Demam Berdarah Dengue (DBD), nama penyakit ini lumayan familiar ya Teman-teman? Populer sebagai penyakit mematikan dari virus dengue yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti pada manusia, tidak pandang usia namun masih banyak yang menyepelekan DBD ini. Hal ini terbukti dengan kurangnya kepedulian menjaga kebersihan dan pencegahan faktor-faktor pemicu di lingkungannya. Hal ini bisa disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat karena kurangnya edukasi dan sosialisasi yang tepat hingga ke akar rumput.
Data yang dicatat oleh
Kementerian Kesehatan dari awal 2023 hingga minggu ke-33 terdapat 57.884 kasus DBD
dan terjadi kematian pada 422 orang dari 462 kabupaten/kota di 34
provinsi. Tentu saja data ini menunjukkan
urgensi dalam penanganan karena DBD adalah penyakit menular. Bagaimana cara
penanganan DBD agar tidak semakin meningkat kasusnya dan tidak terjadi pada
diri dan lingkungan kita? Yuk kita simak paparan dari narasumber ahli terkait
DBD di acara konferensi pers Langkah Bersama Cegah DBD di Sarinah Thamrin
bersama Takeda.
Kontribusi Takeda dalam Memperkuat Program Pemerintah
Takeda, perusahaan
biofarmasi berinisiatif untuk ambil bagian dalam upaya menuju nol kematian
akibat dengue (zero dengue death 2030)
melalui berbagai kegiatan dan program, diantaranya pendekatan terpadu untuk
pencegahan dan pengendalian dengue; sinkronisasi data (bridging) dengan SIARVI
(Sistem Informasi Arbovirosis) dalam pelaksanaannya, Takeda melibatkan
masyarakat untuk sosialisasi program-program tersebut. Seperti yang dikatakan
Bapak Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT. Takeda Innovative Medicines
bahwa komitmen yang dilakukan Takeda adalah bagian dari kontribusi nyata untuk
mendukung Pemerintah Indonesia dalam pencegahan DBD pada masyarakat dengan
komitmen “The First Living Pledge” dan menggaungkan #Ayo3MplusVaksinDBD.
Menteri Kesehatan
(Menkes) RI, Budi Gunadi Sadikin menyambut inisiatif Takeda sebagai pihak
swasta dalam upaya menanggulangi DBD. Menurutnya, aksi Takeda juga memperkuat
gerakan 3M Plus (Menguras, Menutup dan Mendaur ulang barang bekas).
Menkes juga menyatakan
dukungannya terhadap pengendalian vektor dengue melalui teknologi Wolbachia,
yaitu menyuntikkan bakteri Wolbachia ke telur-telur nyamuk Aedes aegypti jantan agar dapat
memblokir virus dengue pada nyamuk betina saat kawin maka anak-anak nyamuk
tersebut akan memiliki Wolbachia. Teknik pengendalian ini dilakukan
sebagai pilot project di enam kota, diantaranya Bali, Bandung, Jakarta,
Semarang, Kupang dan Bontang.
Bagaimana Cara Mencegah DBD?
Dr. Imran Pambudi,
MPHM, selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes
menjelaskan bahwa kasus DBD harus ditanggulangi secara masif dan partisipasi
masyarakat harus digalakkan. Mengingat lokasi Indonesia juga merupakan
geografis dengan iklim tropis dan subtropis yang berpeluang besar menjadi
sarang nyamuk mematikan penyebab DBD ditambah adanya kemarau panjang saat ini.
Berikut saran dari dr. Imran agar masyarakat mulai mencegah DBD mulai dari
rumah:
1. Menghilangkan semua
genangan air di segala sudut rumah. Misalnya dalam ban bekas, lubang-lubang
retak, vas bunga, penampungan dispenser dan lain-lain.
2. Menutup berbagai tempat
penampungan air bersih yang dipakai sehari-hari.
3. Mendaur ulang
barang-barang bekas yang tidak terpakai lagi.
