Selimut saya sejak SMA yang sudah kumal lusuh namun setia menemani |
Menutupi seluruh tubuh dengan selimut merah kombinasi hitam setiap hari, membuat saya punya teman yang siap menampung segala curahan hati. Walau diungkapkan dari hati, tapi si merah ini paham banget. Dari mana saya tahu dia paham banget padahal kan Cuma benda mati? Ya dari perasaan saya yang lega setelah menumpahkan perasaan itu di baliknya. Sebuah sugesti yang entah kebetulan atau gimana, yang pasti perasaan saya memang demikian adanya.
Setiap tidur, saya tak pernah
ketinggalan selimut, baik ketika cuaca dingin atau panas. Sudah terbiasa kalau
tidur harus tertutup selimut. Sensasi tidur memakai selimut itu membuat tubuh
nyaman dan merasa aman. Bergerak juga leluasa. Apa lagi selimut yang saya pakai
jika sedang musim dingin terasa hangat dan ketika kemarau, terasa adem. Jadi inilah
yang membuat selimut berwarna merah dengan kombinasi hitam ini menjadi soulmate saya.
Saat saya ngantuk, selimut ini
seolah memeluk saya. Ketika duka menyelimuti, rasa sedih menggelayut, si merah
ini seolah membelai. Tubuh dan kepala yang saya benamkan di baliknya begitu
nyaman untuk menumpahkan semua gundah gulana. Si merah ini tak pernah protes saat
dibanjiri air mata lalu sentuhan hangatnya yang menyentuh kulit mampu
meninabobokan untuk menghilangkan duka untuk sementara.
Lalu, di saat saya gembira dan
merasa senang terhadap sesuatu, akan senyum-senyum sendiri di balik si merah
sambil mengingat moment- moment indah
yang dialami sepanjang hari. Maka di malam hari itu, menjelang tidur, saya
sering berbincang dalam hati bersama si merah tentang perasaan saya di saat
itu. Ada kalanya ceria, tersipu, sedih, antusias dan minta dibangunin di jam
tertentu.
Berbagi cerita di saat remaja
selain kepada orang tua dan saudara, saya seringnya kepada si merah ini
menjelang tidur. Dampaknya sangat positif. Selimut merah itu tak sekadar
selimut, mampu membuat saya nyaman saat menumpahkan harapan. Karena benar-benar
bebas berekspresi tanpa ada interupsi atau komentar pada saat menyampaikan
sesuatu. Seolah saya mempunyai teman pendengar yang baik.
Selain itu, dengan menanamkan
harapan di balik selimut, seolah menjadi ajang journaling before sleep terekam kuat dalam otak dan ada follow up atau progress dari harapan dan keinginan itu. Contohnya, pada saat
kuliah saya menanamkan goal setting setelah
lulus kuliah, saya harus bekerja di sebuah perusahaan dengan menyalurkan hasil
belajar saya dari jurusan Akuntansi sebagai Akunting.
Lalu saya pikirkan langkahnya
untuk mencapai goal setting tersebut.
Saya berusaha belajar dengan baik supaya lulus tepat waktu dan saya mengambil
mata kuliah tambahan Bahasa Jepang sebagai penambah value karena setelah
menanamkan opsi goal yang pertama,
saya tergoda untuk opsi yang kedua, yakni bisa bekerja di luar negeri sesuai background pendidikan. Akhirnya saya
belajar Bahasa Jepang dan Bahasa Inggris
yang massif secara otodidak dibantu buku dan melihat subtitle film. Zaman saya kuliah belum marak internet dan sosial
media jadi kesempatan belajar gratis sangat kurang.
Saya ambil Bahasa Jepang bukan
niat kerja di Jepang tapi sebagai penambah value
saja. Dan setelah lulus kuliah, saya benar-benar langsung bekerja sebagai
Akunting malah langsung ditugaskan di Johor Malaysia di Lee Soon Seng Plastic
Industries SDN BHD. Rasa syukur dan takjub akan pencapaian itu, saya betapa
bahagia dan bagai mimpi. Goal setting
di balik si merah tercapai!
Lalu, sepulang bertugas dari
Malaysia selama dua tahun, saya berbisik lagi di balik si merah, ingin hidup di
ibukota dan mendapat pekerjaan yang layak. Alhamdulillah lagi-lagi tercapai.
Semua pencapaian itu bukan berkat
si merah, tapi jelas dari Allah SWT. Si merah hanya berperan menemani masa-masa
saya mencurahkan hati terhadap harapan dan keinginan dalam hidup. Jika melihat
si merah, ada sugesti jika saya tak boleh berhenti bermimpi, tak boleh berhenti
belajar dan tak boleh berhenti semangat.
Si merah seolah menjadi symbol semangat
dan pencetus mimpi yang tetap membangkitkan semangat di mana pun berada.
Makanya saya bawa ke mana pun saya pergi. Pernah sobek, saya jahit, saya tambal
dan saya rawat pokoknya.
Selimut merah hitam ini menjadi
teman saya yang tak pernah lelah mendengarkan dan tak bosan saat saya ngoceh.
Bahkan sering menerbangkan ingatan saya ke masa lalu yang indah-indah ketika
melihat si merah ini. Karena membenamkan ke balik si merah ini, sungguh
memancing saya untuk eksplorasi ide, rencana, cari solusi dan banyak lagi.
Wow luar biasa ya fungsi Si Merah ini. Sejiwa bener sama Sang Mpunya 😄😍
ReplyDelete