Membangkitkan Spirit Pancasila dalam Konten Sosial Media

Bersama para peserta lintas platform, Vlogger, Blogger, Influencer dan Pendongeng

Pendidikan dan latihan singkat yang diselenggarakan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Bali selama empat hari, dari  Tanggal 9 sampai 13 Desember 2019. Dengan materi penuh per hari nya, membuat wawasan tentang pengamalan Pancasila lebih terakomodasi lagi.

Dalam hari ke-dua pelatihan ini,  Antonius Benny Susetyo, Pr. (Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP) memberikan materi soal Garis Besar Haluan Ideologi Pancasila (GBHIP)

Antonius Benny Susetyo, Pr

Karena pelatihan ini fokus untuk para pendongeng dan pegiat sosial media, maka Antonius Benny menyoroti beberapa hal yang patut menjadi perhatian, yaitu menebarkan pemahaman Pancasila kepada para follower-nya dengan semenarik mungkin. Sehingga mudah dipahami dan tak membosankan untuk mencernanya.

Komodifikasi, teknik yang tepat diterapkan yaitu perubahan nilai guna  menjadi nilai tukar, sehingga pesannya memiliki dampak ekonomi, semakin banyak follower semakin punya nilai ekonomi.  Sharing hal bermanfaat, menarik, original  dan  unik dan punya nilai tambah  sosial media.

Jenis-jenis Komodifikasi terdiri dari  media  yang berisi pesan komoditas yang ditrawarkan dan punya kepentingan. Teknik seperti ini efektif dilakukan sebagai penyalur aspirasi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Komodifikasi Pekjerja, perubahan nilai guna pekerja menjadi nilai tukar dan Komodifikasi khalayak, Khalayak yang menjadi komoditas. Konsumen yang juga diperjual belikan. Dua jenis komodifikasi ini pun dapat dijadikan acuan.

Untuk lebih fokus pada tujuan, pengguna sosial media yang ingin menebar nilai-nilai Pancasila juga sebaiknya mencari data akurat juga terkait dampak negatif yang terjadi pada seputar media sosial.

Dampak negatif media sosial dan permasalahannya

Sentimen suku, agama, ras dan antar golongan (SARA), SARA selalu dimanipulasi, sentiment SARA bertentangan dengan SILA Pertama Pancasila, karena merusak karakter orang lain dan mengusik prinsip orang lain dengan cara-cara yang tidak patut baik secara lisan maupun tulisan.

Kemanusiaan yang direduksi dalam mekanis teknologi, Jangan sampai kita dijadikan robot hanya untuk menebarkan kebencian. Misalnya persaingan politik, bisnis dan lain sebagainya.

Permusuhan di dunia maya, permusuhan etnis agama yang digoreng dan diproduksi terus menerus sehingga membuat ruang publik menjadi penuh dengan berbagai kebencian.  Buat narasi yang tepat untuk foto atau video yang diupload.

Ruang Publik, mendiskusikan isu-isu yang menjadi perhatian bersama.  Putus perdebatan di ruang publik dengan verifikasi konten. Cari berita yang terverifikasi dan logis.

Hati-hati mengunggah konten di sosial media jangan sampai mencelakakan orang lain, jangan sampai memberikan informasi salah dan menyesatkan yang membuat orang lain mengambil keputusan salah dan reaktif terhadap sesuatu yang belum tentu kebenarannya.

Konten-konten positif di media sosial yang diperlukan adalah informatif, edukatif, menghibur dan inspiratif. Semua komponen ini sangat penting dalam unsur sharing di sosial media.

Minat anak muda terhadap hal-hal konsumtif  mengurangi idealisme dan pemikiran untuk memajukan bangsa dan kurang peduli terhadap kondisi persatuan dan kesatuan bangsa. Paradigma anak muda konsumtif cenderung tidak peduli dengan sekitarnya, yang menjadi fokus mereka hanyalah pemenuhan kebutuhan dan kesenangan dirinya.

Untuk itu, pengamalan Pancasila sangat penting disosialisasikan lebih massif dengan cara-cara yang lebih merakyat, mengasyikkan, tidak kolot dan mudah dipahami. Sehingga generasi milenials dan generasi z dapat menerima Pancasila sebagai pedoman yang patut dikenal lebih dalam.

Tokoh Pengarusutamaan Pancasila diantaranya; Gus Dur, Munir,  Soekarno  yang mempersatukan Indonesia, jiwa negarawannya yang tinggi mampu menjadi pemimpin yang menjadi anutan karena pengorbanannya yang tanpa pamrih dan mengutamakan kebaikan untiuk rakyatnya.

Agus Salim dan  Mohammad Hatta pun menjadi tokoh Pancasila yang cukup berkontribusi dalam sosialisasinya.

Nilai Pancasila dalam kehidupan. Nilai kebajikan setiap orang harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut nilai-nilai Pancasila yang menjadi garis besarnya:

Nilai Ketuhanan, Mengamalkan ajaran agamanya secara berkeadaban, saling menghormati satu sama lain dan toleransi sesuai dengan kebijakan agama masing-masing. Yang berdampak kenyamanan dan perdamaian antar umat tanpa mengingkari prinsip agama masing-masing.

Nilai Kemanusiaan, Menjunjung tinggi hak asasi manusia dan mengembangkan persaudaraan berdasarkan nilai-nilai keadilan dan keadaban.

Nilai Persatuan, Sikap kebangsaan yang saling menghormati perbedaan dan keberagaman masyarakat dan bangsa Indonesia.

Nilai Keadilan, Mengambil keputusan senantiasa dipimpin oleh nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan dan keadlilan dalam semangat hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan untuk mewujudkan keadilan.

Dari paparan Antonius Benny ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk menebar nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari melalui konten media sosial, perlu ada pendekatan dengan berbagai cara dalam penyampaiannya, termasuk mengetahui audience atau followers yang dapat dijadikan acuan dalam pengambilan sikap saat menyampaikan pesan.

Yuk! Manfaatkan media sosial untuk kebaikan bersama dan menebarkan nilai-nilai Pancasila untuk memperkokoh persatuan bangsa dan memperkuat ideologi Indonesia agar kedaulatannya tidak goyah.

1 comment