan terampas haknya,
tetap manut karena takut kehilangan pekerjaan tersebut.
Bekerja di Rumah Idealnya Tetap Mengacu Pada Jam Kerja
Saya sepakat dengan pendapat Christopher Barner, Profesor di University of Washington yang
menyatakan ukuran jam kerja tak akan memengaruhi efektivitas dan kualitas
pekerjaan seseorang. Karena kondisi ketahanan seseorang terhadap underpresser dan kekuatan lainnya
berbeda. Yang menentukan kualitas kerja adalah bagaimana si pegawai mampu
manajemen waktu agar target-targetnya terpenuhi.
Terpenting
adalah tidak melebihi kapasitas tenaga dan kemampuan berpikir saat menjalani pekerjaan.
Saat bekerja di rumah banyak yang salah kaprah dengan penerapan jam kerja yang
tidak beraturan bahkan cenderung berlebihan.
Walau dapat dikerjakan di mana
saja, kapan saja dan setiap saat dapat buka laptop dan hp, usahakan bekerja
hanya di jam yang telah ditentukan. Hal ini juga harus didukung oleh perusahaan
dan para pimpinannya. Agar karyawannya dapat bekerja sesuai porsi normal
seperti WFO.
Alasannya, tentu saja untuk efek
jangka panjang seperti mendapatkan tubuh tetap dalam kondisi prima dan pikiran
tetap sehat dan terjaga. Karena hal ini sangat berpengaruh pada jiwa dan mental
seseorang. Jika pikiran dijejali berbagai persoalan kantor yang tidak ada
habisnya, terutama pekerjaan-pekerjaan yang mengharuskan terhubung dengan
banyak orang, mengelola komunitas dan menghadapi konsumen yang merupakan
pelanggan dengan segunung complaint setiap
harinya, membuat kondisi mental bertambah down
jika pegawai tersebut kebetulan mempunyai persoalan-persoalan hidup
pribadinya. Ditambah dengan persoalan pekerjaan yang membuat kepala semakin
berasap dan secara otomatis akan berpengaruh juga pada kondisi fisik.
Energi-energi negatif yang kita
tangkap yang seharusnya diminimalisir, malah menjadi penambah beban pikiran
karena energi negatif dari orang lain yang banyak mengeluh atau punya attitude
kurang baik malah terserap ke alam bawah sadar.
Tips Memanfaatkan Waktu Libur Kerja
Saat libur tanggal merah atau
libur akhir pekan, usahakan untuk tidak membuka file pekerjaan atau memikirkannya. Fokus pada diri sendiri untuk
rileks dan melihat serta merasakan hal lain di luar zona kerja. Agar pikiran
lebih leluasa dan siap menampung energi kembali dari menjalani hal-hal yang
menyenangkan.
Alokasikan waktu untuk beberapa
hal di luar pekerjaan sebagai berikut:
Jalani hobi, dengan menjalani hobi, membuat kita menemukan diri
sendiri. Setelah bekerja dengan rutinitas yang kurang sreg di hati karena
membuat lelah dan ada hal yang sedikit berentangan dengan hati nurani, saat
menjalani kegiatan yang membuat kita senang justru dapat menemukan diri yang
sesungguhnya. Merasa pulang ke rumah dan berhubungan dengan circle yang satu frekuensi. Cara
relaksasi dan refleksi diri yang
efektif.
Misalnya, saat berkebun, melukis,
menulis, balap motor, yoga dan lain sebagainya, hal ini akan memberikan ruang
untuk diri sendiri agar lebih percaya diri dan merasa berguna karena mempunyai
peranan penting dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Menjadi suatu bagian yang
memberikan ruang bagi diri sendiri adalah bagian dari kebahagiaan tiada tara.
Meningkatkan value, suatu kebahagiaan tersendiri ketika beralih
dari rutinitas yang mengalami tekanan atau ketika mendapatkan hal-hal yang
kurang baik dari lingkungan pekerjaan. Jika kita mampu mengasah dan memperkuat
value melalui kemampuan yang dimiliki, hal ini akan memberikan penguat
kepercayaan diri dan anti goyah. Karena dengan demikian, value akan mematahkan
anggapan rendah seseorang di lingkungan kerja. Sehingga kita tetap merasa
berharga walau masalah dalam pekerjaan tidak ada habisnya.
