Menulis Asyik Ala Kang Maman

 

Sumber foto: Facebook Kang Maman


Kang Maman, sosok yang pertama saya ketahui melalui televisi dari acara-acara berbobot yang mana acara tersebut, terasa lebih hidup ketika kata demi kata yang terlontar dari buah pikiran Kang Maman yang mampu membius penonton termasuk saya terbawa dalam alam pikiran yang mencerna makna yang terkandung dalam notulensi yang diutarakan.

Kami yang menonton tayangan talkshow di mana pengisinya Kang Maman, selalu antusias menyimak dan siap-siap mencerna maknanya. Tak perlu sampai mengernyitkan dahi, hanya dengan menyimaknya, saya sudah dapat menangkap maksud, makna dan ide dari setiap perkataan Kang Maman. Tidak klise dan apa yang disampaikan selalu aplikatif dan jelas setiap analogi yang disampaikannya sehingga mudah dipahami sekalipun masalah yang dibahas cukup berat.

Keahlian Kang Maman menyampaikan narasi dengan artikulasi jelas dan dapat dipahami, karena Kang Maman seorang penulis dengan jam terbang tinggi. Siapa yang tidak tahu sosok Kang Maman?

Saya bersyukur dapat mengenal Kang Maman lebih dekat berkat beberapa acara blogger yang melibatkannya. Beliau sangat humble dan tidak pelit ilmu. Rasanya seperti mimpi, biasanya lihat di televisi, sekarang bisa berinteraksi langsung bahkan sampai mengenal lebih dekat. Saya pun selalu hadir jika sedang pas waktunya untuk hadir, jika Kang Maman ada talkshow di acara-acara umum.

Seperti acara Instagram Live bersama JNE yang diadakan pada 8 Oktober 2021 di akun @JNewsonline tak saya lewatkan untuk menyerap lebih dalam lagi ilmu Kang Maman yang selalu ada insight baru. Kelebihan dari sharing Kang Maman adalah tak pernah sama dengan apa yang dibagikan sebelumnya. Jadi rugi kalau ada kesempatan belajar dengan Kang Maman lalu terlewatkan.

Menulis sebaiknya kosongkan hati dan pikiran, dalam menuangkan bisikan dari semesta yang terjalin  dalam untaian kalimat dan menjadi sebuah artikel. Berikut kiat-kiat menulis yang asyik dari Kang Maman.



Ciptakan teater of mind

Menciptakan sesuatu berdasarkan pengalaman pribadi yang memperkaya perspektif, mengumpulkan peristiwa, menikmati kesedihan sekalipun. Karena dalam peristiwa yang kita alami, selalu ada pelajaran, hikmah dan inspirasi.

Kang Maman bertanya “Mampukan kita sedikit menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal lain selain memasukkan ide dalam benak dan pikiran untuk diolah menjadi tulisan?”

Pertanyaan tersebut tentu saja tujuannya memberikan ruang pada pikiran agar ide-ide yang berseliweran bukan hanya menjadi sebatas ide, namun harus menjadi karya tereksekusi.

Menciptakan teater of mind bisa dengan membayangkan suatu kejadian yang pernah dialami saat melihat sesuatu yang berkesan. Atau saat merasakan sesuatu yang menempel di ingatan. Misalnya, ketika mendengan kata “Jogja” teater of mind  langsung pada Jalan Malioboro, Pasar Beringharjo dan ketika naik becak sambil menawar. Atau yang terbayang warung gudeg lesehan pinggir jalan.

Saya pribadi, saat mencium parfum sering tercipta teater of mind dengan terbayang kejadian di masa lalu seperti saat sekolah atau ketika setiap hari harus bergelantungan di bus. Memori itu akan terbentuk kuat dan bisa menjadi cerita yang dikembangkan.

Menulis Menjadi Proses Healing

Jangan biarkan perasaan-perasaan yang terlintas dalam pikiran mengendap di dalam diri. Uraikan apa yang menjadikan kita terus menerus meratapi sesuatu dan menjadi ganjalan. Kalau zaman dulu menulis curhat di buku diary, sekarang curhat bisa dituangkan di dalam media sosial atau blog atau platform apapun. Dengan syarat, curhatan itu diolah dulu menjadi tulisan yang layak dibaca oleh umum.

Mengapa harus diolah dulu? Karena tulisan tersebut akan dibaca oleh publik dan jika dibagikan kepada umum, sebisa mungkin harus ada pesan moral di dalamnya. Setidaknya, ada manfaat yang dapat dipetik oleh pembaca sekalipun dari sebuah tulisan curhat.

Kang Maman mengatakan bahwa menulis dapat merangkul kesedihan menjadi menerima arti dan hikmah dari suatu kejadian. Dengan menuliskan dan menguraikan sesuatu, seseorang menjadi terlatih untuk menelaah kronologi masalahnya, mencari solusi dan menemukan hikmahnya.

Kang Maman mencontohkan saat-saat merindukan sosok ibunya yang telah meninggal, Kang Maman mengingat perkataan almarhumah ibunya yang mengatakan bahwa “Sakitnya seorang ibu adalah ketika dibentak oleh anak yang dilahirkan” dari kalimat yang diingat ini, membuat Kang Maman terinspirasi menuliskan konten di twitter dan menguraikan rasa rindu terhadap ibundanya.

