Memanjakan Diri di Taman Hutan Raya Djuanda dan Air Terjun Maribaya

Hutan Pinus

Minggu, 3 Januari 2016 – Masih liburan sekolah Sekar, saya manfaatkan untuk pulang ke Bandung menengok orang tua dan saudara-saudara. Sambil menyelam minum air, saya pun eksekusi rencana untuk refreshing bareng teman Blogger ke Taman Hutan Raya Dago Pakar dan Curug Omas Maribaya. Rencana ini spontan tapi langsung jadi. Teh Nchie, Teh Okti, Langit, Sari dan Widya Herma yang menemani saya ke tempat wisata tersebut. Ditambah para krucils kami. Biar mereka bisa tahu sejarah dan menikmati alam langsung.
Jarak dari Kota Bandung, melalui Terminal Dago Cuma lebih kurang 2KM. Jika tak menggunakan kendaraan pribadi, bisa menggunakan angkot atau ojeg. Membeli karcis terusan seharga Rp.10.000,- sudah bisa menikmati semua yang ada di kawasan taman hutan raya dan Curug Omas Maribaya. Taman Hutan Raya ini merupakan Taman Hutan Raya pertama di indonesia dan diresmikan pada Tahun 1985 oleh Presiden Suharto.

Kami janjian di pintu masuk Taman Hutan Raya (Tahura) sambil sarapan Kupat Tahu dan Teh hangat, kami menikmati segarnya hutan pinus dengan angin yang menembus kulit. Terasa segar hawa dari aroma pinus yang berjajar mengitari bangku tempat kami berkumpul. Kebetulan saya baru saja pulih dari sakit, sangat enak sekali menghirup udara hutan pinus dan angin segar di sana. Kuliner di sana sangat murah, bayangkan untuk harga Kupat Tahu seporsi hanya Rp.9000,- dan Ketan Bakar, Es Potong Rp.2000, Bakso Cuankie Rp.5000,- dan Kue Pancong Rp.1000,- Kenyang banget dan semua enak!

Sebelum jalan, kami sarapan dan ngopi dulu di sini
Bunga Terompet yang banyak tumbuh di sini
Setelah sarapan kami langsung memulai perjalanan menuju Monumen Ir.H.Djuanda. Di sana, ada patung pahlawan sekaligus perdana Menteri Indonesia ke-10 Ir.H.Djuanda dan di sekelilingnya terdapat berbagai spesies pohon dari berbagai negara dan Indonesia. Ditanam secara simbolis oleh tokoh-tokoh pada masa pemerintahan Presiden Suharto. Di sebelah kiri monumen ada panggung terbuka untuk pertunjukan. Jadi, kalau mau mengadakan pertunjukan di sana, bisa bernuansa alam raya. Keren pokoknya. Dan beberapa meter ke depan dari monumen ini ada Camping Ground dan Wahana alam Outbound berupa Flying Fox, Outing, Fun Games dan Family Gathering.


Di setiap pos ada penunjuk arah menuju Objek Wisata di sekitar Tahura
Di sepanjang jalan setapak banyak pemandangan seperti ini

Kami segera melanjutkan perjalanan karena tujuan utama kami adalah Hiking ke Curug Omas Maribaya. Tetapi kami tak ingin melewatkan lokasi-lokasi di sekitar perjalanan yang terdapat Objek Wisata yang bisa disinggahi, seperti Goa Jepang, Goa Belanda, Penangkaran Rusa, Curug Lalay, Batu Batik atau selendang dayang Sumbi dan Prasasti thailand penginggalan Raja Chulalongkorn dalam ziarahnya ke Kota Bandung.

500 meter dari pintu masuk Tahura, kami berjalan kaki sambil menghirup udara segar dan aroma dedaunan serta akar-akaran di sana. Suasana ramai jika Hari Minggu, sebab banyak yang olah raga atau wisata keluarga. Menuju ke Maribaya bisa naik ojeg atau kuda tapi kami memilih berjalan kaki biar lebih kerasa alam segarnya.


Goa Jepang
Jalan menuju Goa Jepang
Di dalam Goa Jepang


Goa Jepang

Masuk ke Goa Jepang bisa memakai penerangan dari cahaya lampu smartphone atau menyewa lampu senter, biayanya Rp.5000,- per senter. Bisa pakai pemandu atau jalan sendiri. Tidak pakai pemandu juga tetap asyik karena yang masuk gua rame jadi tidak takut hehehe. Goa Jepang dindingnya alami dan di sepanjang goa terdapat beberapa kamar tempat penjara para tawanan perang. Goa Jepang di Tahura ini merupakan salah satu dari Goa-Goa yang tersebar di seluruh Indonesia dan dimanfaatkan juga sebagai gudang amunisi dan stasiun pemancar radio di era peperangan. Goa ini dibangun antara Tahun 1942-1945.

