Prinsip dan Solusi Membangun Ketahanan Pangan Untuk Bangsa Indonesia

Narasumber Diskusi Pangan, ki-ka: Dea Ananda, Khudori, Dini, Noor Avianti, Tjuk Eko Eri Basuki

Kemiskinan dan kelaparan di Indonesia tidak dapat dimungkiri. Data Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) PBB yang menyatakan 20 Juta rakyat Indonesia mengalami kelaparan setiap harinya. Ini sangat ironis dengan predikat Indonesia Negara Agraris dan Negara Maritim. Kalau dulu, iya. Tapi kita jangan sampai terlena dengan keberhasilan pangan di masa lalu. Harus logis juga dalam menyikapi kenyataan yang terjadi saat ini.

Media Talk bersama Forum Alumni Aktivis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (FAA PPMI) mengangkat tema “Memajukan Pertanian Berkelanjutan untuk Wujudkan Hak Atas Pangan” menghadirkan narasumber yang datang dari berbagai institusi. Diantaranya Tjuk Eko Eri Basuki dari Kementrian Pertanian, Dini Widiastuti Direktur Keadilan Ekonomi Oxfam Indonesia, Perencana Direktorat Pangan dan Pertanian Kementerian PPN (Bappenas) Noor Avianto, Khudori, Pengamat Pangan dan Anggota FAA PPMI dan Artis Dea Ananda.

Narasumber saling melengkapi dan memberi gagasan yang punya visi misi. Kami yang hadir merasa tergerak untuk ikut berkontribusi semampu kami dalam ketahanan pangan di Indonesia. Rasanya gemas dan tak ingin terbuai kejayaan masa lalu dalam keterpurukan. Kondisi yang sedang darurat begini, impor bahan makanan pokok bahkan garam pun impor, semua harus dijabarkan, dibukakan dan dicarikan solusinya. Bukan ditutupi atau mengingkari kenyataan.

Berikut paparan lima narasumber yang dapat menjadi rujukan dalam memajukan pertanian dan ketahanan pangan bangsa. Saya sebut sebagai lima prinsip.

1. Pertanian Berkelanjutan Sebagai Bagian Kehidupan

Tjuk Eko Eri Basuki dari Kementrian Pertanian memberi pengertian bahwa soal pertanian sebaiknya tidak dipersempit artinya hanya sebatas produksi pangan. Karena pertanian menyangkut filosofi kehidupan di mana setiap daerah mempunyai berbagai kearifan lokal yang membantu proses pertanian menjadi lancar.

Karena lahan pertanian banyak di daerah-daerah, maka setiap daerah terpengaruh budaya dalam pengolahan lahannya. Misalnya, penentuan musim tanam yang diperkirakan pada musim hujan yang sudah diprediksi bulannya atau peninjauan kontur tanah yang disesuaikan letak geografis. Penggunaan pupuk yang tepat dengan memperkirakan penyerapan oleh tanah baru bisa berfungsi menyuburkan tanaman.

Dulu, para petani bisa memperkirakan bulan-bulan musim hujan atau kemarau tapi sekarang tidak bisa, cuaca kadang-kadang tidak bisa diprediksi jadi memerlukan teknis lain yang bisa mendukung kelancaran aktivitas pertanian yang harus terus berlanjut. Misalnya, pemilihan pupuk yang tepat, pemanfaatan miko organisma yang dapat memberi alternatif pertumbuhan pangan dan penguatan kearifan lokal setiap daerah.

2. Teknologi Dan Pengembangan Inovasi Pangan

Perencana Direktorat Pangan dan Pertanian Kementerian PPN (Bappenas) Noor Avianto, mengungkapkan upaya pemerintah terkait program pertanian lima tahun ke depan yang menargetkan surplus beras, mengutamakan jagung sebagai keanekaragaman pangan lokal dan mengamankan pasokan kedelai untuk produsen tahu tempe serta pemenuhan gula, daging sapi dan garam untuk rumah tangga.


Paparan Noor Avianto yang mengungkapkan bahwa pertanian jika masih dilakukan konvensional, maka produktivitasnya masih terhambat. Baik secara tenaga, materi maupun target produksi. Misalnya, tenaga kerja untuk satu hari bisa membutuhkan sedikitnya 20 orang pekerja dengan demikian, biaya yang keluar akan besar dan kurang efektif. Maka, untuk memajukan pertanian, infrastruktur pun harus diperhatikan dan berbanding lurus dengan pertanian yang dicanangkan.

Modernisasi pertanian perlu dilakukan, langkah awal dengan menyediakan peralatan seperti : Rice Transplanter, Combine Harvester, Dryer, Power Thresher, Chorn Seller, Rice Milling Unit (RMU), Traktor dan Pompa air. Dengan demikian, produksi pertanian tak akan menyusut dan biaya produksi bisa ditekan.

