Pic : Pixabay |
Banyak hal yang kita lupakan dari berharganya hidup dilihat dari sudut pandang yang nyaris tak terlihat atau jarang dilirik. Ibarat daun kering yang selama ini seringnya hanya untuk disapu, dikumpulkan dalam satu lubang lalu dibakar atau dimasukkan ke tempat sampah. Padahal banyak kegunaan daun kering itu, bisa menjadi humus yang menyuburkan tanaman atau menjadi bahan untuk hiasan kerajinan tangan.
Begitu pula dengan hidup kita.
Banyak sisi yang terabaikan. Saat orang berlomba-lomba fokus pada memuja Maudy
Ayunda, Nadhira Afifa yang lulusan universitas no 1 dan 2 di dunia, sementara
masih banyak lulusan lokal yang memberi kontribusi pada lingkungannya untuk
berdaya seperti aktivis lingkungan dari Papua, Yulince Zonggonau dan masih
banyak lagi.
Atau ketika melihat seorang ibu
rumah tangga yang dikucilkan oleh teman-temannya yang berkarir, ibu-ibu yang
berkarir ini tak melihat bahwa peran ibu rumah tangga sangat memberikan dampak
besar terhadap anggota keluarganya. Suaminya menjadi konsentrasi bekerja dan
merasa tenang, lalu pakaiannya rapi, sarapan disediakan dan makan siang
dibekali. Untuk anak-anaknya merasa nyaman mendapat pelukan, dikasih nutrisi
lengkap, ditemani belajar kapan saja dan kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi
dengan baik. Menjadikan suami dan anaknya menjadi pekerja dan pelajar terbaik
karena berangkat dari rumah yang nyaman dan damai sehingga dapat menyumbangkan
sesuatu yang baik ke lingkungannya.
Atau melihat contoh seorang ang
bekerja menjadi operator produksi di sebuah pabrik, jika dilihat, pastinya akan
memandang sebelah mata, pekerjaan buruh yang tidak memerlukan ijasah tinggi
atau bekerja yang hanya mengandalkan tenaga. Padahal, seorang operator produksi
peranannya sangat penting dan menjadi dasar kualitas suatu produk. Misalnya,
seorang yang bekerja di pabrik elektronik dan bertugas memasang terminal di
ujung kabelnya, jika dipasang tidak teliti atau menggunakan strategi yang pas,
barang elektronik yang dipasangin kabel tersebut, misalnya tv, pasti meledak.
Jadi, semua barang elektronik yang kita miliki dan digunakan sehari-hari bisa
berfungsi, peranan besarnya karena jasa dari pekerja di pabrik yang tak
terekspos sama sekali.
Dari contoh-contoh di atas, saya
ingin mengajak Teman-teman bertamasya ke dalam diri masing-masing untuk
menggali sisi-sisi baik dan sisi penting diri kita untuk orang lain di
sekitarnya. Banyak hal yang tak kita sadari sehingga hanya fokus pada orang
lain dan output-nya, diri merasa tak
berharga atau merasa tak bisa apa-apa.
Saya tergelitik menuliskan ini
ketika melihat seorang teman yang penuh potensi namun dirinya merasa tak mampu
berbuat apapun untuk orang banyak. Padahal, ketika ngobrol, wawasannya cukup
luas dan menyenangkan, dia bisa menjadi MC untuk acara-acara kecil atau besar
dan bisa make up kece serta bikin
konten Tik tok yang unik. Tapi, jika dimotivasi untuk konsisten dan lebih
mempublikasikan kemampuannya agar potensinya lebih berkembang dan mendapatkan
banyak peluang, merasa tak percaya diri dan merasa belum layak atas
kemampuannya. Padahal sudah jelas dia mampu.
Sayang sekali, kan teman saya
tersebut? Sudah punya value namun belum menemukan kepercayaan diri atau belum
bisa memercayai kemampuannya. Kadang saya gregetan tetapi saya tidak tahu apa
latar belakangnya dia bisa begitu ya? Semoga dirinya cepat menyadari akan
potensi dirinya dan tidak selalu fokus pada kekurangannya.