Saya pribadi mempunyai pengalaman menguraikan rasa kesal, sedih dan keterpurukan di dalam blog tentang hubungan buruk di dunia kerja kantoran, peristiwa tidak nyaman dengan lingkungan di satu circle pergaulan dan lain-lain. Saya biasanya mengawali menulis artikel dari curhatan dengan menuliskan dulu di file word atau buku, curhat tanpa disaring, edit dan lain sebagainya. Biasanya, saya tumpahkan semuanya sepuasnya hingga hati plong. Setelah itu, baru dipilah, mana yang patut dikembangkan dan mana yang patut dipangkas dari kalimat-kalimat yang tertuang tadi.

Setelah dipilah, diolah dengan memadukan pernyataan narasumber ahli seperti psikolog, dokter atau key opinion leader lainnya yang dapat memperkuat isi tulisan curhat saya sehingga, tulisan tersebut walaupun dari hasil curhat tapi memberikan value berupa solusi. Contohnya ketika saya menjadi pegawai baru di sebuah perusahaan, menghadapi teman-teman yang kurang welcome dari sana, saya menguraikannya dan menuangkan solusinya juga.

Menulis adalah Voice The Voiceless

Kang Maman menekankan bahwa menulis adalah voice the voiceless artinya, dengan menuliskan peristiwa-peristiwa penting, dapat memberikan informasi di masa kini dan masa depan. Misalnya, menuliskan acara, peristiwa dan kronologis kejadian dan lain-lain. Dengan menuliskan suatu kejadian dan memberikan tanggapan melalui tulisan, berarti sudah membantu menyuarakan sesuatu yang perlu diangkat. Dan informasinya dibutuhkan oleh banyak orang.

Membaca adalah salah satu bahan bakar untuk menulis

Membaca, bukan hanya membaca buku. Bisa membaca media sosial, pamphlet, baliho, iklan baru atau jadul dan lain-lain. Dari semua bahan bacaan itu, dapat dikembangkan dan hubungkan dengan teater of mind yang dihubungkan dengan pengalaman diri. Bahkan, Kang Maman menjelaskan bahwa membaca juga bisa dengan cara ngobrol dengan orang lain, menyelami perasaan dan ketika melihat sesuatu, mampu menangkap ide yang dapat dikembangkan.

Dengan banyak membaca, otomatis kosa kata bertambah dan diksi pun tidak monoton karena dengan membaca, banyak didapat bahan yang dapat diolah dan dikembangkan. Bukan dengan menyadur namun menyerap inspirasinya dan dikolaborasikan dengan ide, opini dan berbagai dasar ilmunya.

Salah satu pernyataan Kang Maman terhadap penulis di mana pun berada, disarankan tidak apatis, yang artinya sebisa mungkin percaya terhadap suatu perubahan atau keberhasilan. Dan menjadi penulis ada baiknya skeptis. Artinya, seorang penulis wajib mencari informasi berdasarkan nyatanya dan punya keraguan terhadap sesuatu sehingga mencari terus sumber kebenaran yang benar-benar tepat.

Mengabadikan Masa Lalu, Masa Kini dan Meramalkan Masa Depan

Menulislah kapanpun juga karena dengan menulis , mengabadikan sesuatu dan tak hilang ditelan zaman. Sesuatu yang abadi, peradaban abadi dan kejadian yang memorable akan memberikan banyak informasi penting dan memberi kesempatan kepada siapapun untuk merasakan kehidupan di peradaban masa lalu. Contohnya, ketika saya membaca buku Pramoedya Ananta Toer, berjudul Larasati, imajinasi saya dengan cerita itu sangat terbayang jelas. Sosok perempuan yang hidup dalam dunia penjajahan dengan suasana mencekam. Saya menjadi tahu bagaimana kehidupan di masa lalu dari apa yang dituliskan tokoh sastra tersebut.

Atau ketika saya membaca biografi Pak Dahlan Iskan, saya menjadi tahu juga bagaimana kehidupan zaman dulu yang dialami Pak Dahlan Iskan.

Meramalkan masa depan, bisa didapat dari berbagai tulisan yang berisi harapan dan visi seseorang terhadap sesuatu. Jika pada tulisan tersebut baru terdapat wacana, dapat diimplementasikan dalam sebuah karya tulis yang berkesinambungan memberikan pengaruh pada kebijakan dan keputusan yang akhirnya terealisasi di masa mendatang karena ada progress yang dilakukan.

Menyenangkan bukan? Insightful semua yang dikatakan Kang Maman. Bagi penulis genre apa pun wajib menyimak materinya Kang Maman yang tidak terjebak dalam kurungan teoritis. Semua disampaikan dengan gaya bercerita yang langsung dipahami.

Terima kasih JNE sudah menghadirkan sosok Kang Maman dalam sesinya.   

1 comment

  1. Menulis menjadi proses penyembuhan bener banget, kalau ada masalah pastinya bisa ditulis dan akhirnya lega. Wah, lagi-lagi JNE menghadirkan program yang bagus.

    ReplyDelete