Olip Kucing yang Mengajarkan Unconditional Love

Olip

 

“Bu, Olip dibawa pulang aja ya?” Tanya Sekar di chat WhatsApp menjelang kepulangan liburan panjangnya. Saya diam agak lama karena sudah pasti jawaban saya adalah “No!” saya tidak suka memelihara hewan apapun di rumah kecuali ikan. Alasannya karena saya tidak mau menambah beban hidup lagi dengan harus memikirkan bagaimana nutrisinya, kesehatannya, kebutuhannya jika aspek biologisnya muncul seperti stress saat birahi, bulu-bulunya yang bakalan nempel di sofa dan tempat-tempat lainnya. Sementara saya sangat steril dan berantakan sedikit saja di rumah bisa tantrum.

Memelihara hewan apapun bukan hanya keuntungan sepihak buat pemiliknya saja yang merasa terhibur dengan tingkah lucunya juga bisa cuddling dengan nyaman tapi harus dipikirkan hak-haknya kucing tersebut seperti kebebasan untuk bermain di luar kandang dan banyak lagi pertimbangan saya tidak mau memelihara hewan atau menerima kehadiran hewan di rumah.

Saya berpikir keras, bagaimana caranya supaya ada solusi, kalau menitipkan di temannya, tidak ada yang bersedia lalu kalau dititip di penitipan kucing, biayanya per harinya mencapai Rp80 ribu per hari. Disuruh dikasih ke pengadopsi baru pastinya gak bakalan mau dan saya pun gak tega karena walau bagaimana pun saya masih punya hati.

Mentok dengan tidak adanya alternatif solusi akhirnya saya memutuskan untuk memberi izin si Olip ikut pulang dengan Sekar. Supaya adil dan saya tetap nyaman, saya menerapkan syarat si Olip hanya boleh ada di lingkungan ruang tamu dan keluarga saja. Tidak boleh masuk kamar walaupun ke tempat tidurnya Sekar. Syarat berikutnya, saya gak mau ikut mengurus si Olip mencakup membersihkan litter box dan lain-lainnya. Kalau menyediakan makanan, pasir dan alat mandinya saya support.

Tibalah saatnya si Olip datang, mereka tidak datang bersamaan karena si Olip pulang melalui pet cargo. Saat di rumah, si Olip terus mendekati seolah ingin kenalan. Saya Cuma menyapa seadanya dan gak mau menyentuhnya. Selama seminggu di rumah seperti itu.

Belajar Unconditional Love dari Olip

Seiring kebersamaan itu, saya mulai peduli dengan si Olip. Awalnya menerima kucing ini hanya sebagai gugur kewajiban karena anak namun lama-lama saya merasa si Olip ini bagian dari keluarga karena tinggal di rumah yang sama, masa dikasih makan asal dia kenyang saja tanpa mempertimbangkan kandungan nutrisinya? Sejak itu, setiap saya ke supermarket, pasti selalu membeli makanan terbaik buat di Olip, pasir litter box yang nyaman dan berkualitas serta mulai sering mengajaknya ngobrol.




Saat saya pulang dari beraktivitas si Olip menyambut dan langsung rebahan manja, ini bikin saya meleleh. Apapun yang berhubungan dengan si Olip, selalu otomatis bikin saya tersenyum. Bagaimana tidak? Lihat serok di litter box yang bentuknya lucu, sikat mandi yang gemesin dan kalungnya yang menggerincing setiap kucing ini bergerak saja sudah bikin endorphin saya meningkat!

Suatu hari, si Olip menapaki masa birahi yang mana kucing betina ini membutuhkan kucing jantan. Saya dan Sekar mencari kucing jantan yang bersih, kalau manusia mencari babat, bibit, bebet dan bobot yang bagus tujuannya supaya si Olip tetap sehat dan tidak terkontaminasi dengan hal-hal yang tidak diinginkan. Namun sangat sulit menemukan kucing jantan sesuai kriteria untuk si Olip, sampai empat hari si Olip gelisah, guling-guling, nungging, mengeluarkan suara seperti menangis dan kondisi ini bikin saya panik malah saya sampai nangis karena kasihan dengan raungan si Olip. Saya merasa bersalah tidak memenuhi haknya saat birahi. Padahal kalau dibebaskan kucing ini gak akan terkekang seperti ini untuk menahan birahinya. Saya sampai mengusulkan bagaimana kalau si Olip di-steril saja? Sekar tidak menyetujui karena di masa birahinya, kucing masih dalam kondisi pembuluh darahnya lebar jadi tidak disarankan untuk steril dulu. Karena iba melihat si Olip meraung menahan birahinya akhirnya kucing jantan liar yang lewat depan rumah kami izinkan buat mengawini si Olip. Setelah itu, masa birahinya hilang perlahan.