Perjalanan menuju Goa Belanda
Dari Goa Jepang kami melanjutkan perjalanan 500 meter lagi menuju Goa Belanda.


Bagi keluarga yang ingin berkuda juga ada lho

Akar-akar raksasa yang mengagumkan


Goa Belanda

Goa Belanda dibangun pada awal 1941 dan berfungsi sebagai terowongan Pembangkit Listrik Tenaga Air dari Sungai Cikapundung. Pada masa peperangan digunakan sebagai pemancar radio telekomunikasi dan oleh Jepang dijadikan sebagai gudang mesiu. Bangunan Goa Belanda jalannya dicor dan dindingnya bertembok halus, beda dengan Goa Jepang yang masih berlantai tanah dan dinding kasar. Akar-akar raksasa bergelantungan alami di atas Goa yang megah. Jika masuk ke dalam, bisa menyewa lampu senter dengan harga Rp.5000,- per senter.



Goa Belanda di bawah tebing curam
Di depan Goa Belanda
Dari Goa Belanda, kami melanjutkan lagi perjalanan sambil sesekali berhenti di pos pos yang tersedia di sepanjang Jogging track yang berlantai Paving Block tersebut. Sesekali kami jajan kuliner ringan dan sambil becanda jadi tak terasa capek. Semua moment dan alam raya di sekitarnya kami abadikan dan tak mau terlewatkan pokoknya setiap ada angle yang bikin hati adem. Pohon-pohon raksasa yang menjulang dan akar-akar yang sepertinya sudah ratusan tahun berjajar di kanan kiri jalan setapak menuju Maribaya.

Ini kuliner sepanjang jalan yang kami temui dan kami beli, semuanya sangat murah, bersih, enak dan mengenyangkan.


Bandros, kue dari tepung beras, santan dan kelapa parut
Jagung Bakar
Ketan Bakar 
Es Potong
Raspberry 

Aliran Sungai Cikapundung yang jernih dan dingin ikut mengiringi langkah kami yang norak melihat pemandangan alam kebesaran Nya. Saya benar-benar lebay karena menghadapi polusi dan kepenatan setiap hari di kota besar, sekarang mendapat udara segar dan aroma daun-daunan seperti aromatherapy. Rasanya pulih sekali.

Karena hari sudah siang banget, jadi kami tak sempat mampir ke tempat penangkaran Rusa dan Batu Batik. Kami terus melaju ke Maribaya. Sesampainya di Air Terjun Omas Maribaya, kami disambut monyet-monyet liar. Untung saja semua monyet itu jinak dan tidak agresif. Kami histeris melihat sungai deras dengan air terjun yang gagah meluncur ke dasar sungai. Melewati jembatan di atasnya yang aman dilewati maksimal lima orang sekali jalan. Tetapi banyak pengunjung yang bandel, satu rombongan melewati jembatan tersebut. Bagaimana jika jembatan itu roboh seketika? Semua bisa terjun bersama air terjun ke dasar sungai!


Curug Omas
Curug Omas, dulu saya cuma lihat di Kalender sekarang lihat langsung
Monyet liar tapi tidak agresif selagi kita tak mengganggunya
Aliran sungai Cikapundung dari Curug Omas

Kami langsung istirahat sambil duduk-duduk di rumput menghadap air terjun dan melihat monyet-monyet liar berkejaran. Pesanan Nasi timbel, Lotek dan Batagor pun tiba. Buar Raspberry yang biasa menjadi penghias cake pun dijual murah di sana, satu kotak Cuma Rp.20.000,- dan saya beli buat bekal perjalanan pulang ke Dago Pakar kembali.

Hari mendekati petang dan mendung, kami harus kembali ke Dago Pakar dengan menempuh perjalanan lebih kurang 5KM. Jangan sampai di tengah perjalanan atau ketika kami masih di Maribaya hujan deras, bisa kemalaman nanti di tengah hutan hiiiyyy....