Bahkan, value diri akan
memberikan dorongan kepada kita untuk selalu melakukan hal yang terbaik walau
tidak suka dengan pekerjaan yang dijalani. Value ini bisa didapatkan dari karya
yang kita miliki atau kemampuan dan pengaruh kuat yang kita miliki.
Berinteraksi dengan circle yang berbeda, ada kalanya saat berada di
lingkungan kerja, terasa menjemukan bahkan melihat sudut meja tempat berkutat
dengan pekerjaan walau di rumah, lalu hanya membalas chat di whatsapp dari
teman kerja seharian, belum lagi meeting marathon rasanya terbelenggu dan ingin
bernapas di luar.
Saat libur atau ketika ada waktu
luang, dapat dimanfaatkan untuk ngobrol santai dengan teman lama, teman
komunitas atau teman-teman dari lingkungan lain. Sehingga bisa teralihkan
atmosfer kerja ke hal-hal yang lebih santai dan lebih personal. Ketika
berkumpul dengan orang-orang yang dekat dan satu frekuensi biasanya akan
memberikan ekspresi lepas. Pernah kan saat kebersamaan kita bisa tertawa enak
terbahak-bahak sampai mengeluarkan air mata atau bisa becanda tanpa ada yang
tersinggung? Ini tentu saja penambah imun yang efektif. Kalau di masa pandemi
pastinya ngobrol via online pun tetap
asyik.
Quality time, Gunakan waktu libur untuk quality time bersama
keluarga karena walaupun WFH, tetap saja anggota keluarga lain ada kalanya
terabaikan dengan fokusnya kita pada pekerjaan. Raga berdekatan namun ruh entah
di mana. Lalu, tak ada obrolan yang mendalam walau setiap hari
bertemu.Saat-saat inilah bisa dimanfaatkan untuk ngobrol banyak hal dari hati
dengan kesadaran utuh dan kehadiran yang penuh.
Sering mengalami ketika anak
bertanya sesuatu, saya sering mengangguk saja atau menjawab dengan gerakan
tangan atau kepala mengangguk dan menggeleng saja karena sedang fokus di laptop
atau di whatsapp group kantor. Tentu
ini melukai perasaan anak atau anggota keluarga lainnya. Oleh karena itu, harus
ada jam-jam quality time yang
dibangun.
Manfaat Istirahat Cukup
Berpikir jernih adalah hasil dari
memperlakukan tubuh dengan pola hidup sehat seimbang. Antara pekerjaan dan
kehidupan sehari-hari. Dengan adanya ruang dalam jiwa dan pikiran, akan
memberikan energi yang cukup bagi diri untuk beraktivitas rutin yang terkendali
dan terkontrol. Semumet apapun pekerjaan kita, akan tetap mempunyai pemikiran
jernih jika tubuh diberi kesempatan untuk rileks dan tidak melakukan apapun
sesaat.
Sesederhana ketika tidur pulas,
di tengah kesibukan yang menggunung, jika diberikan waktu 10 menit saja untuk
tidur berkualitas maka energinya akan segar kembali setelahnya.
Ide pun akan lebih berkembang
karena di saat tubuh dan pikiran rileks ada banyak cadangan energi untuk kinerja
otak dalam merancang sesuatu. Menjadikan diri lebih produktif dan lebih
semangat. Jika sudah semangat maka motivasi pun meningkat.
Untuk perusahaan, jika memberikan
ritme kerja yang wajar dan sesuai porsi standar kerja, apresiasi pegawai terhadap
perusahaan akan lebih loyal dan berdedikasi tinggi. Karena merasa dimanusiakan
diberi kesempatan untuk selalu berkembang dengan memberikan ruang pada diri dan
jiwa pegawainya untuk menjadi dirinya sendiri dan beraktualisasi sesuai dengan
kepribadiannya pada saat di luar jam kerja.
Suara-suara bising seperti itu memang sering mengganggu apalagi pas kerja malah ganggu konsentrasi banget :)
ReplyDeletegood sekali infonya
ReplyDeleteVisit Us