Tujuh belas tahun lalu, bayi yang kerjanya tidur dan menyusu itu selalu tak bosan dipandang wajah mungilnya. Apalagi saat tidur. Sambil saya elus pipi dan dahinya, seuntai doa pun terlantun. Bahwa kelak, kamu jadi anak sholeha, pintar dan berguna bagi agama, bangsa dan negara. Saya aminkan berkali-kali. Tak sabar rasanya ingin bayi lucu ini lekas besar dan berlari.
Dari
doa dan harapan saya tadi, sebagai salah satu upaya untuk masa depannya, saya
langsung membeli asuransi pendidikan. Walau anak saya masih bayi. Karena
menurut pakar perencana keuangan, membeli asuransi pendidikan sejak anak masih
bayi akan membuat nilai investasinya lebih besar dibanding beli asuransi saat
anak sudah masuk sekolah TK atau SD apa lagi SMP. Saat itu saya tak
mencari-cari sales asuransi. Namun saya mencari sendiri informasi jenis
asuransi yang saya butuhkan beserta profilnya. Setelah sreg dengan satu brand asuransi yang disokong oleh sebuah
bank, saya pun mendatangi bank tersebut dan membelinya.
Ternyata,
membeli asuransi pun harus terverifikasi identias dan pekerjaannya. Jadi,
proses approval kepemilikan asuransi
pun cukup menunggu lama. Prosedur seperti ini tentu saja membuat saya semakin
percaya karena prosesnya melalui kurasi berlapis menandakan produk asuransi
yang bukan kaleng-kaleng.
Asuransi
aman. Masuk TK tidak membuat saya harus klaim asuransi karena masih terjangkau
dari gaji bulanan. Saat masuk SD, saya sudah mulai merasakan banyaknya keluar
isi dompet. Karena begitu banyak kegiatan luar sekolah, beli buku paket, beli
alat musik, bekal jajan, seragam yang harus bergani-ganti dan lain sebagainya.
Dari sini, saya berpikir keras. Karena tak akan bisa mengandalkan uang gaji
terus. Harus ada tambahan sebagai cadangan biaya pendidikan jangka pendek per
semester atau per tahunnya.
Berikut
adalah tips saya mempersiapkan dana pendidikan dimulai dari sekolah dasar, saya
memakai 3 persiapan keuangan berikut ini:
Asuransi Pendidikan
Banyak
yang bertanya, asuransi memang penting ya? Apa dengan tabungan saja sudah cukup
kan? Asuransi itu gambling, tidak pasti dan lain-lain. Ini adalah beberapa
pandangan dari beberapa orang yang memandang tidak perlunya asuransi
pendidikan. Tidak ada yang salah. Bagi yang mengangap asuransi penting atau
tidak. Karena setiap orang mempunyai kondisi finansial dan pandangan yang
beragam. Sehingga profil keuangannya dapat disesuaikan apakah perlu atau tidak untuk
membeli asuransi pendidikan.
Saya
pribadi, asuransi pendidikan adalah bagian penting yang harus dimiliki karena
jika kita dapat membaca term and conditionnya dengan baik, memahami prosesnya
dan bagaimana alur premi itu berjalan serta mengetahui hak dan kewajiban kedua
belah pihak secara rinci, asuransi bermanfaat dalam jangka panjang. Hingga anak
kuliah.
Dengan
adanya asuransi, ada perlindungan biaya pendidikan anak di mana kita menghadapi
risiko-risiko yang tak diinginkan. Seperti di-PHK, sakit keras, fisik tidak
dapat bekerja lagi karena kecelakaan atau kepahitan lainnya dan lain-lain.
Walau kita berharap selalu baik-baik saja dan berharap gak sampai klaim
asuransi karena hal-hal yang tak diinginkan, pilihnya sehat. Namun hal ini dapat
memberikan ketenangan tentunya, bukan?
Jangan
khawatir asuransi pendidikan menjadi gambling
seperti yang dikhawatirkan kebanyakan orang. Karena asuransi sendiri
sebenarnya tidak gambling malahan
memberikan banyak manfaat. Karena asuransi pendidikan, ada nilai investasinya
dari setiap premi yang rutin disetorkan. Nilai investasi lebih optimal setelah
menyetor dalam lima tahun. Satu catatan, ketika membeli asuransi pendidikan,
jangan diniatkan untuk berinvestasi karena asuransi bukan investasi melainkan
perlindungan.