Jalan yang kami lalui
Hutan Raya yang sejuk
Dengan harga tiket Rp.10.000,- sudah bisa menikmati alam yang puas
Kami pun berencana ingin kembali lagi

Berangkatnya kami memakan waktu 3,5 Jam perjalanan karena menanjak tapi pulangnya Cuma 1,8 Jam karena jalan menurun lebih cepat dan kami jalan tak banyak berhenti seperti waktu berangkat.
Perjalanan yang sangat mengesankan dan kami mendapat banyak hal dari Taman Tahura, selain udara segar, jalan sehat, membakar lemak, kami juga melakukan kebersamaan berkualitas bersama teman dan anak. Di sana juga memberikan wawasan sejarah tentang Pahlawan Nasional Ir.H.Djuanda dan kisah Goa Jepang dan Goa Belanda. Kapan-kapan kami harus kembali lahi ke sana. Karena Museum Ir.H.Dhuanda dan Penangkaran Rusa serta Tebing Keraton belum sempat kami kunjungi.   


55 comments

  1. Hoyong, tpi alim ka goa na mah neuis hahaa. Btw mani asri kitu nya pemandanganna.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ka Guha na kan aya senter. Ceuk Dita mah nu karasa muriding di Guha Walanda :))

      Delete
  2. Air terjunnya indah sekali mbak.
    Oya kue bandros itu aku nyebutnya kue rangin :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Beda sama Kue Rangi Mba, yang ini mirip Kue pancong adonannya :D

      Delete
  3. Wah seru yaa ...

    Biasanya ke THR cuma mampir ke Armor Kopi aja huehe, tp lain kali kayaknya mesti jalan2 ke dalam juga nih!

    Itu rute brgkt dan pulang sama aja ya? Kirain bs beda rute gitu, jd bs tambah objek2 yg diliat huehehe ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo mau beda, dari Maribaya bisa naik angkot via Lembang, cuma muacettt! Mendingan jalan kaki aja seger :))

      Delete
  4. Suatu saat Teteh harus ke kampung kami. Dekat tempat kerja suami ada air terjun yang masih sangat alami. Boleh mandi dan main air karena benar2 bersih...
    Kebun teh tapi di sini, bukan kebun pinus 😁 hanya karena lokasi jauuuh di dekat Australia (gakgakgak...) harus dg perencanaan matang. Blm banyak angkutan umum. Sehari hanya ada satu dua kecuali pakai kendaraan pribadi.

    Pokoknya blm kekinian kalau blm basah basahan di air terjun! Hihi... Ngomporin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hayu lah siapa takut? Mau banget saya ke Cianjur :D

      Delete
  5. Wahhh.. Bagus yah teh..
    Aku sering bolak balik Bandung, ga pernah tau ada tempat ini. Kpn2 mampir ah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Harus ke sana Teh, rugi kalo punya alam asri gak dihirup, murah meriah dan menyenangkan pokoknya.

      Delete
  6. Waaah. Jadi pengen ke sana lagi Teh. 6 tahun yang lalu gak ada yang jualan pas maen ke sana. Adanya cuma bapak-bapak ya g bawa dagangan sambil dipikul. Berasa kayak di dunia lain waktu masuk ke TaHuRa ini Teh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekarang mah rame Mas, ada bala-bala, tukang kopi, dll menyenangkan pokona mah hehehe dan murah meriah.

      Delete
  7. Tempat yang bagus nih buat refresh otak hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benerannnn apa lagi buat Blogger yg butek tiap hari :D

      Delete
  8. Tempatnya keren .... Jadi pingin weekend ke sini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo Mba, gak jauh dari pusat kota kok pintu masuknya.

      Delete
  9. Mbak, membaca reportase Mbak Ani, seperti ikut jalan-jalannya. Pemandangannya indah dans egar sekali, jadi pingin jalan-jalan ke sana. Kulinernya juga murah, kue bandros adalah kue yang saya kepinginin waktu hamil Fira.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sok atuh sempatin ke sana Mba, enaknya rame2 sama keluarga atau teman.

      Delete
  10. Semoga ada kesempatan weekend ke sana hehehe #asyiknya

    ReplyDelete
  11. Aku pernah lihat Go Belanda nya di TV doang, waktu di jadikan lokasi tempat uji nyali. Dan penasaran pengen bgt kesana.

    Baca tulisan ini, jadi makin pengen. Harus bawa Alfath kesana suatu hari.

    Kapan kita berpetualang ke Darajat Garut teh? mauuuu. xixi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahhh atuh gak seru lihat di TV hungkul mah, harus nyobain langsung ke sana biar kerasa sensasinya hehehe.

