Menolong Yang Tepat Tanpa Mengasihani

 

Pic by: Pixabay

Di sebuah acara peluncuran produk, yang mana founder produk tersebut adalah WNI tapi lama di Australia, jadi Bahasa Indonesianya sudah terbata-bata karena saking lamanya di Ausie mungkin ya? Jadi sang MC menginformasikan bahwa jika ada pertanyaan kepada founder terkait produknya, boleh berbahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Akhirnya beberapa jurnalis ada yang bertanya pakai Bahasa Indonesia. Pertanyaan tersebut dijawab dengan lancar oleh si founder tetapi dibantu translate oleh MC nya.

 

Setelah itu, ada satu jurnalis yang bertanya pakai Bahasa Inggris, baru bicara setengahnya, sudah disela oleh si MC “Mas boleh kok bertanya dalam Bahasa Indonesia” Jurnalis tersebut gak menghiraukan selaan MC, terus saja bertanya dengan Bahasa Inggris fasih dan dimengerti si founder karena jawabannya juga sangat nyambung.

Dari contoh di atas, kita bisa melihat bahwa MC tidak menghargai si jurnalis yang sudah berupaya pakai bahasa yang relevan supaya tak merepotkan MC untuk menerjemahkannya. Terlihat raut muka si jurnalis agak kecewa saat disela si MC, karena walaupun niatnya baik supaya dibantu diterjemahkan, tapi tak menghargai kemmpuannya berbahasa Inggris.

Bagaimana dengan yang ada di sekitar kehidupan kita? Banyak banget yang tanpa sadar, kita suka terburu-buru ingin menyampaikan niat baik tanpa berpikir dulu apakah memberi atau melakukan suatu kebaikan tersebut akan diterima dengan baik atau malah akan melukai perasaan orang lain? Jangan sampai kita semangat dengan keinginan memperoleh pahala namun malah salah kaprah. Kalau bisa, saat ingin berbuat baik itu yang diharapkan ridho Allah semata. Bukan karena ingin mengumpulkan pahala. Jadi, saat berbuat benar-benar tulus dan tepat sasaran.

Saat akan memberi bantuan sesuatu, misalnya ketika ada penjual barang lewat depan rumah. Saya mengalaminya sendiri, melihat si kakek berat memikul pisang dalam dua tempat, sepertinya belum banyak yang membeli pisang yang dibawanya. Saat itu, saya berniat ingin membantunya. Memanggil lalu memberikan selembar uang berwarna merah. Saya menolak baik-baik saat Kakek memberikan empat  sisir pisang Ambon. Dengan maksud, biar bisa dijual lagi ke orang lain.

Di luar dugaan, Kakek tersebut agak tersinggung. Beliau berkata “Maaf Bu, saya bukan pengemis tapi berjualan, jika Ibu memang tidak ingin membeli pisang, uangnya saya kembalikan saja ya.” Ujarnya masih dengan nada sopan. Seketika hati saya “Jleb!” Antara malu dan merasa bersalah. Saya buru-buru menerima empat sisir pisang Ambon tersebut sambil minta maaf. Kakek tersebut tersenyum lalu memasukkan uangnya ke dalam tas pinggangnya dan pamit jalan kembali.

Kemungkinan kakek tersebut secara ekonomi cukup namun beliau perlu beraktualisasi di luar untuk mengalihkan kejenuhannya di rumah sekaligus untuk mencari kesibukan dari pada tidak berbuat apapun di rumahnya. Atau anak cucunya mungkin sudah melarangnya namun beliau tetap ingin punya kegiatan. Jadi, kita harus menghargai upayanya dengan profesional.

Satu lagi, jika melihat orang dengan disabilitas atau lansia di tempat umum, jika mereka sedang berada di tempat yang tak berbahaya, jangan langsung menghampiri dan memapah mereka. Karena biasanya mereka tidak ingin dikasihani. Justru mereka sedang memupuk rasa percaya diri agar bangga dengan kemampuannya hidup mandiri. Kita yang tak mengalami kondisi seperti mereka, belum paham bagaimana perasaan atau tujuan mereka tidak ingin dibantu jika tak ingin diminta. Yang harus kita pahami adalah, mereka sedang menguatkan diri agar tak tergantung orang lain oleh karena itu kita wajib mendukungnya dengan menganggap mereka sanggup. Jika ada terlihat potensi membahayakan, baru kita turun tangan.

Pada intinya, saat kita berniat baik membantu orang lain, pikirkan juga dampaknya karena belum tentu niat baik membuat dampak baik juga terhadap penerimanya. Mereka bukan bermaksud menampik rezeki namun ada tujuan-tujuan tertentu yang menyangkup prinsip atau ada sesuatu yang ingin dilakukan sebagai penguatan diri dan mencari makna dari hidup yang disyukurinya.

Yuk! Kita berbuat baik dengan cara yang tepat. Dengan memberi ruang privacy dan harga dirinya. Tidak serta merta berbuat baik menjadi kebaikan, jangan sampai menjadi sebaliknya.

1 comment