Budi Pekerti Menyelamatkan Segala Perkara

Foto By pixabay.com
Budi pekerti yang baik menjadi dasar kesuksesan seseorang di masa datang. "Memangnya kenapa? Kan sudah pintar, dapat ranking terus di kelas dan juara terus di ekskul." Kata seorang ibu. 
Apa cukup, hanya kepintaran akademis untuk melalui masa depan dan persaingan ketat? Oh tidak.

Pernyataan seorang ibu di atas itu tak memandang luas ke depan dan tak melihat contoh nyata betapa banyaknya remaja saat ini yang terjerembab dalam pergaulan yang tak selayaknya dan banyak penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan.. Tak melihat bagaimana anaknya nanti akan sendiri. Jauh dari orang tua dan keluarga dalam menjemput masa depannya. Jangan dikira, bahwa mengatasi era persaingan, membutuhkan kemampuan emosi juga di samping keahlian yang dimiliki.
Beberapa contoh, banyak artis yang punya keahlian seni peran, nyanyi dan lain-lain, padahal sudah top, rezeki mengalir dan lain-lain, tetapi terjerat narkoba atau tidak punya keahlian komunikasi yang baik dengan publik sehingga pamornya bikin ilfeel.
Atau pengacara, pejabat dan lain sebagainya malah korupsi, pergaulan tidak tertata dan cenderung bermasalah dengan banyak orang.

Saya pun suka mengamati anak-anak di sekitar saya atau ketika bertemu dengan anak-anak teman, padahal sekolah dan kuliahnya di tempat bergengsi, nilainya tinggi dan keberadaan orang tuanya cukup. Tapi, ini anak kok ditanya malahan yang jawab ibunya, mukanya melengos-lengos dan tidak ada raut happy. Padahal sedang di acara yang tak membosankan atau sedang ada di rumahnya.
Penyebabnya bisa saja, anak terlalu dimanja dan dipuja puji berlebihan. Juga terlalu diberi kenyamanan tanpa harus memberi tahu bagaimana perjuangannya.

Sikap egois anak yang terbiasa sejak dini itu sangat bahaya, karena akan terbawa sampai dewasa. Kurang empaty dan cenderung seperti robot jika berinteraksi dengan orang lain.

Siapa yang mau percaya, jika kelakuan tidak membuat nyaman orang-orang di sekelilingnya? Ini kembali lagi pada pola asuh anak yang kurang didikan dalam budi pekerti.

Dulu, anak kelas 6 SD saja sudah tahu bagaimana cara berkomunikasi dengan orang yang lebih tua, anak sekolah menengah sudah matang dengan karakternya. Selalu tersenyum dan menyapa orang-orang yang ditemuinya dan tanpa pandang siapa orang tua yang ditemuinya, tetap dihormati.

kemampuan secara akademik dan penguasaan skill tentu menjadi modal dasar juga dalam meraih kesuksesan apa lagi jika ditambah budi pekerti yang baik dan mengesankan. Akan memberi banyak nilai plus.

Pelajaran Budi Pekerti bisa diberikan orang tua di rumah dengan cara memberi contoh melalui perilaku. Maka anak akan meniru sifat orang tua. Sedangkan di sekolah, tak kalah pentingnya dong pelajaran ini diutamakan di samping pelajaran-pelajaran lainnya?
Karena ada beberapa anak yang menurut jika guru yang bicara.

Dalam setiap perekrutan pegawai baru, pasti diminta daftar riwayat hidup dan lain sebagainya. Selain itu, era digital ini, biasanya perusahaan-perusahaan ketika menerima pegawai baru, sebagian perusahaan akan stalking ke akun-akun sosial media yang dimiliki si calon pegawai. Jika timeline nya penuh dengan status sumpah serapah, kata-kata kasar atau sesuatu yang tidak patut, gugurlah semua hasil tes akademik yang sudah lulus di genggaman.

Terpenting lagi, bahwa budi pekerti yang kuat ditanamkan pada anak sejak dini, akan memperkuat pondasi di kemudian hari. Budi pekerti juga bisa menjadi pengendali dalam penggunaan ilmu yang didapatnya. Jadi, kesimpulannya, jika ilmu tinggi tapi budi pekerti rendah, kemungkinan untuk memanfaatkan dan menggunakan ilmunya secara tepat, tidak akan maksimal. Jadi jangan remehkan pelajaran Budi Pekerti.