      Delete
  12. Wuih goanya keren, teh.. Jadi penasaran saya.
    Terus monyetnya itu lho, sama dengan di daerah tempat saya. Liar tapi gak agresif. :)

    Salam hangat dari Bondowoso..

    ReplyDelete
  13. aduuuh ijo ijo seger...

    eh itu bandros kalo di Surabaya namanya rangin heheheh

    ReplyDelete
  14. keren banget teh, fotonya, pemandangannya, kebayang juga udara segernya..

    sebenernya pengen banget ikut pas teteh nawarin di group FB waktu itu, tapi sayang udah terlanjur ada janji jalan2 sama keluarga juga..

    kapan2 ajak2 lagi ya, tehhh ;p

    ReplyDelete
  15. Berangkat nya pake ojek gendong aja biar cepet dan ngak lelah hahaha.

    Kayak nya seru piknik disana, bawa tiker + bekel makanan

    ReplyDelete
  16. ahh seruuu teteeh...
    senengnya liburan bersama spontanitas, tak tunggu next trip nya yaaa..

    ReplyDelete
  17. Wuuuiii....sejuk banget ya Teh....
    Btw, itu ketan bakar bukan tetel bakar ya? :D

    ReplyDelete
  18. udah lamaaaa bnget gak kesini, dulu waktu masih kuliah ke Maribaya , masih gadis :D

    ReplyDelete
  19. Tempatnya beneran bagus yach mbak, dan nga jauh dari pusat kota. Tapi aku nga sempat ke air terjunnya nich. Pengen kesana lagi buat menikmati air terjunnya.

    ReplyDelete
  20. Diperjalanan kena macet ga teh? ei liburan kemarin di bogor aja, udah males denger berita macet maksimal dimana-mana

    ReplyDelete
  21. seruu yaa mbakk, ademm, apalagi bawa tiker sama bekal makanan ahaha, eh tapi kulineran di situ juga masih murah kok yaaa.

    ReplyDelete
  22. Wah, seru banget ya, Teh? Sayang banget saya ga jadi ikutan. Mudah2an lain wkt bisa refreshing bareng Teh Ani, ah!

    ReplyDelete
  23. ih... foto2nya dahsyat, bu!
    nyesel deh ga ikut (ya iyalah, hari kerja, mau digetok wkwkkwkw)

    etapi, kayaknya itu wanita semua ya? untung dah ga ikut (*lha ini ga konsisten, tadi nyesel, sekarang untung), kalo iya mah berasa jadi ganteng sendiri kayak waktu pixy-iwita

    ReplyDelete
  24. Teh, nanti mah rutenya dari atas terus ke pemandian air panasnya dulu. Hahahah. Aku nyandu traveling nih kayaknya.

    ReplyDelete
  25. Sumpe deh! Kemarin dah gregetan jari saya buat ikutan Teh *saksinya si Awan tuh! Tapi akhirnya harus ngalah karena ingat Wawà yang harus masuk sekolah besoknya, kesian pasti kecapean Wawa-nya. Kapan-kapan kalo mau ke sini lagi ajak saya ya teeh. Kek nya tempatnya asik bangeeet...

    ReplyDelete
  26. kalau cuankie seharga 5ribu, berarti saya bisa ngabisin berapa mangkok, ya? hehehe ...

    Pengen, ih, Rasberrynya. Langsung kebayang smoothie. Kalau penuh pepohonan begitu, kayaknya sejuk banget seharian di sana juga :D

    ReplyDelete
  27. Tiap mau halan-halan di-share ya, Teh. Siapa tau pas waktunya. Hehehe. Yang ke Bandung ini aku gak mau nimbrung, soalnya pasti mupeng, pas banget lagi ada acara. :(

    Pengen ke Goa sama beli Rasberry!

    ReplyDelete
  28. Fotonya cantiiik banget. Jadi kangen kupat tahu pasar Simpang Bandung. In jaman saya kuliah tahun 97an kok ga pernah diajak kesana ya sama teman teman? Pernah sih mau ke curug apa gitu lewat jalur air, dan kesasar trus pulang balik. Hehehe ga ada kerjaaan .

