Menumpahkan Kegelisahan Pasca Pemilu 2024, Biar Plong!



Pemilihan umum serentak membuat saya merenung dan ambil hikmah bahwa menjadi manusia beradab tak perlu berpendidikan tinggi, bergelar jabatan tertentu hingga menjadi sosok yang populer. Menjadi manusia cukup dengan punya sikap menahan diri, mengendalikan diri dan bijak menempatkan sesuatu pada tempatnya. Hikmah itu saya rasakan di hari ini, di pemilu yang sedang mengolok-olok demokrasi yang sesungguhnya.

Menyaksikan demokrasi yang tidak sehat dengan bumbu-bumbu pelanggaran dan berbagai sikap normalisasi terhadap semua pelanggaran itu membuat saya jengah dan terusik..

Berikut yang membuat saya tergelitik menuliskan kegundahan saat ini:

1. Pelanggaran konstitusi oleh Ketua Mahkamah Konstitusi Anwar Usman yang saya akses dengan verifikasi dari beberapa media mainstream seperti detik.com, Kompas.com dan Tempo yang menyatakan bahwa Anwar Usman telah melanggar etik Sapta Karsa Hutama. Dari sini, saya pun jadi belajar bahwa kode etik ini tercantum dalam Mahkamah Konstitusi No 09/PMK/2006 dan ringkasan penjelasannya ada pada sumber hukumonlione.com yaitu kode etik yang wajib ditaati oleh Hakim Konstitusi atas prinsip integritas, independensi dan kepantasan lainnya.

Pelanggaran yang dilakukan Anwar Usman tersebut dibuktikan dengan adanya putusan perkara No.90/PUU-XXI/2023 mengenai batas usia capres dan cawapres.

2. Keberpihakan Presiden dalam masa kampanye, beredar tayangan youtube channel yang menampilkan pernyataan Presiden tentang diperbolehkannya presiden berpihak dengan menjelaskan Pasal 281 UU No 7 Tahun 2017 yang mana Presiden tidak membacakan lengkap ayat berikutnya yang menyatakan larangannya.

3. Banyaknya pejabat fungsional yang masih aktif terlibat dalam kampanye di semua paslon.

4. Riuhnya buzzer campaign yang tidak kondusif dan tidak bersaing sehat saat mengemukakan berbagai narasi pada pendukung paslon yang berseberangan. Selayaknya seorang buzzer politik menjadi corong program setiap paslon. Dengan bijak menjelaskan walau secara sederhana tentang sesuatu yang dipertanyakan. Kamu menjadi buzzer politik seharusnya belajar juga esensi politik itu sendiri dari masing-masing secara program, visi, misi, program  andalan yang diusung serta alasannya dll. Bukan sekadar jadi tim hore buat nyepam komen dan menyerang yang berlawanan, kamu juga harus belajar banyak.

Mudah sekali menemukan data atau apapun karena semua sudah banyak tertuang dalam berbagai jurnal, undang-undang dan paparan para ahli, tinggal googling aja ya bestie! Gak ada lagi alasan ya buat malas cari tahu soal isu politik yang akan menentukan nasib kita walau Cuma rakyat biasa. Soalnya apapun yang dijalani sehari-hari seperti harga bahan pokok, upah pekerja, akses pelayanan publik sampai kamu main sosmed juga diatur dalam sistem politik. Jangan sampai pas semua harga naik, pajak naik, kebebasan ekspresi dibungkam, kamu ngedumel tanpa melakukan sesuatu. Buat masyarakat biasa, cukup kawal, kritisi dan bersikap menempatkan sesuatu dengan bijak dalam menyikapi isu yang terjadi.

Sedih dan hancur melihat proses demokrasi yang diperdaya, undang-undang tentang kampanye yang diputarbalikan dan diobrak abrik, Sebagian karakter politikus dan pejabat-pejabat strategis yang kurang bijak terpampang nyata dalam berbagai pemberitaan, data-data hingga perilaku lobi-lobi ilegal juga seliweran di pemberitaan.