Saya pribadi pun sering
menghadapi hal seperti itu, misalnya ketika melihat pencapaian dan eksistensi
orang lain yang lebih tinggi atau secara tak langsung diri saya sendiri malah underestimate diri sendiri dengan
berbisik “Kamu belum apa-apa, belum
melakukan apa-apa, yang kamu lakukan gak ada seberapanya dibanding si anu atu
baru segitu aja kamu udah bangga.” Pernyataan-pernyataan tersebut jujur
membuat saya ciut dan merasa ingin berhenti saja dalam berkarya. Karena merasa
sudah capek-capek tapi ada bisikan-bisikan itu.
Beruntung saya, lekas menyadari
dan tidak larut dalam bisikan-bisikan tersebut. Malah saya menggunakan
bisikan-bisikan tersebut menjadi motivasi untuk lebih meningkatkan kemampuan
dan kapasitas. Saya jadikan menjadi cambuk dan ujungnya saya lari ke pendidikan
lagi. Jadi beruntung kan? Oh ya, bisikan-bisikan itu adalah bisikan yang datang
dari diri sendiri justru. Makanya harus dilawan dengan cara positif agar
dampaknya berbalik positif.
Caranya, dengan meyakinkan diri
bahwa kita pun punya sisi lain yang banyak dibutuhkan orang lain. Misalnya saya
dibutuhkan oleh keluarga inti, saat menguliahkan anak juga penuh perjuangan, punya
member komunitas yang perlu empowerment, dalam
pekerjaan juga team work memerlukan skills saya dan masih banyak lagi.
Jangan lupakan juga, bahwa saat
kita berjuang untuk survive dalam
situasi apapun, itu adalah satu peran penting hebat diri kita yang
menyelamatkan jiwa raga sendiri dan memberikan kenyamanan kepada orang-orang di
sekitarnya.
Satu hal yang penting dihindari
adalah terlalu berlebihan dan tidak tepat dalam memaknai self love agar tidak egois dan over narsis. Walau kita sadar akan
peranan penting kita, tetap harus logis dalam bertindak dan rendah hati.
Untuk memaksimalkan sisi-sisi
yang jarang terekspos tersebut, upayakan untuk totalitas dalam berusaha
memberikan yang terbaik. Seperti memenuhi kebutuhan anak saat kuliah dengan
baik, menjadi role model yang baik
bagi member komunitas, memberikan
hal-hal maksimal dalam strategi pekerjaan ke perusahaan dan lain-lain. Yang
penting tetap aware dengan value kita dan tidak berhenti belajar
serta terus berkontribusi yang baik ke lingkungan kita. Sudah siap menggali sisi-sisi
penting dirimu dalam hidup? Jika siap, ayo gali dan sadari semuanya sebelum
semua terkubur karena terlalu comparing dengan
yang lain.
Selalu merasa kurang dan ingin selalu bisa belajar adalah hal yang menari-nari dalam pikiran saya. Tapi setelah menikah, kewajibannya lain lagi. Mungkin kepentingan saya yang dibutuhkan oleh keluarga, saat ini baru bisa memaksimalkannya di sana.
ReplyDeleteJadi inget teh, pernah ketemu kurir sebuah jasa pengiriman paket yang selalu ceria kalau nganter paket. Pas ditanya apa ga capek keliling Jogja nganter paketan. Jawabannya bikin termotivasi "Ini pekerjaan paling menyenangkan karena saya bisa keliling kota dan dibayar" Ya Allah, bikin menambah rasa syukur kalau ketemu orang yang banyak bersyukur begini teh
ReplyDeleteBagaimana jika yang menghalangi kita berkarya adalah diri kira sendiri yang tidak percaya dengan kemampuan yang dimiliki? Tulisannya bagus, Teh Ani, inspiratif, makasih sudah berbagi
ReplyDeleteHemm kadang yang memang udah tidak berharga seperti daun kering ya diabaikan, gak heran kalau dianggap sampah. Padahal di balik itu banyak manfaaat daun kering salah satunya bisa dijadikan pupuk kompos.
ReplyDeleteSangat inspiratif
ReplyDelete