Kenalan sama si Olip

Si Olip adalah ras campuran kucing kampung dengan maine coon, kucing ini memiliki bulu panjang, telingan lancip dan terdapat bulu seperti surai pada singa jantan. Gemesin!

Kucing ini adaptif dan penyayang, diadopsi oleh Sekar sejak dua tahun yang lalu. Banyak menemani hari-hari Sekar saat mengerjakan tugas, selalu duduk di samping laptop dan saat dalam tekanan revision skripsi, si Olip juga berperan menenangkan. Cerita dari Sekar, saat dirinya menangis tengah malam, si Olip yang sedang tidur langsung mendekat dan cuddling ke pangkuan Sekar seolah sedang puk puk-in dan berkata, “kanu bisa!” “harus selesai ayo sekarang tidur dulu.” Begitu kira-kira bahasa tubuhnya.

Jadi, si Olip ini ada kontribusi dalam kelulusan kuliah Sekar karena sudah membantu stress release dari kebersamanaannya tersebut. Ini juga yang menjadi pertimbangan saya mau menerima si Olip di rumah karena si Olip berjasa.

Berinteraksi dengan si Olip saat dia purring (mengeluarkan suara seperti mendengkur) sangat menyenangkan, kata Sekar yang Sarjana Kedokteran Hewan juga menurut sumber di artikel jurnal yang ditulis oleh Mindy Kaleeco, kucing ras maine coon sangat peduli dan memiliki kesetiaan kepada pemiliknya. Jika sudah nyaman dengan pemiliknya, kucing ini tidak mau berpindah walaupun diberikan ke tempat lain.

Dunia per kucing-an pun saya jadi memahami beberapa hal, dijelaskan Sekar bahwa kumisnya yang panjang jangan pernah digunting karena dari kumis ini terdapat sensor keseimbangan, jika melihat kucing tanpa kumis, sering terjadi oleng saat berjalan. Lalu tanda kucing yang sudah disteril, kupingnya akan dipotek sedikit sebagai penanda.

Olip, terima kasih sudah mewarnai keseharianku saat ini walaupun beberapa sudut sofa sobek, frame sertifikat dipanjat karena mengejar cicak dan rumah gak serapi dengan standar tapi itu tidak masalah yang penting kamu sudah jadi bagian dari keluarga.


Olip lagi ngadem


Setelah saya mulai luluh dengan si Olip apakah saya menjadi suka hewan dan berencana menambah kucing? Oh tentu tidak! Saya tetap tidak mau memelihara hewan apapun dan saya masih berprinsip suka rumah yang rapi, sunyi dan tata letak sesuai standar saya.

Mengapa saya mau menerima Olip? Selain karena Sekar juga karena Olip udah berjasa menemani suka duka Sekar di perantauan dan saya ingin balas budi. That’s the unconditional love.

13 comments

  1. Liippp gemeeesh bangettt

    Tetep jadi kucing yg sholehaa yaa

    ReplyDelete
  2. Masya Allah, kisah Olip ini hangat banget. Kucing memang makhluk penuh cinta tanpa syarat. Baca ini jadi kangen main sama kucing di rumah. Makasih Teh Ani udah berbagi cerita penuh kasih seperti ini.

    ReplyDelete
  3. Membayangkan Olip menyambut teteh sepulang beraktivitas di luar, rasanya tuh hangat banget deh. Apalagi ketika teteh mulai luluh dan jadi menyayangi Olip bahkan ikutan menangis saat Olip harus menahan sebuah keharusan hewani nya.

    Kebayang juga betapa Sekar merasa di puk puk ketika lelah menghadapi revisi skripsi, so sweet banget Olip. Setidaknya kehadiran Olip sangat berjasa dalam dua tahun menemani Sekar dan barakallah teteh sudah sangat membalas Budi pada Olip, turut bahagia sekaligus terharu dengan kisah Olip si kucing penyayang 🥰

    ReplyDelete
  4. Ssya juga di rumah punya kucing teh, namanya Miko sudah 12 tahun menemani saya di rumah. Dia udah punya anak banyaak ada 8, tapi yang tersisa 1, lainnya 3 hilang, 4 mati. Banyak cerita bersama Miko. Sekarang saya steril saja, kasihan kalau lahiran terus dia sudah sepuh...saya kalau lihat dia ya Allah sayang banget..

    semoga olip sehat² selalu...dan menemani teh Ani memberi bahagia dan mewarnai cerita kehidupan.