Selain modernisasi, untuk keberlanjutan pangan lokal, tak kalah penting juga ketersediaan lahan pertanian. Saat ini, lahan pertanian cenderung menyempit akibat pembangunan perumahan, mall dan penggusuran lainnya. Kebijakan lahan ini harus benar-benar diberlakukan.

3. Dukungan Terhadap Peranan Perempuan

Dini Widiastuti, Direktur Keadilan Ekonomi Oxfam Indonesia mengajak semua elemen masyarakat untuk ikut memajukan pertanian dengan mengusung pangan lokal. Pangan lokal yang sesuai dengan kultur dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Pelatihan-pelatihan perlu diperbanyak dan merata sampai ke pelosok daerah. Infrastruktur yang adil dan terpenuhi bagi semua kalangan petani.

Dini menekankan pada peranan perempuan yang berkontribusi terhadap kemajuan pertanian Indonesia. Perempuan bisa memberikan ide, terobosan dan berbagai kontribusi lainnya, semestinya tidak dipandang sebelah mata dan tidak dikesampingkan.

Petani Perempuan perlu perhatian (Dok Pri)
Peranan perempuan dalam mengolah hasil pertanian menjadi aneka pangan lokal pun harus didukung dalam memperoleh modal usahanya dari pinjaman bank, koperasi pemerintah dan lain-lainnya.
Image perempuan dalam eksistensi pertanian pun perlu dieksplorasi sebagai bukti bahwa perempuan berpotensi membantu kemajuan pertanian dalam kapasitasnya. Intinya, Dini mengajak semua elemen masyarakat untuk berkontribusi terhadap pertanian khususnya ketahanan pangan.

4. Pertanian Berbasis Ekoregion dan Hak Pangan

Khudori, Anggota Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Pegiat Asosiasi Ekonomi-Politik Indonesia (AEPI) mengungkapkan pertanian berbasis Ekoregion yang memfokuskan pada pendekatan 3 pilar; Ekonomi,  Ekologis dan Sosial.

Setiap daerah mempunyai potensi ditanami jenis pangan tertentu yang bisa dibudidayakan dan menjadi sumber pangan lokal. Setiap daerah bisa memperoleh variasi pangan dengan saling barter jadi tidak terpatok pada pangan yang umum saja. Tidak dipaksakan untuk daerah yang subur ditanami sagu harus ditanami padi dan sebaliknya.

Indonesia yang mempunyai keragaman hayati terbesar nomor 2 di dunia setelah Brazil, ada 800 species tumbuhan pangan, 1000 species tumbuhan medisinal dan ribuan species microalgae semestinya dapat mencukupi kebutuhan masyarakat seluruh Indonesia. Tinggal mengoptimalkan manfaatnya maka tak ada lagi kelaparan di Indonesia.

Sukun, variasi pangan lokal (Dok Pri)
Contohnya, untuk pangan sumber karbohidrat secara umum saja banyak jenisnya, seperti ubi, talas, singkong, ganyong dan lain sebagainya. Selain itu, untuk kacang-kacangan pun banyak alternatif selain kacang tanah. Misalnya koro-koroan, kacang dari kecipir, kacang dari biji labu dan lain sebagainya.

Ketahanan Pangan Lokal Mulai Dari Rumah

Dea Ananda, artis cilik era 90-an dalam kesempatan yang sama berbagi pengalamannya yang sejak kecil jarang makan junk food Ibunya termasuk telaten memberikan makanan yang diolah di rumah.

Dea Ananda
“Saya sejak kecil sudah dikasih makan sama sayur asem, ikan asin dan sambel. Walau sambelnya sedikit. Ibu saya termasuk ketat urusan makanan. Tidak boleh banyak makan  makanan siap saji dari luar.” Kata Dea.

Dea juga dibiasakan minum air rebusan kacang hijau yang disaring setiap hari sebagai asupan protein dan dibiasakan untuk suaminya sampai sekarang. Dea berujar bahwa dirinya tak ingin membunuh keluarganya secara perlahan dengan menyajikan makanan siap saji setiap hari. Karena belum tentu aman dan kandungan kimianya bisa saja banyak dan membahayakan.

Dea pun berpendapat, kenapa Jepang bisa membuat pangan lokalnya mendunia dan menjadi rujukan pangan dunia. Karena Jepang kuat dengan prinsipnya sesuai dengan manfaat yang didapatkan. Tidak begitu saja mengadopsi makanan-makanan yang datang dari luar sebagai makanan pokoknya.

Indonesia yang punya banyak keanekaragaman hayati, kenapa tidak mulai mempopulerkan makanan lokal sendiri. Dengan mengonsumsinya setiap hari dan mengenalkan pada dunia. Termasuk mengolahnya semenarik mungkin agar generasi muda tidak berpaling ke makanan yang serba instan.
Acara diskusi yang asyik dengan moderator Sabiq Carebest, pengamat pangan membuat suasana cair ditambah Dea yang menyanyi bersama penonton.

