Irisan Bawang Bombay dan Pandemi Corona

Pic By : Steve Buissinne Pixabay


Bawang Bombay yang tinggal setengah lagi, saya timbang-timbang sejenak sebelum mengirisnya. Berpikir dulu, apakah hanya untuk tumisan sawi saja patut pakai bawang yang saat ini jadi primadona karena langka? Bahkan untuk membeli bawang Bombay di masa pandemic corona ini, bisa untuk membeli satu ekor ayam potong.

Akhirnya saya urungkan mengiris dan menaruhnya kembali di kulkas karena lusa akan ada menu spageti. Jadi, tumisan sawi akhirnya pakai bawang merah dan bawang putih saja.

Dari kejadian ini, saya pun menyesali kebiasaan yang suka mengabaikan barang belanjaan di kulkas tanpa dimasak karena tidak sempat atau malas. Membuat sayuran dan bumbu menjadi berakar akhirnya tidak termakan.

Sejak diisolasi mandiri, begitu banyak perubahan yang saya rasakan untuk mengolah bahan makanan yang ada, tak ada lagi sikap ceroboh dan malas mengolah bahan yang sudah dibelanjakan dengan uang yang mencarinya saja sampai berdarah-darah. Tak ada lagi cetusan kalimat yang mengungkapkan sikap arogan “Selagi masih kebeli ya tenang aja, masih bisa beli lagi nanti” walau ini ditujukan pada diri sendiri saat melakukan keborosan yang gak penting.

Analogi irisan bawang Bombay sangat terasa seperti keadaan sekarang. Baru menyadari sepenuhnya segala hal yang selama ini luput. Banyak hal berharga di sekitaran kita namun tak pernah menikmatinya dengan kesadaran utuh. Jadi ingat isi bukunya Adjie Silarus berjudul “Sejenak Hening” yang menganjurkan kita untuk hadir di sini kini. Sadar utuh.

Kemarin-kemarin sebelum corona datang, saya ngapain saja? Sampai tak berasa saat menghirup oksigen di alam luas, kurang interaksi berkualitas dengan sesama, kepekaan dan kepedulian terhadap prang lain sangat kurang, malas masak sehingga per hari nya menghabiskan sedikitnya 200 Ribu Rupiah hanya untuk makan berdua. Sungguh kebiasaan yang sangat mubazir!

Pelajaran-pelajaran hidup seperti menelaah sesuatu pun kurang dirasakan saat semua baik-baik saja. Seolah terlena dan termanjakan. Tak menyadari kalau di dekat kita ada sesuatu yang seharusnya dinikmati. Misalnya kebersamaan yang tak seharusnya diganggu dengan aktivitas di gadget. Lalu saat melakukan perjalanan sebaiknya menikmati apa yang terlihat dan merasakannya dengan penuh sadar.

Terlalu sibuk mengejar semua keinginan tanpa fokus ke prioritas dan tanpa mengukur kemampuan. Sering juga mengulur-ulur waktu dalam mengerjakan sesuatu. Padahal waktu yang sudah berjalan tak mungkin terulang. Menyesal sekarang disaat tak bisa melakukan banyak aktivitas.

Saat kebebasan itu terbatas, mulai mendalami makna yang sempat terkubur oleh serba serbi kehidupan. Termasuk mulai lagi menggali sifat nurani asli yang baik. Tanpa merasa terancam dengan pesaing, tanpa merasa didzolimi teman yang menjadi musuh dalam selimut dan tanpa memedulikan orang yang sirik. Jernihkan hati dan pikiran untuk melihat sesuatu dengan mata dan batin yang jelas. Agar bisa membedakan mana yang wajib dipertahankan dan mana yang semestinya dilepaskan.

Sedangkan ilmu-ilmu lainnya, yang selama ini abai mulai saya dalami. Berbagai tutorial di platform digital mulai saya perdalam satu per satu dan mengevaluasi semua kekurangan selama ini, dengan upaya perbaikan di segala sisi. Baik itu segi konten juga publikasi dan promosi karya.

Saat isolasi diri memang kesempatan untuk memperdalam berbagai hal ilmu pengetahuan beserta prakteknya dengan mudah dan efisien melalui platform digital tentunya.

Filosofi irisan bawang Bombay di paragraf pertama, menjadi refleksi bagi saya dalam upaya memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, menentukan prioritas dan berbuat sesuatu yang dianggap penting saja. Terpenting lagi, jangan pernah menyia-nyiakan apapun yang diberikan Allah SWT.