13 comments

  1. teh Aniiii, aku pun pernah banget ngalamin kayak gitu, ngobrol sama ibu dan anaknya yg udah gede tapi anaknya mukanya males2an gitu. Aku sampe bilang ke abang sama kakak, jangan sampe kayak gitu, kan kasian mamanya, aksian juga yg ngajakin ngobrol, gak merasa dihargai..

    Setuju banget, budi pekerti penting banget. Saat seseorang budi pekertinay sudah bagus, insha Allah hal baik lainnya mengikuti, seperti kepintaran, berkah ekonomi, dll..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya saya sering menemui yang kayak gini Mba, saya sampai mikir, ini anak ibu bapaknya pegawai yang punya jabatan dan tak kurang suatu apa pun kok anaknya gak happy? Malah seperti ada yang kurang ajaaaa
      Wah saya jadinya percaya banget kalo uang itu bukan segalanya.
      Alhamdulillah sekar kalo ketemu teman2 ibunya suka salam, senyum dan menjawab jika ada yang bertanya.

      Delete
  2. Sepakat.
    Budi pekerti didapat utamanya dr ortu dan di rumah.

    ReplyDelete
  3. Padahal di sekolah udah ada pelajaran agama dan Pkn sejak dahulu kala tapi kebanyakan masih teori aja. Sayang banget kalau hanya mengejar nilai A tapi prakteknya nol.

    ReplyDelete
  4. Contoh lain: mau bertamu, gerbang digembok. Pas yang punya rumah keluar, gak kasih salam; ujuk2 tanya, ada di A?

    ReplyDelete
  5. Saat ini dalam mendidik anak yang paling susah ya menanamkan budi pekerti atau akhlaq ini, dibandingkan mengajarkan pelajaran2 gitu. Jungkir balik banget teh dalam aktivitas homeschooling di rumahku

    ReplyDelete
  6. Karena pintar kognitif saja tidak cukup ya teh... harus diimbangi dengan cerdas emosional dan spiritual :)

    ReplyDelete
  7. Pendidikan budi dan pekerti ini, dari TK juga sudah diajarkan. Entahlah yah, kadang masih ada saja, anak-anak yang keluar dari apa yang diajarkan dari pendidikan budi pekerti ini.

    ReplyDelete
  8. Bener banget Teh. Budi pekerti ini memang sering terlupakan karena biasanya sekolah mengejar nilai. Ada tuh sekolah anak teman saya yang "tutup mata" soal anak murid suka berlaku kurang ajar hanya karena si murid ranking 1. Duh sedihnya.

    Btw, thanks a lot sudah angkat subjek ini di ODOP ya. I really love the topic.

    ReplyDelete
  9. Bener banget Mbak. Tapi kasus yang diceritakan Mbak Ani itu, malah menurut saya dewasa ini cenderung meningkat. Kadang saya pikir apa dunianya sudah beda ya. Anak sekarang dgn tempo dulu. Yang ramah tamah sopab dan budi pekertinya baik saat ini makin jarang kayaknya...

    ReplyDelete
  10. Iya setuju banget teh, harus benar-benar ditempa sejak kecil

    ReplyDelete
  11. Ternyata gampang gampang susah ya bu mengajarkan budi pekerti kepada anak karena ada anak yang bisa untuk dikasih tahu dan ada juga anak yang susah untuk dikasih tahu jadi kalau menurut saya mah gampang gampang susah kalau mengajarkan budi pekerti kepada anak tapi kalau kitanya sungguh dan punya keinginan kuat pasti mudah kok untuk dijalaninnya.

    ReplyDelete
  12. Kayanya banyak kasus yang menunjukkan kalau anak kehilangan figur ya mba, anak kehiangan sosok yang bisa dijadikan panutan.
    Memang ketika ada anak nggak happy, bukan berarti orangtuanya berstatus sosial ekonomi kurang ya

    ReplyDelete