Foto sumber: https://nlrindonesia.or.id/ |
Saya terlalu fokus pada berita-berita lain sehingga tak begitu update dengan info penyakit kusta yang masih menjadi persoalan di negeri ini. Beruntung saya mendapatkan berita ini dari Radio KBR yang beritanya disiarkan melalui You Tube streaming dan selalu faktual.
Data dari organisasi NLR (Netherlands
Leprosy Relief) menyebutkan bahwa Indonesia masih menempati rangking 3 dengan
jumlah penduduk yang menderita kusta. Penyakit yang menggemparkan masyarakat
Indonesia sejak tahun delapan puluhan ini, ternyata belum ada titik terang untuk
pemberantasannya. NLR adalah organisasi untuk mengeliminasi kusta, dalam
kegiatannya bekerja sama dengan dinas kesehatan dan organisasi terkait
bertujuan untuk memulihkan penderitanya secara fisik dan mental.
Ki-ka: Ines Nirmala, dr.Astri Ferdiana, Al Qadri |
Menurut dr. Astri Ferdiana (Technical Advisor NLR Indonesia) mengatakan bahwa dari 514 Masih ada 98 kabupaten yang penduduknya mengidap kusta, terutama daerah Indonesia Timur dan beberapa di kabupaten wilayah Jawa Barat dan Sumatera. Belum putusnya mata rantai penularan ini, karena masih banyak penderita yang enggan berobat atau konsultasi kepada tenaga medis dan kurang sosialisasi tentang pentingnya memeriksakan apa yang dideritanya.
Seperti yang diceritakan Bapak Al
Qadri (Wakil Ketua perhimpunan Mandiri Kusta Nasional) yang pernah terjangkit
kusta sejak usia 6 tahun. Saat itu Bapak Al Qadri melihat timbulnya bercak
putih namun mati rasa di area tersebut. Kemudian
salah satu orang tua murid mengetahui itu adalah tanda kusta lalu orang tua
tersebut melaporkan kepada kepala sekolah atas kondisi yang dilihatnya.
Bapak Al Qadri merasakan diskriminasi
yang amat sangat dan masa itu, beliau dikeluarkan dari sekolahan dengan alasan
belum cukup usia padahal masalah sebenarnya adalah diketahui bahwa dirinya
berpenyakit kusta. Namun Bapak Al Qadri tak putus semangat, Ia tetap semangat
belajar dan bisa baca tulis dari program pengentasan buta aksara, program
pemerintah pada zamannya.
Orang tua dari Bapak Al Qadri
saat itu pun terus berusaha mencari jalan pengobatan yang tepat, sampai pada
puncaknya Bapak Al Qadri mengalami kecacatan pada beberapa bagian anggota
tubuhnya, ada orang yang memberikan informasi pengobatan berkelanjutan.
Akhirnya Bapak Al Qadri dapat berobat hingga tuntas dan kontrol berkala. Dari
apa yang dialaminya, Bapak Al Qadri ingin berbagi semangat dan membantu sesama
yang terkena kusta agar mau menjalani pengobatan hingga tuntas dan mau
bergabung dengan komunitas agar mendapatkan banyak informasi terkait pengobatan
dan pemulihan mental akibat perlakuan orang-orang di sekitarnya.
Penyebab Kusta
Selanjutnya dr. Astri menjelaskan
bahwa penyakit Kusta adalah penyakit infeksi dan menular, sifatnya kronis
penyebabnya Mycobacterium leprae menyerang kulit dan syaraf
tepi. Jika terlambat dideteksi dapat menimbulkan kelainan anatomi pada beberapa
bagian tubuh.
Gejala Kusta sangat sederhana,
orang2 hanya menganggap sakit kulit biasa berupa panu, tanda ini bisa berwarna merah atau putih. Bercak kulit
biasanya tidak berasa dan tidak bersisik. Ketika badan terkena benda tajam pun
tidak akan terasa.
Permasalahan stigma kusta yang
mayoritas menimbulkan diskriminasi dan membuatnya tersisihkan, ini menjadi
fokus perhatian untuk mengedukasi masyarakat agar selalu merangkul siapapun
yang mengidap atau pernah mengidap kusta karena proses penularan tidak secepat
ketika bertemu atau salaman. Menurut dr.Astri, penularan bisa terjadi jika
bersamaan dengan penderita dalam jangka waktu yang lama. Jika imun kuat,
kemungkinan tertular juga tidak akan terjadi.
Ke Mana Harus Datang Jika Terkena Kusta?
Jangan telat datang ke puskesmas
jika terdeteksi tanda bercak putih mati rasa, pengobatan di puskesmas gratis
dan harus dijalani hingga tuntas selama 6-12 bulan. Memang lama namun jika
berobat tuntas, bisa sembuh tanpa mengalami kecacatan.
Diharapkan edukasi dan
sosialisasi ini dipahami dengan benar oleh seluruh masyarakat Indonesia baik
yang pernah dengan kusta atau bagi yang sehat walafiat karena semua orang
mempunyai hak asasi yang sama, mempunyai kebebasan beraktualisasi, berpendapat
dan mendapat pengakuan karyanya.
Diharapkan juga bagi yang masih
menderita kusta, harus mampu terbuka kepada siapapun dan terbukalah untuk ikut
organisasi agar pengalamannya bermanfaat seperti bapak Al Qadri, dapat
mempermudah penderita kusta untuk mendapat petunjuk pengobatan dan memahami
bagaimana menghadapi perlakuan yang tidak nyaman dengan hati lapang dan bijak.
Tulisan tentang kusta sebelumnya tentang hindari kecacatan akibat terlambatnya penanganan kusta
Informasi selanjutnya dapat disimak di You Tube berikut ini:
iya mb..kusta masih menjadi stigma dan diskriminasi di masyarakat indonesia. banyak yang mengatakan kalo kusta itu akibat kutukan atau guna-guna. harapannya kita bersama sama bisa menghilangkan stigma dan diskriminasi tersebut dengan terus mengedukasi masyarakat indonesia. Informasinya menarik sekali mbak yg disampaikan disini.semoga banyak yg membaca yaa
ReplyDelete