Pertanian berkelanjutan ini harus disosialisasikan ke berbagai penjuru dan peningkatan investasi dalam pertanian tak kalah pentingnya. Jika ada lahan luas, produksi meningkat, infrastruktur pun harus seimbang. Sebagai contoh, lahan perkebunan tebu luas dan produksi tanaman tebu meningkat, berarti harus ada pabrik gula yang siap mengolahnya. Tidak dilupakan juga kesejahteraan para petani yang harus diutamakan.

Tingkatkan Komunitas terkait Petani bagi generasi muda (Dok Pri)

Minimalisir tengkulak atau perantara dengan memfasilitasi pemasaran langsung. Jadi para petani mendapat untung yang sepadan dengan hasil kerjanya.

Ajak generasi muda untuk mencintai pekerjaan petani. Bangkitkan komunitas petani muda dan ajak sosialisasi bahwa menjadi petani itu sangat banyak potensi dan prestige nya.

Dalam penutup diskusi, Agung Sedayu, Koordinator Presidium Forum Alumni Aktivis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (FAA PPMI) menyatakan harapannya kepada pemerintah untuk mendukung petani menggunakan benih lokal dari pada benih genetika yang kurang adaptif terhadap kondisi sosial dan budaya. Agar petani dapat berinovasi dan melestarikan keragaman hayati dan lebih menciptakan pengetahuan baru dalam lingkup masyarakat.

20 comments

  1. Sushi bisa terkenal dimana2. Semoga nasi padang pun begitu

    ReplyDelete
  2. Semoga kedepannya makanan lokal Indonesia bisa mendunia dan internasional ya mba...amin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga makanan indonesia semakin terkenal

      Delete
  3. Semoga kedepannya makanan lokal Indonesia bisa mendunia dan internasional ya mba...amin

    ReplyDelete
  4. Beberapa pangan lokal kita sdh mendunia teh,semoga ke dpnnya lbh byk lg ya teh :)

    ReplyDelete
  5. Miris melihat petani Indonesia yg tergerus oleh masa modern.

    ReplyDelete
  6. Sekarang ketahanan pangan sudah jadi dinas sendiri, programnya banyak, sdm kurang, anggaran masih begitu hehe, pangan goal dari semua subsektor harus saling terkait dan bersinergi

    ReplyDelete
  7. dea ananda?
    ebuset, udah gede aja nih bocah...
    *jadi ingat lagu "Lebaran sebentar lagi. Baju baru alhamdulillah..."

    btw, saya setuju sama ini "Indonesia yang punya banyak keanekaragaman hayati, kenapa tidak mulai mempopulerkan makanan lokal sendiri. Dengan mengonsumsinya setiap hari dan mengenalkan pada dunia. Termasuk mengolahnya semenarik mungkin agar generasi muda tidak berpaling ke makanan yang serba instan."

    seenaknya makanan luar, lebih enak makanan negeri sendiri :)

    ReplyDelete
  8. Saya ahli peternakan yg jadi blogger te ani...di IPB hehehe

    ReplyDelete
  9. Saya suka sekali buah sukun, empuk seperti roti, dikukus oke, digoreng juga joss.

    ReplyDelete
  10. Saya sebagai konsumen pun bisa berperan membangun ketahanan pangan dengan mengonsumsi pangan lokal yang bergizi.

    ReplyDelete
  11. Semoga segera tercapai ketahanan pangan di indonesia ..

    ReplyDelete
  12. Semoga segera tercapai ketahanan pangan di indonesia ..

    ReplyDelete
  13. Ketahanan pangan adl indikasi negara makmur. Indonesia pasti bs berswasembada pangan amin

    ReplyDelete
  14. aku yang alumni IPB dan belajar ketahanan pangan...eh masih aja makan nasi 3x. padahal ini cara yang plg mudah dilakukan dari diri sendiri, menyeragamkan menu makanan pokok

    ReplyDelete
  15. Makanan lokal Indonesia sangat sehat kaya vitamin dan protein,aku sama dengan Dea love Indonesia food,he he he

    ReplyDelete
  16. Ngga afdol kalo belum makan makanan lokal, kemana - mana nyarinya ya masakan indonesia karena memang enak :)

    ReplyDelete
  17. teh, aku suka banget deh tulisan ini, berat memang, tapi penting dan perlu.

    Bicara soal hak pangan, ini mimpi aku sejak dulu teh, ngebayangin Indonesia mandiri secara pangan, petani makin maju dan didukung sehingga terwujud pertanian yang berkelanjutan... aminnnnnn...

    Mudah2an sosialisasinya lancar dan sukses ya..

    ReplyDelete
  18. Eh busyet 20 juta setiap harikelaparan ???? banyak amat, ngak salah tuch ??? #Serem

    ReplyDelete