Yuk, Ketahui Perbedaan Gejala Alergi dan Gangguan Saluran Cerna Fungsional Pada Si Kecil!

 


Saluran cerna adalah sumber penentu si kecil sehat atau tidak. Karena dari saluran cerna, manusia mendapatkan proses distribusi zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh melalui makanan. Selain menjadi pintu masuknya nutrisi, saluran cerna juga bisa menjadi pintu masuk berbagai virus dan sumber penyakit lainnya. Oleh karena itu, setiap orang tua wajib mengetahui kondisi pencernaan si kecil dengan baik agar proses pemasukan nutrisi bagi si kecil optimal.

Bicara soal saluran cerna, selalu ada gejala-gejala yang mengganggu. Sumber penyakitnya beragam dan harus dideteksi sejak awal supaya tidak salah dalam pemberian treatment atau pengobatannya. Berikut saya berikan informasi bagaimana cara membedakan gejala-gejala yang mengganggu saluran pencernaan pada si kecil. Informasi ini saya dapatkan dari acara webinar bersama Nutrisi Untuk Bangsa pada Rabu 13 Oktober 2021 dengan tema “Gejala alergi saluran cerna VS gangguan saluran cerna fungsional: Cara membedakannya” narasumber ahli yang dihadirkan oleh Danone Specialized Nutrition. Menurut Bapak Arif Mujahidin, acara ini sebagai dukungan terhadap upaya tumbuh kembang anak-anak Indonesia agar lebih optimal.



Dr.Frieda Handayani, SpA(K) Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastrohepatologi, menjelaskan bahwa 1000 hari pertama kehidupan adalah masa emas yang tidak boleh terganggu oleh berbagai masalah gangguan pencernaan. Karena berbagai virus, bakteri dan mikroba akan menyerang tubuh si kecil dengan mudah karena pada periode ini, adalah masa rentan. Disebut rentan, karena organ-organ tubuh si kecil belum matang dan belum tumbuh sempurna. Maka dari itu penting untuk dijaga. Dengan mengetahui gejalanya sejak dini jika ditemukan hal yang tak biasa pada kondisi kesehatannya yang berhubungan dengan pencernaannya.

Gangguan yang umum terjadi pada saluran cerna anak ada dua, yaitu:

Alergi susu sapi

Alergi susu sapi atau disingkat AAS atau Cow’s Milk Protein Allergy (CMPA), adalah reaksi hipersensitivitas kondisi dimana terganggunya sistem imun pada tubuh si kecil. Terjadi pada saat protein susu sapi masuk ke dalam ubuh dan sistem imun membentuk pertahanan untuk menolak protein susu sapi tersebut karena diangap sebagai zat asing.

Alergi susu sapi sering ditemukan pada anak-anak usia dini, tercatat pada data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) angka kejadian AAS 2-7,5% pada anak-anak di usia awal kehidupan.

Gejala AAS muncul di mana-mana, diantaranya di kulit, saluran napas, sistemik atau gejala parah dan saluran cerna. Pada umumnya anak-anak mengalami gejala ringan dan sedang. Misalnya gatal-gatal, kemerahan gumoh, muntah dan konstipasi. Sedangkan gejala berat, biasanya anak pendarahan di saluran cerna, mengalami anemia, syok, BAB berdarah, sesak napas, gagal tumbuh kembangnya.

Gejala alergi susu sapi muncul pada fase cepat yaitu setelah 1 jam si kecil minum susu dan gejala lambat setelah si kecil minum susu sapi antara 2-72 jam.

Apabila bayi didapati alergi susu sapi, ASI harus lebih banyak diberikan namun jika ASI tidak mencukupi, masih ada susu khusus untuk menggantikan susu sapi, misalnya susu soya. Namun ASI adalah amunisi utama yang lebih menguatkan. 

Gangguan saluran cerna fungsional

Gangguan saluran cerna fungsional atau Functional Gastrointestinal Disorder (FGID) adalah gangguan saluran cerna kronis yang terjadi pada jangka panjang dan berulang yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya baik secara struktur maupun biokimia. Jenis FGID yang paling umum adalah kolik, gumoh dan konstipasi.

Faktor penyebab gangguan saluran cerna:

Faktor biologis, belum matangnya saluran cerna bayi yang membuatnya kolik atau sakit perut hebat. Biasanya bayi akan menangis tanpa sebab dan rewel dalam waktu yang lama. Sudah diberi ASI atau digendong tetap tidak reda tangisan dan rasa tidak nyamannya ya. Biasanya terjadi pada bayi usia 6 minggu dan puncaknya pada usia dua bulan. Jika kolik bukan karena penyakit, tumbuh kembang bayi masih sesuai target. Semakin anak besar kolik akan hilang dengan sendirinya di usia 3-4 bulan.

Gumoh, terjadi pada saat bayi mengeluarkan kelebihan ASI atau susu dari kerongkongan atau mulutnya tanpa bayi merasa terganggu. Bayi masih dapat happy walaupun gumoh. Penyebabnya, karena pergerakan saluran cernanya belum sempurna.

Konstipasi, adalah kesulitan atau jarang buang air besar yang terjadi setidaknya dalam waktu dua minggu. Konstipasi diklasifikasikan konstipasi fungsional yang belum tentu bahaya dan konstipasi akibat kelainan organ yang termasuk berbahaya dan harus segera diperiksakan ke dokter.

Supaya bayi lancar  dan teratur buang air besar, ibu harus memerhatikan asupan nutrisi seimbang dengan asupan serat yang cukup, ibu cukup minum air putih setiap hari.