Tabungan Rencana
Tabungan
rencana adalah tabungan jangka pendek yang dapat dipilih jangka waktunya, minimal
1 tahun maksimal 5 tahun. Setoran tabungan akan didebit secara otomatis dari
rekening tabungan utama, masih dalam satu bank. Nominalnya minimal Rp100.000 dan
maksimalnya tidak terbatas per bulannya.Tabungan akan cair otomatis dan
ditransfer ke rekening utama dalam jangka waktu yang dipilih.
Tabungan
rencana ada di setiap bank, BUMN atau swasta. Saya saat itu berpikir membuka tabungan
jangka pendek ini, karena setiap tahun ajaran baru selalu ada kebutuhan membeli
baju seragam baru, buku tulis dan semua peralatan sekolah serta biaya-biaya tak
terduga lainnya. Maka, saya membuka tabungan rencana yang dapat cair setiap
tahun. Dipastikan saya membuka rekening di awal Juni. Di mana tahun ajaran baru
berlangsung.
Manfaat
membuka tabungan rencana ini, saya menjadi selalu siap soal dana di saat
dibutuhkan setiap tahun ajaran baru. Tak perlu kelabakan dengan harus menjual
perhiasan atau pinjam uang dari orang lain. Atau harus mencairkan deposito atau
harus memakai simpanan uang untuk kebutuhan sehari-hari.
Sangat
membantu dan memberikan cadangan dana yang terkumpul dari penghasilan seperti
biasanya. Bukan saja bermanfaat untuk dana tahun ajaran baru, namun saya juga
menjadi lebih bijak mengalokasikan dana yang setiap alokasinya menjadi sangat
jelas. Jadi tak ada uang yang tidak jelas penyalurannya. Dengan tabungan
rencana juga cukup menolong saat dibutuhkan sudah tersedia. Seperti ikut sebuah
arisan namun ini arisannya aman karena tanpa harus menunggu peserta membayar
dulu atau risiko macet. Juga terbebas dari potongan uang kas dari ketua arisan.
Deposito Berjangka
Untuk
tabungan jangka panjang, saya memilih deposito berjangka yang diperpanjang otomatis
per tiga bulan. Saya membuat rekening deposito khusus untuk pendidikan agar
dana tidak dapat diambil walaupun sedang dibutuhkan banget. Deposito untuk
pendidikan, tidak perlu sekaligus banyak. Saya pun di awal, hanya setor
Rp2,5Juta di 2009 lalu setiap tahun ditambah lagi dan lagi, hingga terus
bertambah. Pokoknya, jika ada rezeki lebih, langsung saja tambahkan ke deposito
pendidikan agar ada penambahan terus.
Biaya
pendidikan tahun ke tahun terus naik, harus ada second plan juga untuk biaya masuk perguruan tinggi swasta jika tak
lulus di negeri. Karena walau bagaimana pun biaya pendidikan untuk anak wajib
dipenuhi dan prinsip saya, biaya pendidikan untuk anak jangan ada perhitungan.
Karena kesempatan memberikan pendidikan untuk anak tak akan terulang masanya,
maka dari itu sebisa mungkin, jika mampu, berikan tempat yang terbaik.
Menanamkan Konsistensi
Jurusan Kuliah Pada Anak
Orang
tua hanya mendukung dan membantu mengarahkan agar anak fokus dengan minatnya.
Saya pribadi tak pernah menitipkan mimpi pada anak. Intinya, saya hanya ingin
anak mempunyai pilihan sesuai minatnya dengan menanamkan konsekuensi dan
tanggung jawab pada pilihannya.
Sekar
sejak TK sudah suka sama profesi dokter, selalu antusias dan ngobrol terus
tentang dokter yang dilihatnya saat ke klinik atau di televisi. Masuk sekolah
dasar, lebih banyak lagi mengenal profesi lainnya seperti polwan, pramugari,
hakim dan lain-lain. Namun tak seantusias pada dokter. Sejak SD, saya sudah
memberi tahu, jika ingin menjadi dokter, harus punya jiwa penolong yang kuat
karena akan dibutuhkan setiap saat. Kadang waktu istirahat pun harus melayani
pasien saat darurat.