    ReplyDelete
  29. Ciye.. Udah dot com nih, mbak Ani. Kalo iya, saya ucapkan selamat! atau mungkin aku yang baru tau.. :)

    Ngomongin Goa Jepang, saya jadi teringat dengan Goa Jepang yang ada di obyek Wisata Kaligua-Bumiayu. Sama-sama Goa Jepang tapi ada yang berbeda dan unik di sana. Tanpa maksud membedakan hanya ingin berbagi pengalaman.. :)

    Siapapun yang masuk ke Gua Jepang di sana jangan harap bisa keluar kembali dengan selamat kecuali mereka yang memiliki nasib "bejo." :)

    Pasalnya, di Goa Jepang tersebut memang sejak awal pembangunan dijadikan strategi penjajahan Jepang pada saat itu untuk memancing para pahlawan pribumi dan membunuh di dalam ketika masuk gua tersebut. Tentu juga dijadikan tempat tahanan karena luasnya area goa.

    Sistem Goa Jepang yang berliku, jika digambarkan seperti sebuah permainan puzzle, itu yang membuat orang sulit keluar tanpa seorang pemandu. Jadi, jangan coba-coba berani masuk tanpa pemandu. :D

    Terimakasih atas sharing artikelnya, mbak Ani. Saya juga jadi penasaran ingin ke sana. Apalagi mbak Ani menuliskan dengan bahasa yang enak dibaca dan mengalir.

    ReplyDelete
  30. Liat yang hijau-hijau seger banget jadi pengen piknik udah lama ga piknik. Jajanannya bikin ngiler teh.

    ReplyDelete
  31. Ah, aku belum pernah ke sini.
    Masukin list destinasi berikutnya ini. *mupeng keras*

    ReplyDelete
  32. Bahagianya yang masih bisa berwisata-ria bersama. Kebersamaan memantulkan keceriaan. Keceriaan menimbulkan sumringah dan semua itu menjadikan keeratan satu sama lain 'Tul gak?

    ReplyDelete
  33. Waaa seumur2 di bandung gapernah main ke sini. Ternyata keren yaa... ufa lama juga ga makan cuanki. Makanannya terjangkau banget.
    Teh Ani, itu tangga ke sananya banyak banget engga? kira-kira bisa dicapai sama anak 5 tahun kah?

    ReplyDelete
  34. oh kue beras yang ada kelapanya namanya bandros, disini juga suka ada tapi aku gatau namanya. teteh dari tangerang naik kereta apa bis ? bisikin budgetnya dong teh, belom pernah ke bandung buat liburan, seumur umur kesana cuma kondangan bareng rombongan. hiks

    ReplyDelete
  35. Kalau lihat hutan - hutan ini rasanya luar biasa kekayaan Indonesia yang Tuhan berikan ya Teh. Sejuknyaaaaaaa kebayang. Kupat Tahunyaaaa bikin ngiler *hiks.

    Aku penasaran ada cerita - cerita apa di balik Goa Jepang itu, waktu jaman penjajahan Jepang ini kan sadisnya luar biasa pasti selalu ada cerita seru dibalik tempat bersejarah begini ya hihihihi. Nice share Teh.

    ReplyDelete
  36. Wuuuih amajiiing banget teh. Mengeksplor alam memang menyenangkan, mendatangkan energi yang berbeda ya.
    Selain sehat untuk bodi, sehat juga untuk mengasah rasa.
    Wisata natural begini ini memang beda.
    lanjuuuut teh Ani

    ReplyDelete
  37. Aku waktu masih kecil pernah ke sini (*dan itu berarti lebih dari 25 tahun yg lalu hahahaha). Sekarang keren ya..lebih bersih kayaknya.

    ReplyDelete
  38. teh...ini keren bangeet, murah pula jajanannya..
    kapan-kapan bikin trip ke sini lagi dong,. aku pengen ikutan :)

    ReplyDelete
  39. ahhh hutan dan air terjun...suka suka...
    dulu zaman masih cilik pernah ke sini. yang teringat sih gua belandnaya. tp gak smp ke curugnya...
    raspberry nya menggodaaaah

    ReplyDelete
  40. seneeeng bangeeet liburan dengan keluarga dan kumpul dengan teman-teman jugaa :). Hijaunya asri sekali ya

    ReplyDelete
  41. Baca tulisannya mba jadi terkenang jalan2 dago pakar -maribaya bersama teman2 kuliah bertahun-tahun lalu, tapi waktu itu setelah sampai di maribaya, kita lanjut minum susu murni di lembang ga balik ke dago pakar lagi :)

    ReplyDelete
  42. Saya tertarik dengan tulisan anda yang berjudul "Memanjakan Diri di Taman Hutan Raya Djuanda dan Air Terjun Maribaya".
    Saya juga mempunyai tulisan yang sejenis mengenai Pariwisata yang bisa anda kunjungi di Pariwisata Indonesia

    ReplyDelete