Faktor psikososial, kondisi keharmonisan orang tua. Jangan disepelekan kondisi keluarga di dalam rumah karena hal ini sangat berpengaruh pada kondisi kesehatan si kecil secara keseluruhan.

Faktor lingkungan maupun budaya, kebiasaan pemberian makan, MPASI dan lain-lain yang dihubungkan dengan kedisiplinan orang tua dalam pemberian nutrisi yang tepat pada si kecil.

 

Hubungan erat antara alergi susu sapid an gangguan saluran cerna

Gejala alergi dan FGID mirip. Untuk mengetahui dan memastikan gejala yang ada, maka orang tua wajib peka dengan perbedaannya jika ada hal yang kurang dipahami atau tidak tahu sama sekali dengan kondisi yang dihadapi maka jalan konsultasi kepada dokter adalah salah satu solusi yang harus dilakukan untuk memastikan agar penanganannya tepat dan tidak mendiagnosa sendiri.

Apabila FGID dan alergi atau salah satunya tidak tertangani, dampak yang akan didapat oleh anak adalah kesehatan si kecil yang terganggu di masa yang akan datang, proses tumbuh kembang yang terhambat dan kualitas hidupnya terganggu.

Promotif dan preventif

Anak harus segera dikonsultasikan ke dokter jika gejala berlanjut terus da nada red flags atau tanda bahaya. Red fags tersebut adalah:

Gangguan pertumbuhan (berat badan dan tinggi badan yang tidak sesuai), muntah darah, masalah makan, gangguan pada organ dan lain-lain tergantung pada jenis penyakitnya.

Pertumbuhan anak akan selalu on track pertumbuhannya jika kondisi anak terkonrol dengan baik dalam setiap fasenya.

Dalam kesempatan yang sama, Mom Influencer Binar Tika ikut berbagi pengalaman dengan anaknya yang mengalami alergi saluran cerna, menurutnya edukasi dan pemahaman pada orang tua sangat diperlukan. Entah dari membaca artikel, mengikuti webinar dan program-program lainnya.





Allergy Tummy checker

Shiera Maulidya, Gut and Allergy Care Manager Danone Indonesia, memperkenalkan Allergy Tummy checker yang dapat mendeteksi dini gejala alergi dan kesehatan pencernaan si kecil. Perkembangan inovasi digital ini dapat diakses mulai 1 November 2021 di www.bebeclub.co.id Sudah divalidasi oleh dokter spesialis gastro. Diakses gratis untuk masyarakat Indonesia khususnya para orang tua.  

Shiera melatarbelakangi diluncurkannya Allergy Tummy checker dari fakta 6 dari 10 ibu di Indonesia tidak mengenali gejala alergi pada si kecil. Terutama alergi yang menyebabkan terganggunya saluran pencernaan. Banyak fitur di dalamnya, selain dapat mengecek kondisi alergi si kecil, ada program edukasi melalui artikel yang dapat memandu kebutuhan nutrisi anak yang mengalami alergi.

Bagi para orang tua di mana pun jangan khawatir jika si kecil mengalami alergi dan gangguan pencernaan karena sekarang banyak informasi yang memberikan solusi agar si kecil menjadi lebih baik kesehatannya dan tetap ada peningkatan pada proses tumbuh kembangnya. Mari kita manfaatkan program edukasi seperti yang rutin digelar oleh Nutrisi Untuk Bangsa berikut inovasi digital yang dikembangkannya dalam upaya memberikan dukungan pada tumbuh kembang si kecil.


7 comments

  1. Sebagai Ibu dari 2 Putra yang sensitif terhadap alergi, sangat menyambut baik kehadiran Allergy Tummy Checker ini, karena sangat dibutuhkan oleh Kaum Ibu terutama Ibu baru. Dulu karena belum ada alat ini, aku bolak-balik DSA dan dokter Alergi Anak untuk memastikan apakah gejala yang dialami Anak-anakku itu alergi atau apa, baru setelah dipastikan, lanjut ditangani dengan langkah-langkah yang sesuai anjuran dokter.

    ReplyDelete
  2. Kalau membaca beberapa gejala yang dijelasin Teteh di artikel ini, jangan-jangan keponakan ku beberapa waktu lalu memang mengalami gangguan cerna nih teh. Mau buru-buru kasih tahu Ibu nya nih. Nuhun yah teh informasi nya ;)

    ReplyDelete
  3. Waw ternyata keharmonisan keluarga juga dapat mempengaruhi kesehatan pencernaan Si Kecil, ya, Teh? Alergy Tummy Checker pastinya bisa membantu para orang tua untuk ngecek kesehatan anak-anak dan menemukan solusi yang tepat.

    ReplyDelete
  4. Hmmm... Zaman saya kecil minum susu sapi itu jadi sangat utama untuk gizi anak-anak. Kalau sekarang harus hati-hati yah, bisa jadi alergi. Bahaya juga kalau anak punya alergi. Wajib segera tahu. Untung ada Tummy Checker yah

    ReplyDelete
  5. Terima kasih teh informasinya. Waktu anak anak aku dulu masih pada balita, juga alergian Teh. Makanya benar-benar aku jaga makanan dan susu mereka

    ReplyDelete
  6. Inovasi digital yg keren bgt nih, bantu ibu2 kaya aku untuk bisa tau gejala anak yg timbul tuh sebenarnya karena apa. Makasih teh informasinya

    ReplyDelete
  7. hemm bahaya ini perihal saluran cerna, keduanya hampir sama ya tetapi beda kalau tidak diketahui bisa salah ini.

    ReplyDelete