Lalu,
Sekar bertanya terus, pelajaran apa yang harus banyak dipelajari kalau mau jadi
dokter? Jawaban saya tentu saja semua
pelajaranlah yang harus dipelajari. Namun ketika masuk SMP, saya mulai
mengarahkan bahwa Sekar harus banyak belajar IPA. Tapi pelajaran lainnya tak
boleh disepelekan juga. Saya juga bilang, bahwa menjadi dokter itu harus pintar
berkomunikasi, jadi sebisa mungkin ikut OSIS dan ekskul. Agar terlatih jiwa
kepemimpinannya. Alhamdulillah Sekar mengikuti arahan saya tersebut dengan
baik. Bahkan dengan senang hati. Sekar menjalankannya dengan penuh suka cita.
Jadi saya semakin yakin bahwa Sekar memang bercita-cita menjadi dokter.
Dukung Untuk Membuka
Jalan Menuju Cita-Citanya
Jika
sudah terlihat kuat minatnya, orang tua harus mengarahkannya agar lebih fokus
dengan mencari banyak informasi untuk mengasah kompetensi agar masuk ke
perguruan yang diinginkan.
Berikut
tahapan yang saya lakukan:
1. Berikan
pengetahuan tentang dokter melalui bacaan atau tontonan dan perlihatkan
sosok-sosok dokter inspiratif
2. Saat
masuk SMA, arahkan untuk masuk jurusan IPA. Karena sekarang penjurusan dimulai
dari kelas 1 SMA dan melalui psikotest, maka orang tua dan anak harus
mempersiapkan kemungkinan lain dan menyiapkan second plan jika harus masuk IPS berarti harus banting jurusan ke
profesi lain melalui jurusan IPS. Hal ini harus dibicarakan di awal. Supaya
anak tidak down. Sebab hasil
psikotest lah yang menentukan layak tidaknya masuk suatu jurusan.
3. Jika
sudah berhasil masuk jurusan yang diinginkan, pupuk nilai raport dari awal
masuk hingga akhir sebab nilai raport adalah penyelamat saat anak akan masuk
perguruan tinggi.
4. Les
di luar sekolah apakah perlu? Bagi yang membutuhkan les lalu dananya ada,
sebaiknya ikutkan les. Namun Sekar tidak ikut les. Sekar belajar di rumah saja.
5. Saat
Sekar diberikan kesempatan mendapat kursi SNMPTN, memilih jurusan yang diminati
namun tidak lolos, jangan patah semangat sebab masih ada jalur SBMPTN, Mandiri,
Prestasi Istimewa dan jalur-jalur lainnya untuk masuk PTN. Alhamdulillah Sekar
lolos di jalur mandiri.
6. Jangan
lupa untuk second plan daftar juga di
PTS terbaik sebab masuk PTS pun memerlukan seleksi yang lumayan ketat dan kuota
biasanya terbatas. Apa lagi untuk jurusan kedokteran yang sangat terbatas dan
lumayan ketat masuknya.
7. Setelah
masuk perguruan tinggi, upayakan orang tua mendampingi. Sebab atmosfer
perguruan tinggi berbeda dengan belajar di SMA. Aneka paper akan bejibun
tugasnya belum lagi serangkaian laporan dan lain-lainnya. Lumayan berat.
Berikan dukungan moril, sering ajak ngobrol, berikan makanan yang bikin mood happy dan lain-lain.
Untuk
orang tua di mana pun semangat ya! Memberikan hal yang terbaik untuk anak
adalah kebahagiaan dan kepuasan tersendiri bagi saya. Karena anak adalah amanah
Allah yang harus dijaga dan diberikan hak-hak-nya dengan sepenuh hati dan
maksimal. Salah satunya hak mendapatkan pendidikan.
Terima kasih sharingnya Teh..menginspirasi ...
ReplyDeleteSemoga Sekar lancar kuliahnya dan diberi kemudahan. Saya masih belajar konsisten nabung untuk biaya kuliah anak2 Teh. Banyak godaan heuheu
ReplyDeleteMempersiapkan dana pendidikan anak sejak dini memang penting sekali dan saya sangat merasakan manfaatnya meskipun ada penyesalan kenapa gak dari dulu konsisten untuk menabung. Tapi lebih baik terlambatkan daripada tidak sama sekali, hehe. Semangat menabung. ��
ReplyDelete