Dr. Imran juga
menyarankan agar masyarakat mengonsumsi nutrisi seimbang dan menerapkan gaya
hidup sehat yang berkelanjutan agar dapat memperkuat imun. Tidak menunda untuk
segera periksa ke dokter pada saat mengalami keluhan seperti demam tinggi,
nyeri di belakang mata hingga timbul bintik-bintik merah pada kulit. Jangan
menunggu hingga kondisi semakin parah.
Pentingnya Vaksinasi DBD
Selain menerapkan pola
3M plus, konsumsi nutrisi seimbang dan penerapan gaya hidup sehat, disarankan
juga untuk melakukan vaksin DBD yang telah mendapatkan izin edar dari BPOM.
Vaksin DBD dapat diberikan pada orang dengan rentang usia 6 hingga 45 tahun.
Dr. Kanya Ayu
Paramastri, Sp.A memperkuat pernyataan dr. Imran terkait vaksinasi DBD yang
merupakan rekomendasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bahwa anak-anak
usia 6 - 18 tahun penting melakukannya agar anak-anak dan usia produktif
pencetak generasi penerus tidak terganggu kesehatannya yang mengakibatkan masa
depannya terhambat apalagi jika sampai terjadi kematian.
Terkait vaksinasi DBD
pada orang dewasa, dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD selaku dokter spesialis
penyakit dalam juga merekomendasikan Vaksin DBD untuk usia dewasa dengan
catatan harus berkonsultasi dahulu dengan dokter untuk menyesuaikan kondisi
kesehatannya saat melakukan Vaksinasi DBD. Banyak cara untuk mendapatkan
vaksinasi DBD, bisa mendatangi rumah sakit penyelenggara vaksinasi DBD, bisa
mendaftar langsung atau melalui online.
Terkait vaksin DBD,
tidak dapat mencegah secara total, setiap orang yang pernah terjangkit DBD pun
masih berpotensi terkena lagi walaupun sudah melakukan vaksinasi, namun
tentunya dengan vaksinasi DBD ini dapat meminimalisir kasus DBD yang tentunya
harus dibarengi juga dengan menerapkan gaya hidup sehat.
Dalam kesempatan
tersebut, Ringgo Agus Rahman dan Sabai Morscheck berbagi pengalaman saat anak
keduanya terinfeksi DBD, hal ini menjadi pengingat bahwa menjaga kesehatan itu
harus dilakukan setiap saat dan DBD benar-benar menyerang tidak mengenal usia.
Maka dari itu, Ringgo Agus Rahman dan keluarganya berkomitmen untuk melakukan
vaksinasi DBD, melakukan 3M Plus dan memperbaiki gaya hidup nya dengan lebih
baik lagi.
Keseruan Kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD Bersama Takeda
Hijau Tosca
mendominasi halaman utama Sarinah dan jalanan utama yang bersamaan dengan Car Free Day, peserta Langkah Bersama menyemut
ceria mengikuti jalan sehat dengan kaos tosca cerah melalui start dan finish dengan totalitas. Keceriaan peserta bertambah lagi saat
mampir ke berbagai booth pameran di
halaman Sarinah, mulai dari pemeriksaan kesehatan gratis, hingga kuliner.
Talkshow terkait
sosialisasi pencegahan DBD dari narasumber-narasumber ahli beserta hiburan pun
menambah value pada peserta yang
hadir. Tentu saja ini merupakan cara sosialisasi yang menyenangkan yang
diharapkan mudah diterima pemahamannya oleh peserta dan disebarkan kembali ke
saudara dan kerabatnya yang tidak sempat hadir.
Kabar serunya, melalui
kampanye Langkah Bersama Cegah DBD ini mendapatkan Rekor MURI atas berhasilnya
pengumpulan tanda tangan oleh 2.500 orang terkait pencegahan DBD.
C-ANPROM/ID/QDE/0301 I Nov 2023
No comments