Miris, semakin tergerus dan semakin merajalela pelaku perampokan kekuasaan dengan wujud sebagian orang-orang intelek dengan sederet gelar dan kapabilitas leadership yang selama ini banyak dikagumi masyarakat luas ternyata sebagian mengecewakan yang amat sangat.

Dugaan sederhana saya, bagi yang tidak memedulikan soal pelanggaran kemungkinannya seperti ini:

1. Pejabat yang tersandera dalam sistem yang berpengaruh ke perjalanan karirnya, padahal hati nurani yang menentang, who knows

2. Semua sudah di-set sejak jauh hari, melibatkan banyak strategi sehingga kecurangan tidak hanya berasal dari bilik suara saja. Silakan tonton Dirty Vote Full Movie

3. Masyarakat pemilih sudah banyak yang kelelahan menghadapi keras dan susahnya hidup. Jadi, tidak mau ambil peran dalam mempelajari profil yang dipilihnya. Karena kelelahan itu, mereka menjadi fokus pada hal-hal sementara yang reward-nya didapatkan langsung. Reward tersebut bisa berupa euforia, gratifikasi dan lain-lain.

Apa yang saya sampaikan adalah ungkapan hati nurani pribadi tidak ada tendensi atau afiliasi dengan partai manapun dan paslon manapun. Saya tak mempunyai jagoan di pemilu kali ini tapi saya berusaha memberikan suara pada yang saya yakini paling sedikit mudharatnya sesuai dengan pelajaran-pelajaran yang saya dapatkan dari berbagai sumber dan verifikasi semua informasi yang saya terima.

Saya sebagai masyarakat berhak bersuara dan berekspresi dengan kapasitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Karena negara ini bukan hanya milik segelintir orang atau kelompok, politikus atau pejabat saja. Saya juga berhak atas negara ini, yang bisa saya lakukan adalah tetap mengawal siapapun yang terpilih. Karena yang terpilih saat ini pun masih menggapai proses kemenangan dalam tatanan negara dan implementasi program yang dijanjikan harus terimplementasi tanpa merugikan rakyat.

Sebagai rujukan buat Teman-teman, saya sarankan jika menerima informasi dari manapun sempatkan untuk verifikasi secara cermat. Saya merasakan jika dalam kondisi emosi pasti main  share saja sampai hampir terjebak dengan hoaks maka dari itu, saat emosi kurang baik jangan dulu sentuh sosmed. Jika sudah stabil baru verifikasi informasi yang didapat.

Berikut langkah yang dapat Teman-teman akses buat memverifikasi berita:

1. Saat menerima berita dari media manapun, termasuk yang mainstream yang sudah populer, tetap harus diverifikasi. Cara saya verifikasi berita dengan tiga langkah, yaitu; mengakses 3 platform berita terpercaya, akses situs pemerintah yang independensinya terpercaya terakhir, cocokkan dengan pernyataan narasumber ahli.

2. Jika mendapatkan informasi tentang Undang Undang, sebaiknya cek juga situs yang mempublikasikan semua dokumen Undang Undang secara resmi. Kalau saya biasanya mengakses di website Database Peraturan Perundang-Undangan

3. Jika ada yang menyangkal jelaskan semuanya dengan sabar dan harus berdasarkan ilmunya yang pas sesuai sumber yang valid dan narasumber ahli.

Saya tidak perlu merasa benar sepenuhnya namun setidaknya ada di posisi yang dapat dipertanggungjawabkan dunia akhirat. Karena keputusan sekecil apapun kelak dituntut pertanggungjawabannya. Afirmasi diri dan renungkan tanpa distraksi agar kamu dapat jawaban dari semua ini. Saya hargai pilihan masing-masing jika memahami aturan dasar dan tidak melanggarnya.


No comments