    ReplyDelete
  5. Lucu juga namanya Olip (pakai p 😄).
    Daku bukan termasuk yang gemar merawat hewan peliharaan, tapi pernah ada kucing yang suka mampir ke rumah waktu daku kuliah. Bisa dikatakan jadi temen yang lucu karena nurut dan dikasih nama Hendri padahal betina 🤣. Hanya aja, ketika dakunya mau lulus kuliah, eh kucingnya udah gak ada 😭

    ReplyDelete
  6. Teh kok bisa sih ini mirip sama ceritaku pertama kali "akhirnya" suka sama Kucing. Dulunya aku malah agak takut sm kucing, lebih ke trauma krn masa kecil di Kampung sring banget baju di lemariku jd tempat melahirkan kucing huhuhu. Jadi karena anak-anak aku terutama si tengah dan si bungsu suka banget dan jatuh sayang sama Keti (itu panggilan aku sih, namanya sih kata mrk catty hahahah). Itu kucing pertama yang ku bolehin anak2 pelihara dan masuk rumah. Biasanya cuma sampai teras meski kita kasih makan dll.

    ReplyDelete
  7. Kalau lagi makan ramean ama temen-temen terus ada kucing, orang pertama yang disamperin pasti aku. Katanya itu tanda kucing merasa aman di kakiku...:D
    Aku emang suka banget kucing, tapi males banget kalau mesti ngurusinnya, Teh... :D

    ReplyDelete
  8. Sebagai yang punya peliharaan kucing sejak kecil, memang benar deh kucing itu mengajarkan cinta tanpa pandang bulu banget. Saat ini pun saya punya 4 kucing dengan warna bulu dan tabiat yang berbeda-beda.

    Uniknya, setiap kali pindah rumah, kos atau pindah daerah, selang beberapa waktu akan selalu hadir kucing liar yang menetap di tempat tinggal saya. Makanya selalu punya peliharaan kucing di manapun deh, termasuk beberapa kucing liar.

    ReplyDelete
  9. Hehehe selalu ada cerita unik dalam perjalanan memelihara hewan dirumah kita teh. Saya juga sama, iseng pelihara sepasang marmut bongsor dirumah dari awal cuma ngasih makan seadanya, lama-lama harus menyiapkan rumput atau sayuran segar setiap harinya. Sempat gak keperhatiin makannya pas saya ada kerjaan beberapa hari keluar kota, ehh tanaman didepan rumah abis dibabad sama si marmut itu. Kebetulan saya membuat kandangnya disamping dan ada celah yang membuat kedua marmut itu bisa bermain keluar pagar

    ReplyDelete
  10. Hai Olip, kucingnya adek Sekar dan Teh Ani. Gemes banget deh Teh mukanya.

    Sebagai yang pernah pelihara kucing dan sekarang memilih menyerah karena sudah berkali-kali terluka akibat kehilangan "mereka" untuk berpulang, paham banget bagaimana Olip perlahan namun pasti langsung masuk ke hati Teteh dan menyentuh perasaan Teteh sampai bisa jatuh sayang sama dia. Begitulah manis dan menyenangkannya kucing itu.

    Salam sayang dariku buat si Olip ya, Teh. Salam gemes juga.

    ReplyDelete
  11. kucing memang binatang yang lucu ya, Teh. kalau di rumah kami kucing ada juga tapi nggak boleh masuk rumah karena capek banget bersihin kotorannya. jadi mereka tidur di luar aja tapi tiap hari dikasih makan

    ReplyDelete
  12. Olip mengingatkan saya sama Kitty, kucing yang baru aja dipelihara Keke beberapa bulan ini. Saya pun prinsipnya sama kayak Ani. Tapi, asalkan Keke bertanggungjawab ya silakan. Lama-lama saya jatuh cinta juga. Meskipun tetap masih menolak kalau harus ikutan mengurus rutin hehehe

    ReplyDelete
  13. Cerita teteh sama persis dengan cerita Ibu saya, bedanya ibu saya dulu penyayang dan punya banyak kucing. Sekarang karena sudah sepuh, menghindar memelihara kucing terlebih sudah tidak ada saya dan adik kedua, tinggal adik ketiga yang tinggal dengan ibu. Suatu hari, rumah kedatangan kucing blesteran, menetap walau hanya di teras. lama-lama ibu meleleh karena si kucing ngikut ibu kemanapun pergi, sampai ke warung juga. Sayangnya, si kucing mendadak menghilang, dan ibu merasa kehilangan.

    ReplyDelete