16 comments

  1. "Kita nggak boleh menyia-nyiakan waktu". Ungkapan yang kayaknya nggak asing. Tapi, di situasi sekarang, baru kerasa banyak yang dulu terbuang. Kalau corona sudah berakhir dan bisa hidup dengan lega lagi, semoga hikmahnya tetap melekat, ya, Teh.

    ReplyDelete
  2. Masa diam di rumah ini mungkin cara semesta mengembalikan keseimbangannya karena bumi sudah terlampau sibuk beratus tahun lamanya.

    ReplyDelete
  3. Jadi sedih deh teh, bener teh banyak bgt hal yg luput dmna kita baru sadar disaat situasi seprti sekarang ini. Bumi yg sedang beristirahat ini, semoga bisa lekas pulih kembali aamiin

    ReplyDelete
  4. Bawang bombay dibikin union ring enak pisan.

    ReplyDelete
  5. Banyak hikmah dibalik musibah corona ini teh, baik untuk alam maupun manusia nya. Pola hidup yang berubah ke arah lebih sehat, serta pengoptimalan potensi yang bisa dilakukan disaat work from home seperti saat ini.

    ReplyDelete
  6. Berdiam di rumah memang kita seolah belajar memurnikan diri kembali. Anyway, harga bawang bombay udh normal lagi mbak dan mudah di dapat. Hehehhe.

    ReplyDelete
  7. Masa Isolasi ini justru aku senang teh,lebih banyak explore ke dalam diri berteman dengan keheningan, biasanya di luar terus, lebih banyak meningkatkan skill, ikutan kelas2 yang relevan dengan bidangku. Ya, bener2 menikmati saat ini, kini, disini dengan kesadaran utuh.

    Melakukan hal yang terpenting buat diri sendiri aja akutu,semangaat buat kita semua ya Teeeh.

    ReplyDelete
  8. Semoga pandemi cepat berakhir dan semua normal kembali.

    ReplyDelete
  9. Tidak semua yang buruk itu akan selalu buruk yaah teh, semua pasti ada hikmah dan pelajaran di dalamnya. Seperti WFH ini menuntut aku untuk produktif jugaa teh walapun di rumah aja. Semangat teh, semoga pandemi ini segera berakhir yaah. aamiin

    ReplyDelete
  10. Aku juga kaget banget ketika tahu harga bawang bombay jadi melambung banget Teh, karena biasanya pake bawang bombay karena males ngupas bawang merah huhu

    Tapi sekarang udah gak kebeli deh kayaknya, berasa sayang juga.
    Hal seperti ini bikin kita jadi introspeksi tentang banyak hal yah Teh

    ReplyDelete
  11. Menentukan prioritas ya Teh,apalagi kalau banyak keinginannya ,kadang mau ini itu eh kembali lagi ke prioritas :)

    ReplyDelete
  12. Ya memang akhirnya pandemi ini juga memberikan banyak sekali pelajaran berharga. Harapannya semoga setelah pandemi berakhir kita semua menjadi lebih baik. Aamiin

    ReplyDelete
  13. Saya suka dengan kalimat "Banyak hal berharga di sekitaran kita namun tak pernah menikmatinya dengan kesadaran utuh."
    Iyaps terkadang segala hal luput saat semua membaik, tapi ketika pergerseran terjadi seperti Pandemi sekarang banyak yang berubah termasuk harga bawang Bombay yang melambung tinggi. Jadi instrospeksi untuk diri sendiri juga yang kadang suka lupa dengan simpanan di dalam kulkas dan menyadari ketika sudah tak layak konsumsi :(

    ReplyDelete
  14. ya allah... iya banget teh, saat ada pandemi jadi instropeksi deh. Segala yang tak mungkin menjadi mungkin, enggak bisa kemana-mana tapi tidak pernah berpikir hal ini akan terjadi sehingga kurang persiapan. Jadinya sekarang lebih mikir ke masa depan seperti nabung dan banyakin berbuat baik karena kita enggak tahu seperti apa masa depan nanti

    ReplyDelete
  15. Jadi keingetan, punya bawang bombay 2 biji aja diawet-awet. Kepikiran harganya yang mahal.

    Saat pademi ini ada banyak sekali hikmah dan pelajaran yang didapatkan.

    ReplyDelete
  16. Bener banget teh bnyk yg bs kita petik saat masa pandemi ini. Jadi sadar beyapa waktu n kesempatab bnyk terbuang krn kita tak mampu memenej nya. Makasi sdh diingatkan ya teh...

    ReplyDelete